03.

13.8K 1K 25
                                    

Rumah Tuan Burhan Prakasa tidak semewah yang bisa Clarissa bayangkan. Dia pikir karena Burhan adalah pimpinan sebuah perusahaan yang cukup besar, dia seharusnya memiliki rumah mewah yang luasnya sampai ribuan meter persegi dengan halaman luas, kolam renang pribadi dan lusinan pelayan rumah tangga.

Nyatanya, rumah duda tiga anak itu tidak lebih dari rumah dua lantai yang tidak begitu besar. Di lantai dua ada tiga kamar dengan satu kamar master, dua kamar anak-anak dan satu kamar mandi luar. Sementara di lantai satu hanya ada satu kamar, dapur, kamar mandi yang berada tepat di bawah tangga dan ruang keluarga sekaligus ruang tamu.

Halaman belakang juga tidak terlalu luas, mungkin panjangnya hanya sekitar dua meter, ada kolam ikan disana, pot tanaman yang tertata rapi, sementara terasnya juga cukup kecil dengan halaman mini di sebelah garasi.

Jika orang bertamu ke sana pasti tidak akan ada yang percaya bahwa Tuan Burhan Prakasa adalah seorang pimpinan perusahaan. Saat Clarissa pertama kali datang dia juga sangat terkejut, ternyata orang sekaya Burhan menjalani kehidupan yang begitu sederhana, kalah dengan para pegawai negeri yang hedon flexing harta sana sini.

Saat Clarissa datang, itu baru jam sembilan malam. Anak-anak bahkan Lulu yang paling kecil belum tidur, Burhan menyuruh mereka bertiga untuk berkumpul dan menemuinya.

Clarissa ingat, dalam ingatan Alice tidak ada satupun dari ketiga anak Burhan yang hadir di acara pernikahan mereka. Sepertinya mereka tidak suka ayahnya menikah lagi, kecuali Lulu yang belum mengerti tentang hal semacam itu.

Burhan mengangkat putri bungsunya, mencium pipinya yang membuat anak itu tertawa.

"Kenapa kamu belum tidur? Hmm?" tanyanya pada si kecil.

"Lulu tidak mau tidur, sejak tadi dia bertanya di mana Ayah, ini hari minggu kenapa Ayah tidak di rumah?" tanya anak laki-laki bernama Barack Prakasa yang lebih sering dipanggil sebagai Koko Bara sama Lulu.

Mendengarnya, Burhan mengusap hidung anak perempuannya. "Maaf, Ayah harus pergi bekerja di hari minggu. Lain kali Ayah akan meluangkan waktu untuk bermain denganmu."

"Tsk! Meluangkan waktu?" Bara berdecak. "Berapa kali Ayah mengatakan hal itu, Ayah selalu sibuk dengan pekerjaan Ayah dan apa pikir Ayah bisa menggantikan Ibu dengan wanita ini? Ayah pikir kami akan baik-baik saja jika Ayah menikah lagi? Kami tidak butuh ibu tiri."

"Bara ...." Burhan terdiam, anak laki-laki yang dia panggil pergi begitu saja naik ke lantai dua tanpa mau mendengarkan apapun yang ingin dia katakan. Begitupun dengan Lucy yang tanpa mengatakan apa-apa langsung pergi menyusul Bara.

Burhan menghela napas melihat sikap kedua anaknya.

"Aya, Aya." Lulu memanggilnya berkali-kali mencari perhatiannya.

"Hmm, ada apa, Lulu?" tanyanya mencoba sebaik mungkin terlihat ramah untuk anak itu. Baginya, kehadiran Lulu adalah sebuah kesalahan, sejak awal pernikahannya, dia dan istrinya sepakat untuk memiliki dua anak, Lucy dan Bara sudah cukup baginya, tapi di usianya yang sudah tiga puluh enam tahun istrinya hamil lagi karena kecerobohannya.

Kehamilan di usia itu sangat beresiko dan saat istrinya meninggal beberapa hari setelah melahirkan Lulu, pernah terbesit dalam angan-angannya jika saja Lulu tidak pernah ada, istri tercintanya tidak akan meninggalkannya.

Tahun pertama, dia benar-benar menyalahkan kehadiran Lulu, bahkan sampai sekarang pun perasaannya terhadap anak itu antara cinta dan benci, karena itu meskipun dia sudah berusaha menerima anak itu dan bersikap baik padanya, dia lebih sering mengabaikannya dengan alasan sibuk bekerja.

"Aku mau tidul cama Aya."

Burhan mengusap kepalanya, sebelum akhirnya mengalihkan perhatiannya pada Clarissa yang sejak tadi diabaikan.

Secret Agent : MAMA  🔞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang