Ingin Pulang

173 8 2
                                    

Kondisi Askara sudah membaik Anak itu ingin pulang ke rumah untuk merasakan udara yang segar, karena dia tidak tahan berada di rumah sakit.
"Ayah, aku ingin pulang," ucap Askara .
Bima yang mendengar gerutuan sang anak harus menghampirinya dan menjelaskan kepada Askara jika kondisinya belum membaik

"Nak, kamu harus banyak istirahat dulu sampai kondisinya benar-benar stabil,"Sahut Bima.
"Sampai kapanpun tubuh Askara gak akan sehat ayah, apa ayah lupa," sahut Askara .

Melihat putranya yang mulai emosi membuat Bima segera merengkuh sangputra.
"Aska kok begitu bicaranya, gak baik nak," ungkap Bima.

Askara sangat merasa bosan karena sudah 15 hari berada di rumah sakit, dia hanya ingin pulang untuk tidur dirumahnya .

Disaat sang putra sedang merajuk datanglah dokter Erika. Dia adalah sahabat Bima sekaligus dokter yang akan menangani Askara .

Emosi Askara meningkat, hal tersebut semakin membuat kondisi jantungnya menurun.
"Ayah sa...kit ayah," lenguh Askara .
"Ayah bilang juga apa, sakit kan, sabar ya nak, biar kondisi adik sehat dulu setelah membaik adik bisa pulang ya sayang," sahut Bima.

Askara adalah tipikal anak yang sangat di manja sejak kecil oleh Bima. Bima sangat menjaganya karena dialah satu -satunya peninggalan dari sang istri yang sangat berharga.

Hari ini akan ada dokter yang memeriksa Askara, dia adalah dokter baru bernama dokter Aira," ucap dokter Erica.

"Kenapa harus dokter baru Erica, Askara sudah biasa di tangani olehmu," ujar Bima.

"Aku bukan spesialis jantung, teman ku bernama Aira dia sepesiais Cardiology, bukan kah ini yang kamu nanti Bima, melihat putra mu di tangani oleh orang yang tepat," ujar Erica.

"Baiklah aku sangat siap dengan setiap keputusan mu," ujar Bima

"Ayah pulang ya, capek aku di sini bau obat loh," ujar Askara.

"Sabar ya anak ayah, semua akan baik-baik saja," ujar Bima.

Askara mungkin akan sangat merasa bosan dengan segala peraturan yang telah di buat oleh dokter, bahkan anak itu sangat memiliki semangat yang besar untuk sembuh.

Dokter Aira adalah dokter baru yang akan menangani putra Bima, dokter itu masih terlihat sangat muda dan cantik.

"Selamat pagi Askara?" tanya Aira.

"Selamat pagi juga dokter, pasti anda dokter baru ya yang menggantikan dokter Erica" jawab Askara ketus.

"Iya anak baik, anak tampan," sahut dokter Aira.

"Jangan nyogok aku ya dokter dengan ucapan manisnya," sahut Askara ketus.

"Kan dokter periksa kondisi kamu sayang," ujar Aira.

"Dokter pergi saja dari kamar ku," usir Askara.

Askara memang sedikit emosi bila, melihat orang baru, anak itu memang selalu mencari perhatian karena kehilangan sosok ibu, setiap melihat dokter perempuan pasti dia selalu bersifat ketus dengan tujuan mendapat perhatian.

Karena efek emosi membuat penapasannya terganggu.

"Sakit," teriak Askara.

"Hei anak manis, ibu dokter bilang juga apa jangan marah-marah dada mu sakit lagikan," ujar Aira.

Aira memasangkan Nasal canula di hudung Askara dengan sangat telaten dan penuh kelembutan. Sambil memijat dada sang pasien.

"Jangan emosian ya tampan, adek tidak boleh banyak emosi pahamkan," ujar Aira.

Aira membujuk pasiennya itu, sungguh membutuhkan waktu yang tidak sebentart untuk mengatasi satu pasien barunya ini, usia Askara adalah 16 tahun, namun karena kurangnya sosok ibu membuat Askara menjadi anak yang selalu mencari perhatian dan berharap di berikan perhatian yang lebih oleh orang lain.

Bima mendapatkan telpon dari rumah sakit jika sang putra kembali drop dan mengalami sesak napas, namun tidak sampai masuk keruang ICU. Bima langsung bergegas menuju rumah sakit demi melihat sang putra.

"Adik,hampir saja buat ayah jantungan, kok bisa sih nak," ujar Bima.

Hanya nampak senyum di ajah pucat sang putra.

"Aku kesel sama dokter Aira," sahut Askara

"Kok bisa kamu kesel, kamu diapain sih nak?" tanya Bima.

"He he, aku cuman cari perhatian saja ayah, habisnya dokter Aira itu sikapnya lembut ke aku," Ujar Askara.

"Maafin ayah ya nak, saking ingin mendapat perhatian dari seorang ibu, setiap ada dokter perempuan kamu selalu cari perkara supaya dapat perhatian," batin Bima.

Bima tersenyum melihat tingkah ang putra. Rasa bersalah menyelimuti dirinya karena belum bisa memberikan yang terbaik kepada putra semata wayangnya ini, Bima sangat takut jika tuhan lebih dulu mengambil Askara. Bima juga sangat takut ketika ibunya selalu memarahi sang anak.

Bima sedang duduk termenung menikmati keindahan alam, namun tia-tia sang ibu datang menghampiri Bima, bahkan tidak memberikan kabar kepadanya dan hal tersebut membuat Bima menjadi terkejut.

"Kenapa ibu sudah ada di sini?" tanya Bima.

"Ibu mau ajak kamu untuk menemui gadis pilihan ibu," uar Firda.

"Bu Askara sedang sakit bu, aku gak bisa pergi putraku sangat membutuhkan ku," ujar Bima

"Dari dulu bukannya memang putramu sudah sekarat, gak ibu gak anak sama-sama penyakitan dan menghabiskan banyak uang, mending anak mu itu di letakan di panti asuhan saja supaya kamu bisa segera menikah dan punya keturunan yang lebih seha. Bahkan suatu hari nanti bisa menjadi penerus perusahaan mu, terus jika kamu terlalu menggantukan harapan kepada Askara apa yang akan kamu dapat selain bangun tengah malam, apa lagi kalo gak ngurusin anak itu kambuh iya gak, lihat saja diri mu Bima, kamu tidak bisa mengurus diri mu sendiri, kamu tidak punya kesempatan untuk merawat diri mu sendriri , padahal kamu masih sangat tampan, " teriak Firda.

Askara mendengar samar-samar teriakan neneknya, sementara dokter Aira masuk ke ruang rawat Askara. Askara semakin memeluk tubuh Aira, karena dia sangat takut, saat mendengar neneknya berteriak dan memarahi sang ayah di depan ruangan rawatnya.

"Takut," ujar Askara.

"Aira mencoba memberikan ketengan kepada Askara, mengingat Askara memiliki kondisi mental dan jantung yang lemah.

"Tenang ya sayang, ada ibu dokter disini," ujar Aira.

Para perawat rumah sakit dan satpam segera menarik Firda keluar, karena sangat mennggu pasien yang lain. Bima sega menuju kamar rawat sang putra.

"Askara!" teria Bima.

"Bapak tidak perlu khawatir, tadi saya sudah melakukan injeksi bius, agar anak bapak lebih tenang," ujar Aira.

"Terimakasih dokter Aira, salam kenal saya adalah Bima ayah dari Askara," ujar Bima.

"Salam kenal juga dari saya pak, saya adalah Nederla Airana Cassiopya ," ujar Aira.

"Nama yang bagus," Puji Bima.

Aira merasa jatuh cinta dan mulai tertarik kepadaa pasiennya yaitu Askara, entah mengapa gejolak itu semakin besar dan Aira semakin ingin mengenal lebih dalam lagi sosok Askara. Pasien barunya itu membuat Aira tertarik untuk memberikan perhatian dan rasa cinta yang berlebih.

Jodoh Untuk AyahWhere stories live. Discover now