Part 33

113 21 3
                                    

Praakkkkkkkkkk.

Gondang merasakan rasa sakit yang luar biasa di bagian atas kepalanya. Kepalanya tiba-tiba terasa berat. Sekelilingnya terlihat berputar-putar. Rembesan darah juga mengalir di pelupuk matanya.

Gondang melepaskan pegangan tangannya ke golok yang masih dicepit oleh Joko. Dia berusaha berjalan mundur ke belakang, tapi tubuhnya limbung sempoyongan. Gondang melihat ke arah batu yang ada di tangan kanan Joko yang kini sudah bersimbah darah dan hancur tak karuan. Hanya tersisa sebongkah kecil saja di sana yang menandakan betapa kerasnya saat benda itu menghantam kepala Gondang barusan.

Gondong masih berjalan mundur sempoyongan. Para penonton hening tak berani bersuara. Semua mata tertuju ke arah arena pertarungan tempat Gondang dan Joko berada. Semua orang tahu saat ini mereka sedang menyaksikan lahirnya sebuah legenda. Legenda baru tentang Joko Lelayu yang akan kembali menggemparkan tanah Waja.

Gondang berhenti di tempatnya. Tangannya mencoba meraba ke bagian atas kepalanya. Ketika merasakan derasnya darah yang mengalir disana, Gondang terkesima. Dia kini sadar, mungkin sebentar lagi ajalnya akan tiba.

Gondang menurunkan tangannya dan melihat darah segar yang membasahi telapak tangannya. Sekalipun kepalanya terasa makin berat dan sakit, dia masih berusaha tetap terjaga.

Brukkkk.

Gondang rubuh ke tanah dengan posisi berlutut dan tangan masih teracung di depan dada. Pandangan matanya masih juga tak beralih dari telapak tangannya. Seolah-olah dia masih tak percaya kalau pertarungan ini berakhir tak seperti yang dia kira.

Tiba-tiba, kegelapan muncul dari sudut mata Gondang. Pelan tapi pasti, kegelapan itu menelan semua yang dia lihat. Bergerak dari tepian lalu dengan cepat menutupi semuanya. Telapak tangan yang bersimbah darah, menjadi pemandangan terakhir sebelum semuanya diliputi kegelapan sempurna.

Brukkk.

Tubuh Gondang tersungkur ke depan dengan posisi tengkurap di tanah. Kini tak ada yang ragu lagi jika Kala Gondang sudah meregang nyawa. Semua pasang mata kini mengalihkan perhatiannya ke mahluk durjana yang baru saja menghabisi nyawa musuhnya.

Sekalipun dia kehilangan tangan kirinya, sekalipun darah segar membasahi sekujur tubuhnya, tak ada satu orang pun yang berani mendekati mahluk biadab yang bernama Joko Lelayu itu.

Dengan perlahan dan tenang, Joko menarik golok Gondang dari ketiak kirinya. Mungkin ini saatnya dia membutuhkan senjata. Tadi, dia begitu putus asa untuk mencari senjata dan akhirnya menggunakan batu di pinggir jalan untuk melawan musuhnya. Kali ini, Joko berniat menyimpan golok Gondang sebagai senjatanya.

Joko melangkah tertatih-tatih mendekati tangan kirinya yang tergeletak di tanah setelah melepas golok Gondang. Sesampainya di tempat tangan kirinya berada, Joko membungkuk untuk mengambil bagian tubuhnya itu. Joko memang merencanakan sesuatu tapi dia tak tahu apakah semua itu mungkin. Tapi karena dia merasa tak ada ruginya, dia memutuskan untuk mencoba.

Joko memegang tangan kirinya yang putus dengan tangan kanannya. Perlahan-lahan dia mendekatkan ujung tangan kirinya itu ke pangkal lengan tempat si tangan terputus karena sabetan golok Gondang tadi.

Saat semua orang yang ada di tempat ini melihat apa yang sedang dilakukan oleh Joko, mereka semua menahan napas. Ini adalah momen penentuan yang sesungguhnya. Apakah Joko Lelayu seorang manusia biasa ataukah dia adalah penjelmaan iblis dalam wujud manusia?

Setelah kedua bagian tubuh Joko yang terputus itu saling mendekat dan berjarak kurang dari setengah cm, tiba-tiba saja, dari kedua sisi daging dan tulang yang saling berhadapan itu, muncul ratusan bahkan ribuan mahluk kecil menyerupai lintah yang menonjol keluar dan menuju ke seberangnya.

Tak lebih dari lima detik, kedua bagian tubuh Joko yang tadinya terputus itu kini sudah menyambung kembali. Memang masih ada darah yang menetes dan bekas luka sabetan yang belum hilang. Tapi saat melihat jemari tangan kiri Joko bergerak-gerak, semua orang sadar kalau tangan kiri Joko telah kembali ke tubuhnya secara sempurna.

Joko menarik napas lega. Dia belum pernah melakukan ini sebelumnya dan hanya mencoba untung-untungan saja. Ternyata perjudiannya berhasil. Tangan kirinya kembali utuh dengan bantuan mahluk biadab yang ada di dalam tubuhnya. Dia pun menarik napas lega.

Jika Joko menarik napas lega, lain halnya dengan semua orang warga Riamu yang sedang menyaksikan kejadian barusan. Mungkin di lain tempat dan di lain kesempatan, kemampuan yang ditunjukkan oleh Joko akan dianggap sebagai sebuah mukjizat dan keajaiban. Tapi, saat ini, detik ini, apa yang ditunjukkan oleh Joko menjadi terror yang sesungguhnya.

"I... I... Iblis!!!"

Entah siapa yang memulai, semua orang yang ada di tempat itu tak lagi dapat menguasai emosi mereka. Mereka lari tunggang langgang sambil berteriak ketakutan. Joko yang menjadi sumber dari ketakutan mereka, masih berdiri di tempatnya sambil mencoba menggerakkan tangan kirinya. Kini dia yakin jika mahluk bedebah yang ada di dalam tubuhnya itu bisa menyatukan kembali semua organ tubuhnya yang terpotong.

Joko tak mempedulikan semua orang yang panik di sekelilingnya. Dengan golok milik Kala Gondang terselip di pinggang, dengan baju compang camping berlumur darah yang mulai mengering, dengan langkah kaki yang perlahan tapi pasti, Joko menuju ke rumah Koh A Tong.

Sementara itu, tak jauh dari tempat keributan dan pertarungan antara Kala Gondang dan Joko Lelayu, seorang laki-laki paruh baya keturunan China terlihat panik sambil mengelap keringat di wajahnya. Dia ikut menyaksikan pertarungan kedua pendekar itu sejak awal.

Awalnya A Tong hanya ingin mengetahui kenapa ada banyak orang yang berkumpul di jalanan menuju pelabuhan Riamu, dan ternyata mereka semua sedang menyaksikan duel antara dua orang pendekar itu. Bagi A Tong sendiri, berkelahi dan semacamnya adalah sesuatu yang sia-sia dan hanya dilakukan oleh orang-orang picik semata.

A Tong yang bernama asli Long Tong, percaya sepenuhnya dengan kekuatan dan keajaiban uang. Bagi A Tong, dengan uang, segalanya bisa terselesaikan, dengan uang, semuanya bisa dia dapatkan. Dia sudah membuktikan semua itu hingga saat ini. Karena itu, saat melihat dua orang laki-laki bersimbah darah saling berkelahi entah karena alasan apa, A Tong mencibir mereka dalam hati.

Di saat pertarungan Joko dan Gondang hampir mencapai klimaksnya, tiba-tiba saja, sebuah tangan mencengkeram lengan A Tong dan menariknya ke belakang. A Tong murka. Dia tak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya. Apalagi ketika A Tong membalikkan badan dan melihat ke arah orang yang berani melakukannya, A Tong dengan cepat ingin menyemburkan napas naganya kepada si pelaku yang ada di depannya.

Laki-laki yang akan menjadi korban semburan naga si A Tong dengan cepat memberikan penjelasannya, "Koh, Joko Lelayu ke sini, karena ingin mencari Kokoh," kata si laki-laki yang ternyata centeng pribadi A Tong.

"Apa lu bilang?" tanya A Tong setengah tak percaya.

"Iya Koh, Joko ke sini, nyariinKokoh. Dia ingin buat perhitungan karena Kokoh berani ambil kekasih dia," jawabSi Centeng.

SekarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang