Trauma

60 2 2
                                    


" Ibu nenek mau datang kesini ya?" tanya Askara ragu. Kehadiran neneknya selalu membangkitkan perasaan campuran dalam dirinya. Meskipun dia tahu bahwa neneknya adalah bagian dari keluarganya, trauma masa lalu selalu menyembul saat mereka bersama.

Nanda mengamati ekspresi cemas di wajah Askara. Dia merasakan betapa sulitnya bagi Askara untuk menghadapi kehadiran neneknya. Dengan penuh kelembutan, Nanda bertanya, "Mengapa kamu begitu takut, Askara? Bukankah kamu bahagia nenekmu akan datang?"

Askara menatap ke bawah, mengumpulkan keberanian untuk berbicara. "Aku tahu nenek adalah keluarga, tapi... ada sesuatu yang membuatku takut. Trauma masa lalu selalu muncul saat aku berada di dekatnya. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan." Ujar Askara penuh ketakutan.

Nanda mengerti bahwa trauma masa lalu Askara adalah hal yang sangat serius. Dia menghampiri dan memegang tangan Askara dengan lembut. "Sayang, kamu tidak perlu takut. Ibu ada di sini bersamamu. Kita akan menghadapinya bersama-sama. Apakah kamu ingin bicara tentang apa yang telah terjadi?" tanya Nanda.

"Maaf ya bu telah membuat ibu khawatir," ujar Askara

Askara merasa sedikit lega mendengar kata-kata dukungan dari Nanda. Dia tahu bahwa dia bisa mengandalkan Nanda dalam momen-momen sulit seperti ini. Dengan suara lembut, dia mulai menceritakan tentang masa lalu yang menyakitkan, tentang bagaimana neneknya telah menyakiti dan membuatnya merasa tidak aman.

Nanda mendengarkan dengan penuh perhatian, merasa sedih mendengar apa yang telah dialami Askara. Dia menggenggam tangan Askara dengan lebih erat, memberikan dukungan yang kuat. "Aku sangat berterima kasih bahwa kamu membagikan ceritamu dengan aku, Askara. Apa yang kamu alami adalah sesuatu yang tidak seharusnya kamu tanggung sendiri. Kita akan menghadapinya bersama-sama."

Mereka berdua menghabiskan waktu berbicara tentang trauma dan perasaan yang Askara rasakan. Nanda memberikan dukungan, memberikan nasihat bijak, dan meyakinkan Askara bahwa dia tidak sendirian dalam perjalanannya menghadapi masa lalu yang sulit.

Beberapa hari kemudian, saat nenek tiba, suasana di rumah terasa tegang. Askara merasa gugup, tetapi Nanda selalu berada di sisinya, memberikan dukungan yang tak tergantikan. nenek datang dengan senyum dan pelukan hangat, tetapi ketegangan dalam hati Askara tidak bisa dihilangkan begitu saja.

Pada suatu pagi, Nanda dan Askara duduk di taman rumah. "Bagaimana perasaanmu sekarang, Sayang?" tanya Nanda dengan penuh kepedulian.

Askara merenung sejenak sebelum menjawab, "Aku merasa agak lebih baik setelah berbicara dengan Ibu pada waktu itu Tapi tetap ada perasaan cemas di dalam hatiku masih ada bu." Ujar Askara

Nanda mengangguk paham, "Itu wajar, Sayang. Memulihkan diri dari trauma memerlukan waktu dan usaha. Tetapi aku yakin kamu bisa melewatinya. Kamu tidak sendirian dalam perjalanan ini."

Saat sang nenek datang untuk mengajak bicara, Askara merasakan kecemasan yang mendalam. Hatinya berdebar kencang dan dadanya terasa sesak. Namun, Nanda berada di sampingnya, memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan. Askara merasa lega karena ada sosok yang selalu ada untuknya dalam momen-momen sulit seperti ini.

Mereka duduk bersama di ruang tamu, suasana terasa tegang. Askara berusaha untuk tetap tenang, tetapi perasaan cemasnya sulit untuk dikendalikan. Dia merasa dadanya semakin terasa sakit, dan napasnya terasa sesak. Dia berusaha untuk mengambil napas dalam-dalam, tetapi rasa khawatir dan trauma masa lalu masih begitu kuat.

Tiba-tiba, suara lembut Bima mengalihkan perhatian mereka. "Adek, ke kamar yuk sama ayah. Wajah kamu sudah pucat nak," ujarnya dengan penuh perhatian.

Jodoh Untuk AyahWhere stories live. Discover now