Part 45

199 20 7
                                    


"Mungkin kita harus menyerah..." keluh Catur.

Tiara hanya diam. Sejak tadi siang hingga malam hari, mereka berdua sudah mengelilingi Kebon Arum berusaha untuk menemukan jejak Jati dan istrinya tapi mereka tak berhasil. Sekalipun Kebon Arum bukanlah sebuah desa yang berpenduduk banyak, tapi dari interaksi yang mereka lakukan, Surya Wisesa memiliki pengaruh kuat terhadap warga desa.

Setiap kali Catur dan Tiara ingin menanyakan sesuatu dan memberitahukan identitas mereka, para warga itu akan panik dan tak akan memberikan informasi apa pun. Hal itu membuat Catur dan Tiara makin yakin jika kasus perampokan yang menimpa keluarga Tejo ada kaitannya dengan calon besan mereka, yaitu keluarga Surya Wisesa.

"Sejak hari pertama kita ke sini, aku juga tak lagi melihat laki-laki bernama Jaya yang mengantar kita ke TKP waktu itu," gumam Tiara.

"Humph!! Dia bukan penduduk asli desa ini. Aku yakin itu," kata Catur.

"Bukannya Surya juga pendatang? Yang asli warga desa Kebon Arum justru istrinya kan?" tanya Tiara.

"Dua orang kota datang ke desa terpencil seperti Kebon Arum lalu menjadi raja kecil di sini. Siapa pun juga pasti tahu isi kepala orang-orang licik seperti mereka," sahut Catur.

"Tapi kita bisa apa ya kan?" keluh Tiara.

=====

Sesosok bayangan bersembunyi di sela-sela pepohonan. Rembulan yang tertutupi awan seakan membantu sosok itu untuk menyembunyikan dirinya agar tak terlihat oleh mahluk lainnya. Sebuah rumah kayu sederhana berada tak jauh dari tempat bayangan itu bersembunyi, rumah tempat Jati dan istrinya bersembunyi malam ini.

Di dalam rumah, Jati dan Ayu baru saja menyelesaikan pertempuran mereka. Beberapa menit tadi, mereka seolah tak peduli dengan keadaan sekitarnya. Mereka berteriak, meraung, mendesah bagaikan sepasang binatang yang tak bisa mengendalikan diri.

Kini, Jati terbaring kehabisan tenaga di atas kasurnya sedangkan Ayu sedang mengenakan pakaiannya perlahan-lahan.

"Mau dibikinin minum, Mas?" tanya Ayu mesra, mencoba menunaikan tugasnya sebagai istri yang baik untuk suaminya.

"Hu um," jawab Jati tanpa menoleh, sambil tetap tidur telentang tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Ayu lalu beranjak berdiri dan menuju ke dapur rumah kayu yang mereka tempati.

Tanpa sepengetahuan mereka berdua, sosok bayangan yang sedari tadi bersembunyi di sela-sela pepohonan mengendap-endap mendekati rumah kayu tersebut. Dengan langkahnya yang perlahan, hampir tak terdengar langkah kaki sama sekali. Hanya dalam hitungan detik, sosok tersebut kini sudah berdiri di bagian belakang rumah.

Bruaaaaakkkkk.

Tiba-tiba, sebuah suara keras terdengar. Pintu belakang rumah yang tertutup rapat melayang terbang ke arah dalam karena sebuah tendangan dari belakang rumah. Ayu yang sedang membuat minuman untuk suaminya di dapur menjatuhkan gelas yang ada di tangannya.

Praaannngggggg.

"Tooolooooonnngggggg..." teriak Ayu yang mengira ada pencuri atau perampok memaksa masuk ke dalam rumah.

Jati yang mendengar suara keras dari belakang meloncat berdiri. Dia menyambar sarung yang tergeletak di lantai kamar lalu membelitkannya ke pinggang, sekedar untuk menutupi diri. Sesaat kemudian, dia melesat ke arah suara teriakan istrinya berasal.

Saat Jati sampai di dapur yang berada di belakang rumah, tubuhnya membeku. Seseorang yang berambut panjang tergerai mencengkeram leher Ayu dan mengangkatnya ke udara, membuat istrinya itu meronta-ronta sekuat tenaga dengan wajah yang mulai membiru karena kehabisan udara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SekarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang