11. Genta Sakit

141 18 0
                                    

Semenyenangkan itu menjadi Melody. Direstui oleh semua orang, didukung oleh semua orang. Yolanda ingin di posisi Melody.

Terkadang Yola merasa aneh akan dirinya sendiri. Mengapa ia terpaku pada satu laki-laki yang kaku, irit bicara, dan ekspresi lempeng alias Phantera Gerald Dirgantara. Yola tak ingat apa alasan ia bisa menyukai seorang Genta, tetapi jika tak salah, dia jatuh hati pada laki-laki itu sejak mereka tak sengaja bertemu pada hari orientasi.

Saat itu Genta dengan tubuh tingginya berjalan seorang diri di lorong, dia memakai kacamata dengan frame agak bulat sambil memegang susu kotak rasa stroberi di tangan. Laki-laki ini sangat lucu, menggemaskan, dan tampan, itulah isi pikiran Yola waktu itu.

Katakanlah jika Yola hanya menyukai Genta karena parasnya saja, toh kenyataannya dia memang tampan! Tidak mungkin orang tak jatuh hati pada pandangan pertama saat melihat laki-laki setinggi 183 cm itu. Namun, seiring waktu Yola mengenal Genta, dia tahu bila sosok tersebut tak hanya tampan, tetapi juga sangat perhatian dan manis meski berbanding terbalik dengan tingkah dan ekspresi yang dia tunjukkan.

Tidak peduli dengan guru matematika yang sedang mengajar di depan kelas, mata Yola malah terarah ke lapangan sana guna memperhatikan si tampan Phantera. Kelas laki-laki itu sedang melakukan mata pelajaran olahraga berupa praktik senam kebugaran jasmani. Terlihat kaum lelaki lebih semangat berjoget daripada para perempuan. Tak usah ditanyakan bagaimana Genta, dia tentu saja sangat letoy seperti cumi balado di nasi padang, sedangkan kawan sebangkunya malah asik berjoget seperti di acara dangdut pantura, ini jelas si Jenardian.

Setahu Yola, kemarin Genta tidak masuk sekolah karena sedang sakit, jadi wajar saja laki-laki itu terlihat tak bersemangat, toh meskipun tidak sakit Genta tetap terlihat seperti orang tak memiliki semangat hidup.

Baru saja dibicarakan, tanpa sengaja mata gadis berambut digerai itu menangkap pemandangan yang membuat jantungnya lepas dari tempat. Genta tiba-tiba pingsan yang mana membuat teman sekelasnya terkejut bukan main. Begitupun dengan Yola, dia sampai bangkit dari kursi ketika melihat laki-laki bertubuh tinggi itu jatuh seketika ke tanah.

"Yola, kenapa?" Guru matematika yang mengajar sampai bingung melihat tingkah anak didiknya.

Mendengar pertanyaan itu, otak Yola mendadak kosong, dia kehabisan akal untuk menjawab pertanyaan si guru. Yolanda tidak bisa menjawab dengan jujur bila ia terkejut sebab melihat Genta pingsan. Sudah cukup hinaan dan makian yang orang lain berikan padanya hanya karena dia menyukai Genta secara terang-terangan dan agresif, itulah kenyataannya.

Menjadi rahasia umum bila Monalisa Yolanda menyukai Genta. Untuk mendapatkan laki-laki berhati dingin sepertinya, Yola tak bisa melakukan hal yang simpel, dia harus berbuat agresif agar Genta sadar bila Yola menyukai Genta. Namun, karena demikian, banyak orang yang menghina Yola sebagai gadis murahan. Menurut mereka, ini tak sejalan dengan citranya sebagai ketua keputrian di sekolah. Sosok yang seharusnya anggun dan kalem, malah menjadi budak cinta seorang lelaki. Katanya, merusak derajat seorang wanita.

Menurut Yola sendiri, tanggungjawab dan kehidupan pribadinya jelas berbeda. Gadis cantik itu tak mau mencampur aduk apa kodratnya dan apa yang dia inginkan. Tanggungjawab Yola adalah menjadi ketua keputrian dan menjaga martabat para wanita di sekolah, dan Yola melakukan itu. Akan tetapi, di luar dari jabatan yang dipegang, Yola hanya menjadi dirinya sendiri—seorang gadis gila yang mengejar cinta sesosok lelaki bersifat sedingin kutub utara. Tidak salah, yang salah adalah orang lain yang mencampur adukkan kehidupannya.

"Eh, anu, Bu, saya boleh izin ke toilet? Perut saya mules banget dari tadi." Terpaksa ia berbohong.

"Ya sudah sana, daripada keceprit, apa kata orang nanti." Murid di kelas tertawa. Sebetulnya ini sangat memalukan, tetapi mau bagaimana lagi.

Hundred MilesWhere stories live. Discover now