9. Ulang Tahun Ayah

111 15 0
                                    

Demi apapun kejadian kemarin sore membuat Melody enggan berangkat sekolah. Dia sangat malu, sangat-sangat malu sampai tidak tahu harus dibawa kemana mukanya.

Karena Jenardian yang tidak bisa tenang, Melody jadi terkena akibatnya. Laki-laki itu jatuh dari tangga dan kakinya secara tak sengaja menendang kaki Melody, alhasil ia pun ikut jatuh bersama si ketua Batavia.

Jika jatuh dengan keadaan biasa ya tidak apa-apa, masalahnya mereka berdua jatuh dalam posisi yang sangat ambigu, hidung Melody dan Jeje bersentuhan antara satu sama lain, bahkan dia dapat mencium aroma parfum laki-laki itu secara jelas. Sakitnya sih tidak, tapi malunya akan sampai teringat seumur hidup. Belum lagi mereka berdua sedang dijodoh-jodohkan oleh seluruh warga sekolah, pasti setelah ini hidup Melody tak akan tenang.

"Mel, ayo berangkat sekolah." Ayah sudah bersiap dengan kemeja kerja, kacamata minus berframe hitam itu membingkai di wajah tampannya.

"Sebentar," balas Melody dari dalam kamar seraya mengikat rambut. Usai memastikan jika dirinya sudah rapi dari pantulan cermin, Melody mengambil tasnya di meja belajar lalu mengendong benda tersebut di punggung.

"Ayo, Yah," ajak gadis berkuncir kuda itu.

Segera mereka menuju halaman untuk menaiki mobil sedan Timor milik ayah. Entah sudah berapa lama mobil ini ada, katanya sejak ayah dan ibu masih berpacaran, untungnya mobil kuno ini masih berjalan lancar meski harus rutin diberi perawatan.

Saat masuk ke dalam, suasana awal tahun 2000 begitu terasa. Dasbor mobil yang diisi dengan berbagai foto, ada pula pengharum mobil berwangi kopi yang tergantung di spion tengah, tak lupa kalender dan jam kecil di ujungnya. Pukul tujuh lewat dua menit, jam masuk sekolah masih 28 menit lagi, jadi Melody tak perlu terburu-buru.

Di samping jam terdapat foto ayah dan ibu semasa muda, mereka tersenyum riang sambil memegang sebuah cincin—kata ayah, foto itu diambil kala ia baru melamar ibu. Ayah sengaja meletakkan foto tersebut di dalam mobil, ini dilakukan supaya Melody merasa jika ibu ikut mengantarnya ke sekolah setiap hari.

Ibu meninggal ketika sedang melahirkan Melody, semua itu terjadi dikarenakan ibu mengalami pendarahan hebat akibat tekanan darah tinggi selama masa kehamilan. Kematiannya sempat membuat ayah sangat sedih hingga terpuruk, tetapi bagaimanapun juga ayah tak bisa berbuat apa-apa karena takdir telah ditulis. Meski begitu, pria yang tahun ini akan berusia 44 tahun itu tetap menjalankan tugas seorang  ayah dengan sangat baik di sepanjang hidupnya, ia bahkan memerankan peran ganda sebagai ayah dan ibu agar Melody tak kekurangan kasih sayang.

Pernah sekali Melody bertanya pada ayah mengapa ia tak menikah lagi saja, kali saja pria itu kesepian. Akan tetapi, jawabannya membuat Melody terharu. Ayah berkata bila ia hanya mencintai ibu, bisa saja ia menikah dengan orang lain, tetapi cintanya pasti berbeda dan ayah tak mau itu sampai terjadi. Sejak saat itu, Melody menginginkan seorang laki-laki yang merupakan salinan ayahnya, setia dan penuh cinta.

Kembali pada realita, jalanan di depan sana cukup ramai, namun, masih cukup lenggang sehingga tak terjadi kemacetan. Terlihat berbagai macam kendaraan hilir mudik, mulai dari sepeda onthel hingga bus kota. Pemandangan seperti ini yang biasa Melody lihat setiap pagi.

"Kamu nanti pulang naik apa? Atau ayah jemput?" Ayah bertanya saat mereka berhenti di lampu merah.

"Kayaknya aku mau pulang sama Thera aja, deh, tapi nggak tau lagi, soalnya ada latihan cheerleader juga nanti sore." Gadis itu menatap pada sang ayah.

"Nanti telepon Ayah ya, biar Ayah jemput sepulang kerja kalau nanti nggak jadi pulang sama Thera." Jika bertanya apa pekerjaan ayah, pekerjaan pria itu sangat menyenangkan dan tidak akan pernah membuat bosan. Ia adalah seorang editor buku pada salah satu penerbit mayor. Lebih dari 12 tahun ayah bekerja dengan pekerjaan itu, alasan mengapa memilih profesi tersebut pun sangat simpel, yakni karena ayah suka membaca buku. Benar-benar menyenangkan jika kamu memiliki pekerjaan yang sesuai dengan hobi dan passion-mu.

Hundred MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang