PROLOG ✎

246 86 11
                                    

Suatu malam, di kediaman keluarga besar Kavindra yang sangat harmonis. Terlukis senyuman merekah di setiap wajah keluarga Kavindra. Kalau di lihat secara langsung, rumah megah yang bernuansa putih elegan itu kini terhias dengan banyak sekali warna, balon, kartu ucapan, kado, bahkan kue coklat yang terbentang tinggi di atas sebuah meja bundar di tengah ruangan yang sangat luas.

"Happy birthday, Alan." Seru semua anggota keluarga Kavindra.

Kebahagiaan yang hanya dirayakan sekali dalam setahun, mengingat seorang bayi laki-laki tampan yang terlahir 18 tahun yang lalu dan kini telah menjadi pemuda dewasa yang berhasil membanggakan kedua orang tuanya.

"Happy birthday, Alan." Seru keluarga itu sekali lagi, memeriahkan acara ulang tahun anak kebanggan mereka, Alan Kavindra.

Alan terlihat tidak bisa menahan sabar akan kue coklat yang terpampang nyata di hadapannya. "Mah, Pah, Alan potong kuenya ya?" pinta Alan, sebuah pisau plastik tergenggam erat di tangan kanannya.

Kavindra dan Luna sang mama mengangguk mengiyakan, seraya terkekeh pelan melihat tingkah anak mereka yang tidak pernah berubah. Menjadi salah satu sifat yang sangat khas dari seorang Alan. Sangat lucu.

"Suapan pertama ini, Alan kasih ke mama sama papa. Karena mama sama papa yang udah ngedidik Alan sampai bisa kaya sekarang." Ucap Alan, dengan dua potong kue coklat yang sudah siap meluncur ke mulut kedua orang tuanya.

Kini, mata Luna dipenuhi dengan genangan air yang sudah tak tertahankan lagi. Air mata itu jatuh membasahi pipi mulus Luna.

"Kakak udah gede ya? Mama bangga sekali punya anak seperti kakak, Mama bahagia, Kak."

"Mah-"

"Mama kamu benar, Al. Papa juga bangga punya penerus seperti kamu," potong Kavindra, menepuk pundak anak semata wayang nya itu.

Alan Kavindra merupakan anak kebanggan keluarga Kavindra, prestasi nya yang sangat luar biasa membuat banyak perubahan di dalam hidup nya. Penerus keluarga Kavindra yang sangat di banggakan tentunya membuat hidup seorang Alan tidak mudah. Namun, meskipun begitu Alan bisa mengendalikan semuanya.

Ia sukses dalam hal apa pun.

Alan menarik kedua sudut bibit nya keatas, melukis sebuah senyuman yang menghangatkan. "Mah, Pah, makasih."

Seusai pemotongan kue, Alan juga semua para tamu pastinya akan memakan makanan yang sudah disediakan oleh keluarga Kavindra.

"Sayang kalau nggak di makan." Ucap Alan.

"Kavindra!" panggil Candra, kakak laki-laki Kavindra alias paman dari Alan Kavindra.

Kavindra menoleh. "Ah, Kakak. Bagaimana kabar nya? kabar kakak ipar juga." Kavindra terlihat sangat bersemangat menyadari kakak nya datang dan ikut memeriahkan acara ulang tahun putranya.

"Seperti biasa, selalu baik."

"Alan! Sudah dewasa saja kamu, bagaimana kabar kamu, Al?" Tambah sang paman, Candra.

"Baik, Om. Hehe." Balas Alan.

"Om dengar-dengar, kamu sekarang menjadi murid terpintar di sekolah kamu ya? Wah, om bangga sama kamu, Al." Candra memuji, menepuk pundak Alan untuk beberapa kali.

Alan terkekeh pelan. "Hehe, iya om." Berusaha untuk tidak salah tingkah.

Mereka semua tenggelam dalam perbincangan yang begitu panjang, satu demi satu keluarga Kavindra mulai datang dan ikut mengucapkan selamat kepada Alan.

hingga pada jam yang menunjukkan pukul 21.15 seorang gadis cantik berpakaian dress merah yang anggun, membuat para tamu seketika menoleh ke arah pintu masuk, mata mereka terfokus kan pada sosok elegan itu. Dia Ela, kekasih Alan.

HE'S ALAN Where stories live. Discover now