Relasi Rasa 8

1.8K 118 3
                                    

السلام عليكم

•••

Adzan Maghrib pun berkumandang, semua santriwati dan santriwan serta jama'ah lainnya telah siap melaksanakan solat yang di imami langsung oleh anak sulung pemilik pondok pesantren, yaitu Gus Haqi.

Semua jama'ah melaksanakan solat dengan khusyuk hingga selesai, di lanjut dengan dzikir dan doa.

Para santriwati dan santriwan sekarang sedang bergilir mengaji ada juga yang sedang setor hafalan, tak sengaja telinga Ustdzah Liana mendegar lantunan ayat suci Al-Quran yang di bacakan oleh Gus Haqi yang duduk tak jauh darinya duduk.

Ustdzah Liana memejamkan matanya sebentar menikmati lantunan yang merdu itu masuk ke dalam relung hatinya, bibirnya tertarik sempurna.

"Tak sengaja aku pernah berpikir, apa mungkin sosok seistimewa seperti mu mampu di miliki oleh sosok sesederhana seperti ku?"

"Aku tau jika jodoh ada di tangan engkau ya Rabb, tapi apa boleh jika aku meminta padamu agar dia menjadi jodohku," sambung Ustdzah Liana di dalam hati.

"Ustdzah Liana," panggil Sari teman dari Balqist.

"Eh- ada apa Sari?"

"Ustdzah kenapa? Dari tadi kok melamun," tanya Sari yang keheranan dengan sikap Ustadzah yang sejak tadi tidak fokus.

"Eum- maaf ya tadi Ustadzah melamun,"

"Iya Ustadzah nggak apa-apa, Ustadzah lagi banyak pikiran ya?" Tanya Balqist sekarang.

"Enggak Balqist, ayo kita lanjutin ngajinya nanti Ustadzah simak." Ucap Ustdzah Liana menginterupsi Sari dan Balqist untuk kembali ke aktivitas awalnya.

"Loh, Sari udah selesai ngaji Ustadzah. Sekarang giliran kita persiapan buat latihan Hadroh dan dengerin tilawah yang dibacakan Gus Haqi."

"Astaghfirullah Ustadzah lupa, ya sudah sekarang duduk yang rapi ya," ucap Ustadzah Liana mengatur barisan duduk santriwati saat melihat para Ustadz yang sedang mengatur barisan duduk para santriwan.

"Vela jangan di tengah pintu ya duduknya, nggak baik." Tegur Ustadzah Liana.

"Oh ya Ustadzah, entar katanya kalau duduk di tengah pintu entar kalo ada yang mau nglamar balik lagi ya Ustdzah?"

Ustadzah Liana hanya mampu menggeleng-gelengkan kepala menghadapi tingkah para santrinya, "bukan karena itu Vela, kalau nanti kamu duduk di tengah pintu yang ada nanti orang-orang pada ngga bisa masuk atuh, udah sini." Jelas Ustdzah Liana yang di balas ringisan malu oleh santrinya.

"Iya Ustdzah,"

Acara sudah di mulai, para anggota Hadroh telah duduk berkumpul di depan barisan para santriwan dan santriwati.

Para Ustadz dan Ustadzah pun sudah duduk rapi, di depan sana terlihat Balqist dan Gus Haqi yang akan menjadi vokalis Hadroh, sebelum memulai Hadroh ada Gus Haqi yang akan tilawah Al-Qur'an.

Gus Haqi mengambil mic yang sudah tersedia, lalu membuka mushaf, setelah itu terdengar lah lantunan ayat suci Al-Quran yang begitu merdu bagi siapa saja yang mendengarnya.

"Masya Allah Gus Haqi merdu banget suaranya," puji salah satu santriwati.

"Emang spek calon suami idaman," lanjut para santriwati lainnya yang memuji Gus Haqi.

Diam-diam Ustdzah Liana tersenyum tipis, ia sangat menikmati suara lantunan yang dibacakan oleh Gus Haqi, sampai tak sadar ia memejamkan kedua matanya meresapi ayat demi ayat yang langsung masuk ke relung hatinya membuat kenyamanan dan ketenangan hati.

Ustdzah Liana membuka matanya perlahan sesekali ia melihat Gus Haqi yang masih membaca Al-Qur'an, hingga ia melamun sambil memandangi wajah yang begitu nyaris sempurna itu dengan bibir yang membentuk bulan sabit.

"Biarkan saja begini ya Rabb, biarkanlah aku pandang ia seperti langit karena aku sadar bahwa aku tak mampu menggapainya, biar saja aku kagum dengan keindahannya tanpa aku harus lelah mengejar untuk mampu memilikinya."

Tak sadar saking lama memandang, mata mereka berdua bertemu, Ustdzah Liana yang tertangkap basah tengah memandangi Gus Haqi langsung gelagapan, ia langsung menunduk.

"Astaghfirullah, ya Allah hamba malu."

Gus Haqi yang melihat tingkah Ustdzah Liana itu hanya menggelengkan kepalanya lalu tersenyum tipis setelah itu melanjutkan tilawahnya.

"Anti lucu, astaghfirullah"

🧕👳

Acara di masjid telah usai, Ustdzah Liana yang baru saja selesai menyapu lantai dalam masjid tak sengaja netranya melihat sosok yang sedang duduk di serambi masjid, ialah Gus Haqi.

Tatkala ingin kembali melangkah, ia di landa kebingungan apakah ia harus berhenti menyapa atau terus melangkah mengabaikan Gus Haqi.

Akhirnya Ustdzah Liana memutuskan untuk menyapa lalu setelah itu beranjak pergi ke asrama.

"Assalamualaikum Gus," salam Ustdzah Liana saat ingin melewati Gus Haqi dengan kepala yang di anggukan pelan serta senyuman tipis.

Gus Haqi yang mendengar ucapan salam lantas mendongak melihat sang pelaku, "waalaikumsalam," Jawab Gus Haqi kala mengetahui siapa sosok yang menyapanya.

Ustdzah Liana yang sudah mendengar jawaban salam dari Gus Haqi langsung saja beranjak pergi, memakai sandal namun suara Gus Haqi menahannya Gus Haqi berdiri dari posisi duduknya.

"Ustdzah Liana," panggil Gus Haqi.

Ustdzah Liana berbalik badan menghadap Gus Haqi masih dengan kepala yang menunduk, sudah beberapa detik telah berlalu namun Gus Haqi tak urung melanjutkan ucapannya.

"Ada apa ya, Gus?" Tanya Ustdzah Liana memulai pembicaraan.

"Hati-hati," ucap Gus Haqi lalu berlalu pergi meninggalkan Ustdzah Liana yang masih bergeming menatap punggung lebar Gus Haqi yang semakin jauh.

"Bisakah kita menjadi Ali dan Fatimah, yang saling mencintai dalam diam, saling mendoakan, lalu Allah persatukan pada ikatan pernikahan?" Ucap lirih Ustdzah Liana lalu menghela napas pelan.

🧕👳

Waalaikumsalam

lanjut nggak nih?

RELASI RASA [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant