Relasi Rasa 13

1.4K 87 4
                                    

السلام عليكم

•••

Ustdzah Liana mengerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Ia mengedarkan pandangannya melihat setiap sudut ruangan yang sepi.

Kepalanya masih terasa pusing, perlahan ia bangun dari brangkar untuk duduk dengan tangannya masih memegangi kepala.

"Ya Allah Na, kamu mau kemana?" Tanya Alma yang baru saja masuk dan mendapati Ustdzah Liana yang ingin duduk namun susah.

"Aku cuma mau duduk Al," jawab Ustdzah Liana.

"Sini biar aku bantu," ucap Alma lalu membantu Ustdzah Liana duduk

"Terima kasih ya Al," ucap ustdzah Liana mencoba tersenyum dengan bibir pucat nya.

"Iya sama-sama, oh ya kamu kenapa bisa kaya gini sih Na?" Tanya Alma mulai menginterogasi.

Ustdzah Liana mengulurkan tangannya hendak mengambil jari jemari Alma untuk duduk di sampingnya.

"Aku nggak apa-apa Al, maaf ya udah buat kamu khawatir gini" ucap ustdzah Liana sambil menundukkan kepalanya.

"Nggak apa-apa gimana sih Na kamu tadi sampai pingsan loh, kamu pasti dari pagi belum makan kan?" Tanya Alma tepat sasaran.

Ustdzah Liana mengangguk membenarkan pertanyaan sang sahabat, "aku nggak sempat Al,"

"Hanya lima menit untuk makan kamu nggak bisa Na? Kamu gak sayang sama diri kamu sendiri hm?"

"Bukan gitu Al, tadi emang nggak sempat setelah Solah Dhuha aku ke kantin untuk minta maaf dan ngembaliin sandal ibu kantin terus langsung ke kelas deh,"

"Itu kamu bisa ke kantin kenapa nggak sekalian beli makanan disana Na? Dan tadi kenapa minta maaf emang ada apa?"

"Sebelum aku solat Dhuha aku ke kantin dulu buat minjam sandal karena aku nggak bawa sandal terus pas udah solat dan mau pakai sandal itu malahan sandalnya putus,"

"Terus kamu jalan nggak pake alas kaki Na?"

Ustdzah Liana Menggeleng,"Alhamdulillah nya disana Gus Haqi bantu aku, beliau meminjam kan sandalnya, terus dia juga bela aku saat aku dimarahi ibu kantin dan nggak cuma itu aja beliau juga membayar kerugian untuk mengganti sandalnya, aku merasa tidak enak Al." Jelas Ustdzah Liana menceritakan apa yang di alaminya pagi tadi.

"Masya Allah Na, kamu beruntung banget. Emang ya Gus Haqi itu definisi sosok laki-laki yang sangat menghargai dan menghormati perempuan ia tau bagaimana memuliakan seorang perempuan, seberuntung apa kelak calon istri beliau ketika mendapatkan Gus Haqi, sudah baik akhlak dan adabnya, ganteng rupanya, sosok yang penyayang, pokoknya hampir sempurna-"

"Istighfar Al, nggak boleh memikirkan yang engga- engga sama yang belum mahram," sela Ustadzah Liana mengingatkan.

"Bukan begitu Na tapi ini kenyataan, dan kamu tau nggak yang bawa kamu kesini juga Gus Haqi makanya aku bilang kamu beruntung banget bisa di tolong beliau,"

"Hah? Serius Al? Tapi-"

"Tenang aja Na, Gus Haqi mengerti kok lagian di perbolehkan menyentuh non mahram jika emang keadaannya sedang darurat tadikan kamu sedang darurat Na, lagian Gus Haqi tidak sampai menyentuh kulit kamu Na apalagi menatap kamu saat digendongnya beliau hanya menatap lurus ke depan,"

"Syukurlah,"

"Dan kami tau nggak Na?" Ustadzah Liana yang tidak tau pun hanya mampu menggeleng.

"Saat menggendong kamu Gus Haqi ngga berhenti membaca istighfar, aku juga mendengar sebelum ia pergi setelah membaringkan kamu di brangkar beliau berdoa, doanya gini 'maafkanlah hamba ya Rabb hamba tidak tega melihatnya terkapar tak berdaya, sehingga hamba terpaksa menyentuhnya guna membantu mengangkat tubuhnya yang lemah, maafkanlah hamba yang telah melanggar perintah mu ya Rabb' gitu Na." Lanjut Alma mulai bercerita.

RELASI RASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang