Chapter 18

55 37 0
                                    

Clara, Devan dan Gavin berada di mobil yang sama menempuh perjalanan menuju daegu, Devan yang kemarin mengatakan tidak akan ikut mengubah keputusannya agar tetap ikut dengan alasan ia memiliki urusan pekerjaan di sana.

Tidak lama menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai di villa, bangunan yang berdiri tegak dengan sangat indah tapi sayangnya di sini sangat gelap saat malam dan ini juga adalah pilihan terakhir yang di inginkan bunda Kiara.

Jam 20:15 Clara memindahkan beberapa barangnya kedalam lemari begitu juga dengan yura ya gadis itu juga ikut dalam liburan ini.

"Aku boleh tanya sesuatu tidak" tanya Clara tiba².

"Hmm...." Balas yura masih fokus dengan barangnya.

"Kalau boleh tau maksud kamu kemarin-" belum sempat Clara menyelesaikan ucapannya yura memotong pembicaraan.

"Aku cuman ngagetin aja, jauhi Devan aku nggak mau kamu suka sama dia, aku lebih tau Devan dari pada kamu" ucap yura serius.

"Maksud kamu..." Tentu saja bingung ia merasa ada yang aneh dengan setiap ucapan yura.

"kamu udah beres kan, aku juga kita keluar aja ya, bunda dari tadi nelpon aku soalnya".

Yura berjalan keluar kamar sedangkan Clara masih terduduk diam di atas kasur dengan pikiran yang campur aduk masih memikirkan maksud dari ucapan yura.

[][][][][]

"Di mana Clara?..." Tanya bunda kiara karna melihat hanya yura yang keluar dari kamar.

Belum sempat yura menjawab pertanyaan bunda, Clara datang menghampiri mereka.

"Ayo keluar Gavin, Devan dan ayah sudah menunggu sejak tadi" ajak bunda lalu berjalan terlebih dahulu menuju taman depan rumah.

Terlihat di sana Gavin dan ayahnya yang sedang membakar daging dan Devan yang menyiapkan beberapa kayu bakar yang akan di pakai berbequan.

"Clara tolong bawakan minyak ini pada Devan ya...".

Gadis itu mengambil minyak tanah dari tangan bunda kiara lalu berjalan menuju tempat Devan berada, pria itu sangat sibuk dengan kayu yang ia susun sehingga tidak menyadari Clara yang baru saja datang.

"Ini, bunda menyuruhku membawakannya untuk mu".

"Berikan..." Balas pria itu dengan nada suara khasnya.

Clara memberikan minyak tersebut lalu fokus memperhatikan Devan yang ingin menyalakan api.

"Jangan terlalu dekat, kau bisa terluka jika terkena percikannya" ucap Gavin tiba²,Clara berbalik melihat Gavin yang baru saja datang.

"Aku bisa menjaga diri kau tenang saja".

"Aku ada bersamamu bukan, jadi biar aku saja yang menjagamu hmm..." Balas Gavin dengan tersenyum.

"Kalian bisa pergi jika tidak bisa membantu..." Ucap Devan yang mulai kesal dengan dua insan tersebut.

"Kalo nggak suka cari pacar makanya, dasar jomblo ribet amat".

"Lo embat cewe gue Ege" batin Devan.

Devan berdiri menatap adiknya tajam, "diam atau saya sumbat mulut kamu" ucapnya datar lalu pergi setelah menyalakan api tersebut.

"Pak Devan kalau marah serem juga ternyata" batin Clara.

Skipp guys nggak baik untuk kesehatan....

"Bunda benar² minta maaf seharusnya bunda sama ayah bisa lebih lama di sini, tapi karna pekerjaan yang sangat mendadak kami harus berangkat besok kalian nggak papa kan kalau bunda sama ayah tinggal".

"Kalian tenang aja besok bunda telfon bi fera kesini untuk jaga kalian, bunda tau kalian semua sudah besar tapi bunda takut ada tetangga sekitar sini yang salah paham, kalian benar² nggak papa kan bunda tinggal".

"Atau kita pulang aja nanti kalau bunda sama ayah dapat cuti lagi kita pergi bareng² ke sini, bagaimana?....".

"Nggak usah bun kita di sini aja, lagi pun besok bi fera mau kesini kan, kak Devan juga masih punya pekerjaan di sini..." Balas yura.

"Kalian nggak keberatan kan?..." Tanya yura yang dengan ragu diangguki mereka semua.

"Ya sudah kalau begitu untuk hari ini sebaiknya kita rayain aja sebelum bunda sama ayah pergi besok" ucap bunda kiara mulai menikmati beberapa makanan yang sudah ada di meja begitu pun yang lain.

[][][][][]
Tengah malam tiba Clara keluar dengan memakai jas tebal dengan senter dan juga segelas teh hangat di tangannya ia berencana akan menikmati malam ini dengan meminum teh hangat di taman depan villa.

Walau sangat gelap ia tetap bertekat pergi ke taman tetapi langkahnya terhenti saat melihat sosok baju hitam dengan pisau di tangannya menuju ke kamar Gavin dan Devan, memang jarak taman dan kamar kedua pria itu sangat dekat.

Seketika tubuh Clara mematung rasa takut mulai menghantuinya tanpa ia sadari gelas yang berisi teh hangat jatuh menimpa kakinya yang membuatnya jatuh dan mengakibatkan cedera.

*Akhh....*
Ringis Clara karna merasakan peri di kakinya tetapi ia berusaha agar tidak berteriak terlalu keras karna takut sosok tersebut mengetahuinya berada di sana.

Clara kembali melihat sosok tersebut karna tidak sempat melihat jelas siapa itu bahkan ia tidak tahu apakah itu perempuan atau lelaki yang jelas ia memegang pisau.

Baru saja ia ingin bangkit seseorang memegang bahunya membuat ia kembali berkeringat dingin.

"Apa yang kau lakukan , mengapa kau sampai seperti ini?..." Tanya Devan yang tiba² saja datang, karna mengetahui bahwa Devan lah yang datang membuatnya sedikit lega tapi anehnya mengapa pria itu berada di sini, di saat situasi yang baru saja ia lihat.

Dan pria itu memakai baju hitam sama seperti yang baru saja ia lihat membuatnya sedikit takut dan memundurkan diri agar tidak terlalu dekat dengan Devan.

"Ada apa dengan mu?..." Tanya Devan semakin bingung dengan sikap aneh gadis di depannya.

"T-tidak, bukan apa²".

"Sejak kapan kau berada di sini?..." Tanya Clara penasaran.

"Baru saja...".

Clara mengangguk lalu berniat berdiri, tapi kakinya terlalu sakit sehingga ia tidak sanggup menahan beban tubuhnya.

"Biar saya membantumu" ucap Devan lalu merangkul gadis itu berjalan menuju ke depan kamar Clara.

"Makasih".

"Hmm, tidurlah sekarang sudah sangat malam kau bisa sakit jika terus begadang, saya pamit pergi" ucap Devan lalu kembali menuju kamarnya.

"Siapa itu tadi, tidak mungkin itu pak Devan, tapi..." Gumamnya lalu kembali mengingat apa yang di katakan yura.

"I-itu tidak mungkin, apa yang kau pikirkan Clara tidak mungkin Pak Devan berbuat hal seperti itu walau dia tidak menyukai Gavin tidak mungkin Devan sampai melakukan hal seburuk itu".

"T-tapi bagaimana jika hal yang ku pikirkan ini benar".

Di sisi lain...

"Sial, gue benci lo Clara gue benci lo, kalau lo nggak ada di sana mungkin dia sudah habis di tangan gue".

"Gue nggak akan biarin lo bahagia sampai kapan pun, kalau lo nggak mati orang yang lo cintai harus mati di tangan gue" ucapnya dengan tersenyum licik.

Bersambung...

Hey guys author balik lagi nih pada kangen nggak nih kalau nggak yaudah deh author mah baik walau jarang update wkwk..., maapin ya tugas makin numpuk soalnya author juga butuh referensi hehe...

Jangan lupa vote dan komen yang banyak bye...bye...

See u next time guys✨🍊
Sabtu
07/10/2023

Give up or hold onWhere stories live. Discover now