05.

12.7K 1.1K 56
                                    

Clarissa melihat kepergian Burhan yang berangkat bekerja, sekarang gilirannya pergi mengantar anak-anak berangkat sekolah. Ya, itu menjadi salah satu tugasnya, tapi cucian piring bekas sarapan sudah menumpuk di tempat cuci piring.

"Aku akan melakukannya nanti setelah mengantar mereka," gumamnya.

"Anak-anak, ayo berangkat."

Clarissa menempatkan Lulu di kursi anak-anak di bagian belakang memastikan sabuk pengamannya terpasang dengan benar, Lucy duduk di sebelahnya sementara Bara duduk di depan bersama dengannya.

"Bibi bisa menyetir mobil?" tanya Bara meragukan Clarissa.

"Sejak awal kau memang suka sekali meremehkanku ya? Ada banyak hal yang bisa aku lakukan di dunia ini, kau akan terkejut jika melihatnya nanti."

Clarissa menginjak pedal gas dan mengendarai mobilnya keluar dari komplek perumahan milik Burhan menuju jalan raya. 

Sekolah anak-anak agak jauh dari tempat tinggal mereka, sekitar setengah jam perjalanan. Di perjalanan mereka tidak banyak berbicara, kebanyakan sibuk dengan urusan masing-masing, Bara sibuk mendengarkan musik dan mendengarkan lagu, Lulu sibuk bermain dengan boneka bebeknya sementara Lucy hanya melihat keluar jendela. 

Clarissa memberikan perhatian lebih pada Lucy yang lebih banyak diam, bahkan sejak dia datang ke rumah anak itu juga tidak berkomentar seperti Bara.

Mereka sampai di sekolah Lucy lebih dulu. Lucy hanya melambaikan tangan pada Lulu dan pergi begitu saja, segerombolan anak-anak perempuan segera menghampirinya dan merangkul pundaknya, mengajaknya pergi bersama.

"Bibi?"

"Hmm?"

"Kenapa Bibi tidak jalan lagi? Aku bisa terlambat."

Clarissa hanya menghela napas, dia kembali menjalankan mobilnya.

"Apa kakakmu biasanya pendiam seperti itu?"

Bara tidak mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya. "Tidak, dulu kakak sangat ceria, tapi dia berubah setelah ibu pergi."

Setelah kehilangan kewaspadaannya pada Clarissa, Bara cukup terbuka padanya. Clarissa berpikir apakah kematian ibunya meninggalkan luka yang sangat mendalam untuknya hingga cukup membuatnya menjadi pribadi yang murung seperti itu.

"Ini juga ada hubungannya dengan ayah yang tiba-tiba memutuskan untuk pindah dari tempat tinggal kami sebelumnya."

"Kalian pindah? Jadi rumah itu …"

"Kami baru beberapa bulan tinggal disana."

Pantas saja Clarissa merasa kalau rumah itu tidak terasa seperti rumah yang sudah ditinggali oleh tuan rumah selama bertahun-tahun.

"Dimana kalian tinggal sebelumnya?"

"Tidak jauh dari tempat tinggal kita yang sekarang."

"Kenapa kalian pindah jika masih di wilayah yang sama?"

"Ayah bilang ingin tinggal di rumah yang lebih kecil, jadi kami pindah dan kakak sepertinya kurang suka dengan keputusan ayah."

"Kenapa?"

"Karena disana ada teman-temannya, tapi setelah pindah dia hampir tidak punya teman disini."

Clarissa menyandarkan kepalanya di tangan yang bertumpu ke jendela saat menyetir. "Ayahmu yang gila, kenapa dia membeli seluruh komplek perumahan dan hidup tanpa tetangga? Apa ayahmu antisosial?"

"Tidak juga, di tempat tinggal kami yang dulu ayah termasuk aktif di kegiatan sosial, tapi … yah, sekarang kami nggak tahu apa yang sebenarnya ayah pikirkan."

Secret Agent : MAMA  🔞 Where stories live. Discover now