Kami Bersama Mu

55 2 0
                                    

Tiba-tiba, sorot mata Bima bertemu dengan sosok yang dulu sangat akrab. Itu adalah Ananda, seorang dokter spesialis jantung yang pernah menjadi teman baiknya di masa lalu. Mereka telah terpisah selama bertahun-tahun karena jalur hidup yang berbeda. Bima terkejut dan terharu melihat Ananda di sana, dan tanpa ragu, dia mendekati teman lamanya itu.

Ananda, dengan wajah yang cerah dan senyum yang hangat, menerima Bima dengan hangat. Dia menyadari bahwa dia adalah satu-satunya harapan Askara. Sebagai seorang dokter yang berdedikasi, Ananda telah mendalami ilmu kedokteran dengan baik dan telah berhasil menangani kasus penyakit jantung yang rumit. Dia siap mempersembahkan keahliannya untuk menyelamatkan nyawa Askara.

Selama proses perawatan Askara, Bima dan Ananda menghabiskan banyak waktu bersama. Mereka saling berbagi cerita dan kenangan lama. Waktu itu membawa mereka kembali ke masa-masa bahagia yang mereka lewati bersama sebagai teman-teman baik. Perlahan-lahan, mereka mulai merasakan kecocokan dan keakraban yang lama hilang

" Bagaimana kabar istrimu?" tanya Ananda

"Istriku sudah meninggal semenjak melahirkan Askara, namun jantungnya bermasalah dan dia harapan terakhirku," ujar Bima.

" Maafkan aku menanyakan hal itu.

Bima menatap Ananda dengan tatapan sedih, mengingat masa lalu yang pahit. "Istriku sudah meninggal semenjak melahirkan Askara," jawabnya dengan suara yang penuh kesedihan. "Namun, jantungnya bermasalah dan dia harapan terakhirku."

Ananda merasa terenyuh mendengar pengakuan Bima. Dia merasa sedikit bersalah karena selama ini dia tidak menyadari betapa beratnya beban yang dipikul oleh Bima sebagai seorang duda yang menjalani kehidupan tanpa pasangan. Dia mencoba membayangkan rasa sakit yang mungkin dirasakan oleh Bima dan terkesan oleh kekuatan dan ketegaran yang ditunjukkan olehnya.

"Demi Tuhan, aku tak bisa membayangkan betapa beratnya perasaanmu, Bima," kata Ananda dengan suara lembut. "Kamu adalah seorang ayah yang kuat dan peduli. Kamu telah berjuang keras untuk Askara, dan aku salut dengan tekadmu."

Askara kini terbangun dari lamunannya dan menatap ayahnya yang sedang berbincang dengan dokter Ananda. Dengan suara lemah, dia memanggil nama Bima, "Ayah."

Bima segera membalikkan kepalanya dan tersenyum penuh kebahagiaan melihat Askara terjaga. "Nak, kau sudah bangun!" ucapnya dengan suara penuh kelembutan. "Bagaimana perasaanmu? Apakah ada yang sakit?"

Askara menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab dengan suara yang masih lemah, "Sakit sedikit, Ayah, tapi rasanya lebih baik sekarang." Matanya berpindah ke Ananda, dokter yang hadir di samping Bima. "Apakah dia dokter yang akan merawatku, Ayah?"

Bima mengangguk dengan lembut, "Ya, Nak. Ini adalah dokter Ananda, yang akan memberikan perawatan khusus untukmu. Dia akan melakukan segala yang dia bisa untuk membuatmu sembuh."

Askara menatap Ananda dengan kepercayaan dalam matanya. "Terima kasih, Dokter Ananda," ucapnya dengan suara lembut. "Saya percaya Ayah dan saya percaya Anda akan membantu saya."

Ananda tersenyum penuh kehangatan. Dia merasakan kekuatan di balik kepercayaan yang ditunjukkan oleh Askara. "Tentu saja, Askara," jawabnya dengan suara lembut. "Saya akan melakukan yang terbaik untuk membantumu mendapatkan kesehatan yang baik. Kita akan melalui ini bersama-sama."

Jodoh Untuk AyahWhere stories live. Discover now