Kembali Berjuang

68 1 0
                                    

Askara kini telah terbangun di rumahsakit, sedangkan Nanda sang ibu tiri tetap menunggu anaknya , meskipun kondisi Askara masih sangat lemah setelah kondisi jantungnya kambuh.
"Maaf ya bu lagi-lagi aku merepotkan ibu," ujar Askara.
"Kok Adek ngomong begitu sih, ibu tetap sayang sama kamu nak, kamu tidak pernah merepotkan ibu dan ayah u," ujar Nanda.
"Aku kangen ayah bu," ujar Askara Parau.
"Sabar ya sayang ayah pasti akan segera pulang, sekarang kamu fokus dengan kesehatan kamu dulu nak,' ujar Nanda.
"Iya bu adik janji bakal fokus sama kesehatan adik," ujar Askara.
Askara kembali tertidur, setelah meminum obat dan mendapat injeksi vitamin. Nenek Dewi dan keluarga Nanda menjenguk Askara, hal tersebut berbanding terbalik dengan keluarga Bima yang sangat acuh, padahal Askara adalah darah daging dari keluarga Bimantara, malah anak itu semakin terabaiakan. Namun sekarang kebahagiaan menyelimutinya setelah Askara mendapatkan ibu sambung seperti Nanda, bahkan keluarga besar Nanda sangat sayang kepada Askara.
"Nanda, adik udah baikan kan kondisinya," ujar Dewi.
"Sudah bu, tapi ya begitu kodisi jantungnya sering naik turun, aku dan mas Bima hanya bisa bersabar dalam menghadapi ujian dan menjaga harta peninggalan almarhum istrinya mas Bima," ujar Nanda.
"Benar sekali Nanda, Askara anak itu baik dan sangat polos dan menggemaskan jangan biarkan senyumnya menghilang," ujar Dewi
"Terimakasih bu sudah bisa menerima anak tiriku," ujar Nanda.
"Aku ini ibu mu Nanda, apapun yang membuat kamu bahagia ibu juga bahagia," ujar Dewi.
Nanda tersenyum mendengar penuturan sang ibu. Setelah mereka berbincang-bincang tiba- tiba layar EKG askara berbunyinyaring Askara mengalami sesak nafas kembali Nanda begitu sangat ketakutan karena setelah pemasangan ring jantung Askara drop lagi
"Ya Allah adek," teriak Nanda.
Nanda segera melakukan pertolongan pertama, para team medis segera datang, dan kini anak itu harus masuk ke ruang ICU setelah kembali drop.
Para tim medis yang telah siaga di ruangan segera mendekati tempat tidur Askara. Mereka telah terlatih untuk menghadapi situasi-situasi darurat seperti ini. Dokter-dokter dan perawat-perawat berpengalaman bekerja dengan cermat dan cepat untuk memberikan pertolongan pertama pada Askara.
Nanda, dengan mata berkaca-kaca, mencoba tetap tenang. Dia tahu bahwa saat-saat seperti ini adalah saat-saat yang sangat kritis. Hatinya berdoa keras agar Askara segera pulih dan kondisinya membaik. Dia tahu betapa berharganya anak itu baginya, meskipun bukan darah dagingnya sendiri.
Para tim medis yang telah siaga di ruangan segera mendekati tempat tidur Askara. Mereka telah terlatih untuk menghadapi situasi-situasi darurat seperti ini. Dokter-dokter dan perawat-perawat berpengalaman bekerja dengan cermat dan cepat untuk memberikan pertolongan pertama pada Askara.
Nanda, dengan mata berkaca-kaca, mencoba tetap tenang. Dia tahu bahwa saat-saat seperti ini adalah saat-saat yang sangat kritis. Hatinya berdoa keras agar Askara segera pulih dan kondisinya membaik. Dia tahu betapa berharganya anak itu baginya, meskipun bukan darah dagingnya sendiri.
Para tim medis melakukan segala yang mereka bisa untuk stabilkan Askara. Mereka memeriksa nadi, memberikan oksigen, dan memantau kondisi jantungnya secara cermat. Setelah beberapa saat yang terasa seperti berjam-jam, mereka mengambil keputusan untuk segera memindahkan Askara ke ruang ICU.
Nanda harus berpisah sebentar dengan anak yang telah menjadi bagian penting dari hidupnya. Dia tahu bahwa proses penyembuhan Askara akan memerlukan waktu yang lama, dan dia siap untuk menjalani perjalanan ini bersama-sama. Dalam hatinya, dia bersumpah untuk selalu ada untuk Askara, seperti seorang ibu sejati.
"Kamu harus kuat Nanda, memiliki anak sepesial memang seperti ini," ujar Reni.
"Iya mba,Adek tu selalu bikin aku kebingungan, kondisinya mudah berubah, jadi butuh perhatian yang sangat ekstra," ujar Nanda.
"Mengapa gak di bawa keluar negri aja," ujar Reni.
"Gak bisa mba, karena kondisi yang tidak menentu sangat berbahaya buat adek," ujar Nannda.
"Owalah begitu to, baru tahu aku," ujar Reni.
Setelah beberapa jam di ruang ICU akhirnya Askara mulai membuka matanya.
"Ayah," ujar Askara parau.
"Eh kesayangan ibu bangun, sabar ya nak ayah sedang kerja, adek gak boleh banyak pikiran dulu," ujar Nanda.
"Adek pengen ketemu ayah bu," ujar Askara.
"Sabar ya sayang, nanti ayah akan segera kesini menyusul adek di rumah sakit," ujar Nanda.
Akara hanya mengangguk lemah, kondisi anak itu memang sering membuat orang seisi rumah terkena spot jantung karena kondisinya sering naik turun, namun untuk saat ini kondisinya sudah sangat membaik.
Hari itu, Bima tengah dalam perjalanan pulang dari luar kota. Kabar tentang kondisi Askara yang kembali memburuk membuat hatinya gelisah. Dia merasa bersalah karena selama ini dia merasa terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan kurang memberikan perhatian yang cukup pada anaknya. Bima tahu bahwa saat ini saat yang paling kritis dalam hidup Askara.
Ketika Bima akhirnya tiba di rumah sakit, wajahnya pucat dan mata berkaca-kaca. Dia segera menuju ruang ICU tempat Askara dirawat. Nanda berdiri di sana, menunggu dengan cemas. Ketika Bima melihat kondisi Askara yang terbaring lemah di tempat tidur, dia hampir tidak kuat menahan air mata.
"Bima, kamu harus kuat," kata Nanda lembut sambil mencoba memberikan dukungan pada suaminya. "Askara butuh kita sekarang lebih dari sebelumnya."
Bima mengangguk lemah. Dia menggenggam tangan Nanda erat-erat. Bersama-sama, mereka berdoa agar Askara segera pulih. Seluruh keluarga yang hadir di ruangan itu merasa tegang, menunggu perkembangan yang selalu menjadi tanda tanya besar.
Para tim medis terus bekerja keras untuk menjaga kestabilan Askara. Mereka melakukan berbagai tindakan medis yang diperlukan, dan monitor jantung Askara tetap mendeteksi setiap perubahan. Kondisi Askara masih sangat rentan, dan satu-satunya yang bisa mereka lakukan adalah memberikan perawatan terbaik.
Beberapa jam berlalu, yang terasa seperti seabad bagi keluarga itu. Akhirnya, dokter datang untuk memberikan perkembangan terbaru. Wajahnya tampak serius, dan itu membuat semua orang merasa khawatir.
"Dokter, bagaimana kondisi Askara?" tanya Nanda dengan gemetar.
Dokter mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Kondisi Askara masih sangat serius. Jantungnya sangat lemah, dan kami telah melakukan segala yang kami bisa untuk mempertahankan kestabilannya. Saat ini, yang terbaik adalah tetap berdoa dan berharap yang terbaik."
Wajah semua orang pucat mendengar kabar tersebut. Mereka tahu bahwa perjalanan pemulihan Askara tidak akan mudah, dan ada kemungkinan bahwa mereka harus menghadapi berbagai tantangan di masa depan.
Bima duduk di samping tempat tidur Askara, menggenggam tangan anaknya yang lemah. Dia merasa bersalah atas semua hal yang telah terjadi. Dia berjanji dalam hatinya bahwa dia akan menjadi ayah yang lebih baik dan lebih peduli untuk Askara, tidak peduli seberapa sulit perjuangannya.

Sementara itu, Nanda dan keluarga yang lain tetap mendukung dengan penuh cinta. Mereka tahu bahwa Askara adalah bagian tak terpisahkan dari keluarga mereka sekarang, dan mereka akan selalu ada untuknya.
Bima menghabiskan lebih banyak waktu bersama Askara, belajar tentang kondisi medisnya, dan memberikan dukungan yang tak tergantikan. Dia menyesal tidak melakukan semua ini sejak awal, tetapi dia bertekad untuk membuat perbedaan dalam hidup anaknya. Nanda tetap menjadi sosok ibu yang penuh kasih, selalu berada di sisi Askara ketika dia membutuhkan dukungan. Keluarga besar Nanda juga tetap bersatu, memberikan cinta dan perhatian pada Askara.






Jodoh Untuk AyahWhere stories live. Discover now