Relasi Rasa 21

1.3K 85 16
                                    

jangan berlebihan dalam mengaguminya karena takdir mu belum tentu dia, jangan menyalah artikan kebaikannya, karena bisa saja dia memang menjadi pribadi yang baik kepada semua orang, terkadang seseorang terlalu terbawa perasaannya, saat datang seseorang yang memberi kebaikan lebih dan berakhir ia akan memiliki rasa pengharapan yang tinggi pada sebuah kebaikan yang telah diberikan.

~Gus Baihaqi Albara Kabir~

•••

Selepas berbicara itu Ustadzah Liana langsung beranjak pergi bersamaan dengan Alma meninggalkan Sekar yang masih mematung.

Kini ia dan Alma sedang berjalan masuk ke dalam masjid setelah selesai mengambil air wudhu, tinggal beberapa langkah lagi jarak dengan pintu Alma malah menahan dirinya dengan mencekal lengan Ustadzah Liana.

"Tunggu Na!" Cegah Alma seraya matanya mengarah pada satu objek, ustadzah Liana yang penasaran memandang ke arah pandang Alma detik itu juga ia menundukkan pandangannya.

Buru-buru ustadzah Liana pun menutup wajah Alma lebih tepatnya matanya lalu ia berkata, "Jaga pandangan Al." peringatnya, Alma yang mendengar teguran itu langsung menunduk tak berselang lama dengan itu Ustadzah Liana langsung menarik Alma masuk ke dalam masjid.

"Na, kamu tadi liat kan? Ustadz-" ucapan Alma terpotong saat ada sebuah jari telunjuk mendarat tepat di bibirnya.

"Banyak-banyak istighfar Al, jangan suka ghibah."

"Tapi bentar satu menit aja orang belum Iqamah juga," ucap Alma bernegosiasi.

Ustadzah Liana menghela napas berat, "Udah ayo solat jangan suka nunda, yakin satu menit ke depan masih hidup?" Tanya Ustadzah Liana yang langsung sukses membuat Alma bungkam dan tidak lagi mengoceh.

🧕👳

Selepas solat Isa berjamaah Bilqist buru-buru keluar masjid, ia sekarang harus menunggu sang Abang keluar dari masjid karena ada sesuatu yang penting yang harus ia sampaikan.

Sudah berpuluh-puluh menit ia menunggu tidak ada tanda-tanda Gus Haqi akan muncul, tidak sadar mulutnya berdecak kesal lantaran lelah menunggu lama serta banyak nyamuk.

Hingga lima menit kemudian Gus Haqi keluar dari masjid berjalan beriringan bersama Ustadz Ahmad.

Balqist yang melihat mereka menghampirinya pun lantas menundukkan kepalanya menjaga pandangan.

"Assalamualaikum." Salam Gus Haqi dan ustadz Ahmad barengan.

"Waalaikumsalam." Jawab Balqist.

"Dek ngapain masih disini hm?" Tanya Gus Haqi bingung mengapa adiknya masih berada di masjid, bukankah biasanya ia langsung pergi ke asrama ketika solat telah selesai. Pikir Gus Haqi.

"Iya lho ini udah malam, kenapa ngga ke asrama?" Tanya Ustadz Ahmad ikut penasaran.

"Anu- aku mau bicara sama Abang." Jawab Balqist gugup. Entah mengapa sekarang ia merasa jantungnya berpacu lebih cepat saat ustadz Ahmad bertanya kepadanya?.

Pikiran aneh mulai menjalari otak Balqist hingga ia segera cepat menggelengkan kepalanya agar tidak berpikiran yang tidak-tidak lagi.

"Bicara apa Dek?" Tanya Gus Haqi lagi.

Bukannya menjawab Balqist hanya diam sembari tubuhnya bergerak gusar, Ustadz Ahmad yang melihat itupun mengerti.

RELASI RASA [END]Where stories live. Discover now