extra. Mad In Love 1

4K 198 5
                                    

Kelanjutan di antara "But Friends Don't Kiss" dan "Different Ones"

Warning: MATURE CONTENT 18+, EXPLICIT

Note: All in Gwyneth's POV

*****

Awalannya mau masukin privatter tapi nggak jadi deh. Banyak yang nggak bisa akses dan nyusahin juga. Aku republish ulang. Maaf atas ketidak nyamanannya.

******

"We are making love, Dani."

Aku nggak tahu apa yang aku pikirkan saat aku mengucapkan kalimat itu. Apa aku waras? Apa aku sudah gila? Apa aku terlalu terhipnotis Daniel yang kini mengungkungku?

Aku tidak mengerti.

Aku mengenal Daniel sejak lama. Hanya mengenal. Sebatas tahu bahwa saat kelas tujuh, aku punya seorang teman sekelas bernama Daniel Kennardi Baskara. Cowok pintar dengan berbagai prestasi yang bisa ia raih mulai dari akademis, olahraga sampai organisasi.

Aku tidak terlalu peduli dengan itu, sejujurnya. Isi kepalaku saat itu hanya dua. Pertama, aku sedang pusing dan muak akibat Mama yang terus menerus mencarikanku pekerjaan di dunia hiburan. Kedua, Khafa. Lelaki itu terus menyita perhatianku.

Isi kepalaku selama itu hanya Khafa, Khafa dan Khafa. Buatku, Khafa adalah pusat semesta. Daniel tak pernah masuk dalam hitunganku sama sekali.

Bahkan ketika kami punya kesempatan mengobrol sejenak karena kasus yang menimpa Danisa beberapa tahun lalu, obrolan kami berakhir begitu saja. Tak ada kelanjutannya.

Aku juga tidak terlalu ambil pusing. Lagi, isi kepalaku saat itu hanya ada Arlo yang selalu kurasa mirip seperti Khafa. Tak ada ruang buat Daniel, bahkan satu titik sekalipun.

Jadi, sejujurnya, aku bahkan tidak tahu kapan aku mulai tertarik pada lelaki satu ini. Apa karena ia yang begitu baik dan mau menolongku malam itu? Atau karena apa?

"Shit!" Semua pemikiranku terputus begitu Daniel kembali melumat bibirku penuh hasrat.

Aku pernah mendengar dari selentingan di sekolah saat duduk di SMA. Tak butuh intel untuk tahu bahwa Daniel adalah lelaki dengan permainan cinta paling liar.

Lagi, aku tidak mengerti. Bagaimana seorang lelaki dengan nilai akademis tinggi di sekolah bisa-bisanya seliar itu dalam berpesta dan bercinta? Apa ia butuh pelampiasan yang sesuai?

Lidah Daniel yang melesak masuk mulai menghilangkan akal sehatku perlahan. Kebrutalannya mengaburkan mata. Yang bisa kulakukan hanya memejamkan indra penglihatanku, membalas belitan lidahnya yang terus menyerang tanpa ampun.

Tangannya bergerak menyibak outer tipis yang kukenakan. Tidak membuka, hanya membuat pundakku sedikit terlihat.

Ia bermain-main di sekitar tulang selangkaku sebelum sedikit mendekat ke arah dada.

"No bra, hum?" ucapnya tiba-tiba.

Aku menarik napas untuk mengisi kadar oksigen di paru-paruku yang nyaris habis. Dalam sedikit ketidak sadaranku, aku melihat wajahnya yang menunggu jawaban. "It's a tank top with bra pads. Gue rasa, gue nggak butuh bra tambahan."

Daniel tak menjawab lagi dengan kalimat atau kata, sebagai gantinya, ia hanya tersenyum miring. That smirks. Aku bisa gila hanya dengan melihatnya.

Lagi-lagi, ia memagut bibirku. Aku bisa merasakan tangannya menggerayangi tubuhku. Perlahan, ia menyibak bagian atas tank top-ku ke bawah. Tangannya bermain di sekitar dadaku tanpa menyentuh puting sama sekali.

OUT AND OUTWhere stories live. Discover now