21.

10.2K 856 68
                                    

Jantung Han berdebar-debar, dia tidak tahu apa yang salah dengan dirinya, seharusnya tidak seperti ini. Dia seharusnya tidak merasa seperti ini, tapi saat ciumannya menyatu dengan ciuman wanita tu dia merasakan rasa manis yang hampir dilupakan dan rasa manis itu membuat dahaganya menjadi semakin menjadi-jadi hingga dia enggan melepaskan ciumannya dan membuat wanita itu beberapa kali mencoba mendorongnya untuk melepaskan diri darinya tapi yang dia lakukan justru mendekapnya dan menekannya memperdalam ciumannya, menghisapnya sampai,

“Ah.”

Han tersadar begitu Clarissa menggigit bibirnya dan membuatnya kesakitan, lalu dia harus menghadapi tatapan penuh keluhan dari wanita itu yang jelas-jelas menyalahkannya karena memperlakukannya dengan begitu intens sementara mereka hanya sedang berakting di depan Rossita. Benar, sesaat saat dia berciuman dengan wanita itu dia benar-benar lupa kalau mereka hanya berakting dan masih ada Rossita yang sejak tadi menonton mereka.

Kenapa dia menjadi seperti ini? Padahal dia pikir dirinya tidak akan jatuh cinta lagi pada wanita lain setelah mendiang istrinya pergi tapi Alice …

Han memperhatikan sosok Alice yang masih duduk di pangkuannya, wajahnya menoleh saat berbicara dengan Rossita, Han melihat wajahnya dari samping, wanita ini sepuluh tahun lebih muda darinya, tentu saja Alice terlihat cantik dan segar, selain itu kepribadiannya juga tidak terlalu buruk dan anak-anak menyukainya bahkan Bara yang paling keras kepala sampai uring-uringan seperti itu.

Alice.

Alice.

Alice.

Semakin lama Alice berbicara dengan Rossita rasanya di ingin memanggilnya dan meraih dagunya memaksanya agar wanita itu hanya melihatnya. Dia pasti sudah gila, bisa-bisanya dia berpikir seperti itu dan merasa tidak bahagia saat perhatian Alice teralihkan darinya seolah dirinya ingin Alice memperhatikannya seseorang, itu tidak mungkin terjadi, ini salah dan ini tidak benar karena tujuannya menikahi Alice bukan untuk menjadikannya istri tapi sebagai tameng dan pengasuh untuk anak-anaknya, tapi saat wanita itu kembali menatapnya dengan mata coklatnya yang cerah dan menciumnya lagi dia mungkin memang benar-benar sudah gila, jantungnya kembali memburu dan hatinya dipenuhi dengan kesenangan, tangannya tidak berhenti bergerak menyentuh punggung wanita itu dan ingin pergi ke area lain, saat wanita itu menggerakkan pinggangnya dan menggosok di area terlarang dia merasa dirinya tidak terkendali lagi, tapi pintu tiba-tiba dibanting dengan keras, Rossita pergi dan wanita itu kembali menghentikan ciumannya dan duduk di bagian tubuhnya yang mengeras, wanita itu menatapnya dan mengejeknya.

“Kamu bangun?”

Han ingin bersembunyi, entah kenapa dia merasa sangat malu, tapi dia mencoba untuk bersikap tenang. “Aku masih seorang pria.” Tentu saja pria mana yang tidak akan bangun jika diperlakukan seperti itu oleh wanita karena itu dia membutuhkan seorang istri agar wanita-wanita itu berhenti mengejarnya dan memikirkan cara licik untuk membawanya ke tempat tidur, karena pada akhirnya pria tetap seorang pria yang bisa dikendalikan oleh nafsunya dan an tidak ingin hal seperti itu terjadi padanya tapi sekarang dia justru …

Wanita itu menyandarkan dahinya di dahinya hingga hidungnya bisa menyentuh hidungnya dan merasakan hembusan nafasnya yang hangat membelai pipinya.

“Mau melanjutkannya?” 

Han menatap matanya yang menggoda, bagaimana dengan wanita ini dia tidak melakukannya karena paksaan ataupun keterpaksaan , Han memejamkan matanya, tangannya menyentuh punggung wanita itu tapi tiba-tiba wanita itu mendorongnya dan membuatnya terkejut.

Clarissa tersenyum. “Kau tidak berpikir akan melakukannya, kan?” Dia lalu turun dari kursi dan merapikan pakaiannya, meninggalkan Han yang masih tidak bergerak di tempat duduknya dan hanya bisa menatap Clarissa yang masuk ke dalam kamar lalu keluar lagi dengan jaket denim yang sudah dikenakannya.

Secret Agent : MAMA  🔞 Where stories live. Discover now