Kasih Ibu

60 2 0
                                    

Dalam suasan yang penuh kecemasan dan ketegangan, Nanda duduk di samping tempat tidur di ruang ICU yang dingin dan steril. Matahari telah lama terbenam, dan ruangan itu diterangi oleh cahaya lembut dari lampu-lampu kecil. Askara, anak tirinya yang penuh semangat, sekarang terbaring lemah di tempat tidur, terhubung dengan berbagai alat medis yang mengejutkan. Nanda memegang tangan Askara dengan lembut, matanya penuh kekhawatiran saat ia mendengarkan bunyi peralatan medis yang berdenyut di sekitar mereka.

"Bangun ya, nak," pinta Nanda dengan suara lembut. Tangan Nanda mengelus rambut Askara yang terbaring tak berdaya. "Ibu sangat merindukanmu. Kami semua merindukan cerewetmu di pagi hari, yang selalu ngerecoki ibu ketika memasak dan membuat kue. Kamu harus bangun, nak. Ibu sangat merindukan tingkahmu yang lucu," monolog Nanda.

Askara tampak damai saat dia terbaring dalam keheningan yang mendalam. Nanda tahu bahwa dalam diri Askara, ada kekuatan yang luar biasa, tetapi sekarang mereka semua harus bersabar dan menunggu proses pemulihan yang tak bisa tergesa-gesa.

Terkadang, dalam ketenangan dan keheningan yang mendalam, kata-kata sederhana adalah yang paling kuat. Nanda terus memegang tangan Askara dengan lembut, merasa kehangatan di bawah jari-jarinya. Dia tahu bahwa kata-kata yang dia ucapkan adalah sumber kekuatan bagi anaknya, bahkan jika Askara mungkin tidak bisa merespons saat ini.

Dalam suasana ruang ICU yang sunyi, Nanda duduk dengan tenang di samping tempat tidur Askara. Dia merenung sejenak, melihat wajah anak tirinya yang terbaring tenang. Meskipun kondisi Askara mungkin tampak rapuh, ada sesuatu yang kuat dan damai dalam ekspresi wajahnya. Seperti yang selalu dia yakini, ada kekuatan luar biasa dalam diri Askara.

Nanda terus memegang tangan Askara dengan lembut, seolah-olah mencoba mentransfer kekuatan dan dukungan ke dalamnya melalui sentuhan fisik. Meskipun Askara mungkin tidak bisa merasakannya secara langsung, Nanda percaya bahwa kehadirannya dan kontak fisik ini bisa memberikan ketenangan dan keyakinan kepada anak tirinya.

"Kamu adalah pejuang sejati, Nak," bisik Nanda dengan suara lembut, seolah-olah sedang bercakap-cakap dengan diri sendiri dan juga dengan Askara. "Kita tahu bahwa kamu punya kekuatan untuk melewati ini. Dan kami semua di sini, keluarga dan teman-teman, bersama-sama untukmu. Kita bersabar, dan kita akan menunggu bersama proses pemulihan yang tak bisa tergesa-gesa ini,"monolog Nanda.

Nanda tahu bahwa kata-kata sederhana ini mungkin akan merasuk ke dalam hati Askara. Dia percaya bahwa kekuatan positif yang mereka kirimkan, tidak hanya melalui kata-kata, tetapi juga melalui kasih sayang dan perhatian yang mereka tunjukkan, akan membantu dalam pemulihan Askara.

Dalam keheningan yang semakin dalam dan cahaya remang-remang yang terus menyala, Nanda duduk di samping tempat tidur anaknya yang terbaring di ruang ICU. Malam terus berjalan, dan suasana ruangan yang tenang hanya terganggu oleh bunyi peralatan medis yang berdenyut secara teratur. Nanda merenung dalam, membiarkan kenangan indah mengisi pikirannya tentang momen-momen mereka bersama sebagai ibu dan anak.

Kenangan pertama yang mengejutkan pikiran Nanda adalah saat pertama kali dia bertemu dengan Askara di rumah sakit. Itu adalah saat yang penuh harap, tetapi juga dipenuhi kekhawatiran dan ketidakpastian. Nanda adalah seorang dokter yang berdedikasi, dan dia ingat betul hari itu ketika Askara masuk sebagai pasien yang penuh semangat.

Dia merasakan sentuhan tangan Askara saat dia merawatnya, menenangkan dan memberikan perawatan yang diperlukan. Di dalam hati, Nanda merasa hubungan khusus antara mereka berdua, bahkan sebelum mereka resmi menjadi ibu dan anak. Dia tahu bahwa takdir telah membawa mereka bersama, dan dia siap untuk menerima peran sebagai ibu dengan sepenuh hati.

Jodoh Untuk AyahWhere stories live. Discover now