Janji Bima dan Ketakutan Aksara

60 3 0
                                    


Amel dan Bima membawa Askara kerumah sakit karena Askara kembali kambuh. Bima sangat takut jika Askara pergi, sebisabun Bima akan menjaga sang anak dari segala sesuatu yang melukai keluarganya, tapi lagi-lagi keluarganya sendirilah yang menghancurkan harapan itu, anak yang selama ini dia jaga dan rawat dengan sepenuh hati, lagi-lagi mentalnya di hancurkan, Bima sangat ingat kejadian masa lalu dihari lebaran saat dirinya main kerumah orang tuanya saat Askara masih berusia 5 tahun.

Pada saat itu pas suasana lebaran, Bima hanya ingin meminta maaf kepada seluruh keuarganya dan saat momen pembagian angpau hanya Askara yang tidak pernah dapat Askara hanya diam.

12 tahun yang lalu

Askara menatap ayahnya.

"Ayah aku gak dapat angpau seperti mereka ya?" tanya Askara polos.

Bima tak kuasa menahan airmatanya, kemudian di peluklah tubuh Askara kecil dalam dekapan yang sangat erat.

"Ayah janji nak ayah akan bekerja sekeras mungkin, apaun yang ingin kamu beli bakal ayah belikan nak, sekalipun nyawa ayah jadi taruhannya, ayah janji semewah apapun yang kamu minta bakal ayah berikan," janji Bima.

Bima benar-benar mengingat dan membuktikan janjinya 11 tahun yang lalu, bahkan sekarang bima menjadi sangat kaya raya, apapun yang diminta oleh Askara selalu dia belikan, namun kekayaan itu tidak bisa menebus kesehatan sang anak, bahkan hingga saat ini sang anak harus kembali bolak balik kerumah sakit, karena jantungnya bermasalah, Bima takut jika Askara akan pergi selamanya.

Wajah Bima sangat kuyu karena sang anak belum juga terbangun dari kemarin, Amel sangat khwatir melihat kondisi sang kakak yang nampak lesu dan kuyu.

"Kak istirahat ya biar Amel yang menjaga Askara," ujar Amel.

"Aku takut Amel, anak ku gak bangun lagi dia menyusul ibunya," sahut Bima.

Tubuh Bima yang gagah perkasa nampak tak berdaya jika sudah berhubungan dengan anaknya, wajah lelahnya begitu nampak karena kurangnya istirahat.

"Kak istirahat dulu ya, biar Askara aku yang jaga, kakak jangan sampai sakit kak adek butuh kaka, kakak adalah penopang Askara," ujar Amel.

Setelah berbicara kepada sang kakak, akhirrnya Bima mau istirahat karena Amel sangat khawatir jika sang kaka sakit dan tumbang, apalagi mereka berdua harus memiliki tenaga yang lebih dalam menjaga Askara.

Amel kini masuk ke ruang rawat keponakanny.a dia mengenakan pakaian steril.

"Keponakan aunty harus kuat ya sayang, kita berjuang sama -sama," ujar Amel.

Namun Askara tidak menjawab sahutan Amel, hanya sahutan monitor EGK dan deru napas sang keponakan yang menggunakan alat bantu pernapasan.

"Farisa kamu mau bawa Askara kemana sayang," teriak Bima.

"Ayah adek pengen ikut ibu, ya adek dsini gak sakit," ujar Askara.

"Fariha tolong jangan bawa anak kita, aku berjanji pada mu," pinta Bima.

Dengan penuh senyuman Fariha berujar kepada Bima.

"Mas aku bersyukur kamu menjaga putra kita dengan baik, tapi izinkan aku mengambilnya sekarang," ujar Fariha.

"Kumohon jangan sayang, apa aku harus menukarny dengan diriku, tolong jangan bawa putra kita, jika kau membawanya tujuan hidupku sia-sia," ujar Bima.

Fariha hanya tersenyum mndengar penuturan Bima.

"Adek ikut ayah ya sayang, ayah sayang adek," ujar Fariha.

"Askara mau ikut bunda saja," mohon Askara.

"Hei kenapa Askara tidak berbakti sama ibu dan ayah, kembalilah dan temani ayah mu," ujar Fariha.

Nampak cahaya putih menguar mebuat pandangan Bima kabur.

"Askara jangan tinggalkan ayah dek, Askara!" teriak Bima.karena Bima bermimpi jika anaknya pergi.

Bima segera berlari menuju keruang rawat Askara. Nampak banyak dokter yang melakukan penyelamatan Askara. Kaki Bima lemas setelah melihat beberapa dokter dan perawat berada di ruang Icu tempat Askara dirawat, Bima dan Amel banyak berzikir dan bersholawat agar Allah memberikan keselamatan kepada putranya.

Setelah beberapa dokter dan perawat keluar dari ruang ICU dimana Askara berada, kaki bima terasa sangat lemas karena dia begitu takut dan tidak siap dengan jawaban yang menyakitkan.

"Alhamdulillah pak, Askara sudah melewati masa kritisnya," ujar Dokter Krishna.

Betapa bahagianya bima mendengarkan kabar dari sang dokter karena putranya selamat, Bima menangis haru, tak lupa dia segera sujud syukur atas kondisi anak kesayangannya yang semakin membaik. Tanpa berpikir panjang bima segera berlari berhambur menemui Askara.

"Terimakasih, anak ayah sudah bertahan hingga detik ini juga, makasih nak," jelas Bima.

Askara hanya tersenyum karena mulutnya masih tersumpal tube yang menuju ketenggorokanya.

"Masih sakit ya nak?" tanya Bima.

Askara hanya bisa mengangguk lemah karena terbangun dari kondisi kritis membuat Askara tidak bisa berucap apapun.

Bima dan Amel diminta untuk keluar karena para dokter akan mengganti tube itu dengan oksigen supaya Askara lebih mudah untuk berbicara, kemudian Askara di pindahkan di ruangan khusus yang sangat mewah dengan fasilitas hotel bintang lima.

Keesokan harinya kondisi Askara sudah sangat membaik, meskipun kondisinya masih sangat lemah. Anak itu sudah mulai terlihat sangat bahagia.

"Ayah, aku ingin bercerita," beritahu Askara.

"Kamu kan baru saja melewati masa kritis, mau bercerita apa sama ayah?"tanya Bima.

"Askara mimpi bertemu ibu yah," jelas Askara pelan.

"Terus habis itu ibu bilang apa sama adek?" tanya Bima.

"Askara ingin ikut ibu, tapi ibu bilang ke Askara, katanya Askara harus tetap sama ayah," jawab Askara.

"Askara harus dengarkan ayah dulu ya, kamu harus tetap sama ayah nak, Ayah tidak akan pernah bisa Askara tinggal, apa kamu tidak kasian sama ayah jika ayah tua sendirian, jika Askara ninggalin ayah dunia ayah terasa hilang," jawab Bima.

"Maafin Askara yah, Askara gak bisa berjanji, Askara takut jika Allah ambil Askara duluan," sahut Askara.

Ucapan Askara membuat hati bima semakin hancur, dia harus tetap terlihat kuat agar anaknya tidak putus harapan.

"Askara harus sehat, kan kita mau jalan -jalan ke korea emang adek gak ingat apa sama mimpinya?" tanya Bima balik.

Askara hanya terdiam karena dia sendiri saja sangat takut denga impian dan janjinya.

"Maaf," ucap Askara sendu.

Amel melihat kakak dan keponakannya berbicara begitu serus dan melihat Askara yang seolah tak memiliki harapan dn berani bermimpi membuat Amel juga takut jika keponakannya akan pergi lebih jauh.

"Kok aunty gak di ajak sih, kayaknya ngobrol asik nih," ujar Amel.

"Ini loh Askara ingin pergi ke Korea," ujar Bima.

"Wah seru sih nanti Aunty juga mau ikut soalnya mau minta tanda tangan sama Park Seojun," ujar Amel.

Mendengar ucapan ayah dan auntynya membuat Askara tersenyum kepa mereka, meskipun dia sendiri ragu dengan mimpi yang bisa di wujudkan itu, namun ketakutan terbesar Askara adalah usianya tidak mampu untuk menjangkaunya. s

Jodoh Untuk AyahWo Geschichten leben. Entdecke jetzt