02 • HE'S ALAN

98 69 8
                                    

"Sumpah malu banget gue tadi." Kesal seorang gadis yang sedang duduk santai di atas sofa empuk berwarna putih, ia meremas sebuah bantal dengan sangat erat, membuktikan kalau ia benar-benar memang sedang kesal.

Ia tidak sendirian, ada satu temannya yang selalu datang menemani dirinya ketika ia merasa kesepian, karena kedua orang tuanya yang sedang berada di luar kota. Mereka berteman sudah sangat lama sekali, sejak ayah dari mereka menjalin kerjasama di kantor sekitar lima tahun yang lalu.

Panggil saja mereka Ela dan Flo. Mereka sudah seperti adik kakak yang selalu bersama, sama halnya dengan Alan, Farel, dan Zidan yang tidak mungkin bisa dipisahkan karena mereka sudah ditakdirkan bersama.

"Ya ampun, El. Lo kenapa bisa salah masuk kelas, sih?" Tanya Flo, ia merobohkan tubuhnya ke atas sofa.

Ela memutar tubuhnya 90 derajat menghadap ke samping agar ia bisa menatap kedua bola mata sahabatnya langsung.

"Mana gue tau, tapi tadi gue yakin banget kalau di atas pintu itu angka 11, bukan 12." Jelasnya tak mau salah, Ela kembali ke posisi awal, menghadap ke depan dan meremas bantal itu lagi.

"Oh iya? Kalau lo yakin banget itu kelas 11 kenapa lo keluar? Kenapa nggak belajar di kelas itu aja?"

Ela meletakkan bantal yang ia genggam ke atas pahanya dan melipat kedua tangan di depan dada. "Ah nggak tau, gue kesel banget."

Flo tertawa renyah sebelum ia membuka mulutnya lagi. "Emang kelas berapa yang lo masukin?"

"12 MIPA 1," jawab gadis itu apa adanya.

"SERIOUSLY?"

Flo yang tadinya tertawa kini terdiam kaku, menatap tajam kedua bola mata Ela dengan tatapannya aneh dan sinis.

"Ih apa sih, lebai banget reaksi lo!" Ucap Ela sebelum ia merobohkan tubuhnya, menyender ke sofa empuk yang sedang ia duduki kini bersama dengan temannya, Flo.

Mendengar jawaban Ela yang tidak begitu memuaskan, kedua tangan Flo langsung mencengkram erat pundak Ela, menggoyang-goyangkan pundak gadis itu dengan sangat kencang. "Lo bilang lebai? Lebai kata lo?"

Ela melepas cengkraman temannya. "Iya, lo lebay." Jujurnya santai.

"Lo tau nggak? Kalau di kelas itu ada 3 cogan yang terkenal banget di SMA Nusabakti? Hah?"

"Cogan? Haha, yang ada para buaya yang ngumpul dikelas itu." Kekeh Ela.

"Coba lo perhatiin, deh. Mata lo rabun tuh."

"Nggak ada, buaya semua." Ela menghembuskan nafas pelan sebelum ia melanjutkan kalimat nya.

"Tapi, ada satu cowok yang gue perhatiin terus tadi pagi, siapa ya." Lanjut nya memikir keras.

"Siapa? Kenapa? Gimana? Kok bisa?"

"Dia bilang kalau gue 'centil'." Jelasnya setelah gadis itu mengingat kembali kejadian tadi pagi.

Tadi pagi, bukankah memang benar kalau salah satu dari ketiga cogan itu mengatakan sesuatu? Apakah kalian masih mengingat nya? Nah, kata itu yang terus berputar-putar di benak Ela dan tidak bisa hilang sampai sekarang.

"Hah? Centil? Siapa yang bilang lo centil? Sini kasih tau biar gue lurusin itu mulut." Tanya Flo tak terima.

Ela menghembuskan nafas pelan, ia merosot begitu saja ke lantai, mengambil sebuah remote TV dan menekan tombol berwarna merah sebelum ia membuka mulutnya lagi.

"Gue nggak kenal, dia kan kakak kelas gue. Tapi, mukanya udah gue tandain, gue bakal bales dendam ke dia karena udah ngomongin gue yang nggak-nggak."

HE'S ALAN Where stories live. Discover now