37. Gadis Hit

130 17 4
                                    

Sebuah rumah bertingkat dua dengan balkon dan rooftop megah, sangat besar seperti yang ada di sinetron, tiang-tiangnya menjulang tinggi ke atas sejauh empat meter, berwarna putih bersih tanpa ada noda apalagi lumut. Bisa ditebak jika gedung HITG ini rutin dibersihkan setiap waktu. Tempat ini lebih cocok disebut rumah daripada kantor.

Dulu Melody mengira bila kantor HITG berada di sebuah gedung pencakar langit pada salah satu lantai yang tinggi. Akan tetapi, setelah melihat kenyataan, ternyata ekspetasi Melody dipatahkan, nyatanya kantor HITG adalah sebuah rumah mewah besar seperti yang ada di sinetron. Jika boleh jujur, rumah ini lebih baik daripada sebuah kantor yang berada di gedung pencakar langit. Terasa lebih hidup dan kekeluargaan.

Hari ini Melody dipanggil oleh pendiri HITG, usai seminggu lalu dikirimi sebuah surat ajakan untuk bergabung dalam agensi. Isi lengkap surat itu adalah kontrak juga peraturan yang harus Melody patuhi jika bergabung dalam HITG. Apabila telah melakukan tanda tangan kontrak, maka mereka pemotretan untuk welcoming cover akan segera dilakukan.

Gadis berambut lurus itu telah membicarakan hal ini dengan ayah. Ia meminta pendapat orang tuanya terkait bergabung dalam HITG. Ayah tidak pernah melarang apapun yang Melody inginkan selama itu baik. Beliau bahkan berkata jika tak masalah bila Melody ingin bergabung dengan HITG, tetapi ia harus bisa mengatur waktu agar kehidupan pekerjaan tidak menganggu kegiatan sekolah. Ayah juga mengingatkan supaya Melody terus berhati-hati agar tak terjebak dalam kontrak yang diberikan. Kini usai mempertimbangkan secara matang, Melody mendatangi kantor utama HITG, tak lain dan tak bukan untuk menandatangi kontrak.

Kata Thera, anggota terkini HITG ada sekitar dua puluh orang, yang sebagian kecil masih murid SMA sama seperti mereka. Sisanya adalah anggota lama yang telah menduduki bangku kuliah, seperti Kala dan Ghea. Lalu sang ketua Kayena Aditirta akan segera mencopot jabatannya dan diberikan pada orang lain yang telah menjadi pilihan pimpinan.

Begitu masuk ke dalam rumah megah yang dikelilingi tanaman bonsai tersebut, Melody mencium aroma makanan yang sangat lezat. Seperti bau coklat yang meleleh, lalu dipadukan dengan aroma kopi dan gula hangus manis—karamel. Jika boleh menebak, maka seseorang sedang membuat kukis di sini.

"Siapa nih masak kue di siang bolong?" Thera berteriak ke seluruh penjuru. Gadis itu datang bersamanya tadi.

Lalu muncullah Ghea dari arah—sepertinya dapur—dengan rambut dipenuhi tepung hingga memutih, juga dua orang perempuan lain yang wajahnya comot dengan coklat dan tepung pula. Melody tidak mengenal mereka, tetapi seperti pernah melihat di suatu tempat.

"Eh, ada Melody," sapa Ghea dengan gembira. "Ini cuy yang gue ceritain kemarin, yang pacarnya Jeje." Kemudian ia beralih pada dua orang kawannya.

"Oh ini ya pacarnya Jeje? Cakep banget! Emang pantes Jeje dapetin dia?" Si rambut pendek sebahu berkata dengan agak pedas mengatai ketua Batavia. Nampaknya Jenardian cukup terkenal di kalangan gadis-gadis HITG ini.

"Yang nyanyi dinikahan kak Yen waktu itu, 'kan? Pangling, beda banget! Tapi sama cantiknya." Lalu yang bersorot mata tajam memuji Melody tidak secara langsung di depannya, melainkan berkata pada Ghea.

"Iya, 'kan? Gue bilang juga apa!" seru Ghea. "Eh, Melody, maaf ya kita asik ngobrol sendiri. Ini Chelsea sama Ayya, mereka anak HITG yang seangkatan sama aku dan Kala." Mulanya Ghea menunjuk pada si rambut pendek, lalu berganti pada si sorot mata tajam.

Melody menganggukkan kepala sembari tersenyum manis. Namun, di dalam kepala, dia berusaha mengubek-ubek ingatan guna mencari tahu siapakah dua orang gadis ini. Muka mereka terlihat familiar, tetapi Melody tak ingat siapa.

Seakan mengerti dengan sang sahabat yang terlihat kebingungan, Thera pun memberitahukan identitas dua orang gadis tersebut pada Melody. "Lo tau kak Bara sama Jean anak Batavia, kan? Mereka pacarnya."

Hundred MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang