Chapter 10

167 142 11
                                    

Clara terus saja berpikir dengan ucapan Devan kemarin, ia ingin bertanya tapi melihat pria itu yang sepertinya memiliki mood baik hari ini sebaiknya tidak menanyakan itu sekarang.

Ya Devan memiliki mood yang sangat baik bahkan hari ini pria itu mengajaknya ke taman setelah rapat selesai, walaupun wajahnya sangat datar tetapi Ia bisa melihatnya.

"Apa yang kau lihat?..." Tanya Devan yang baru saja melihat Clara.

" Tanya Devan yang baru saja melihat Clara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"T-tidak, bukan apa apa".

"kau tidak perlu bingung, saya hanya melakukan apa yang saya suka dan saya hanya ingin membuka sedikit kepribadian saya agar kau tidak terlalu takut kepadaku" ia semakin terdiam bagaimana mungkin orang yang berada di depan nya ini adalah Devan.

Devan menghirup udara yang ada disana lalu menghembuskannya pelan" kau mungkin menganggap ku pria yang sangat kejam, tapi saya melakukan itu karena trauma yang saya alami, dimana sekarang saya tidak bisa mempercayai wanita manapun".

Flashback...

"Bunda, apa yang bunda lakukan, mengapa bunda membawa pria itu" tanya anak lelaki yang mungkin masih berusia 8 tahunan.

"Kau hanya anak kecil, diamlah ini bukan urusanmu".

"Apa yang kau lakukan vina mengapa kau membentak putraku hah..."

"Mengapa?, Apa kau tidak suka, siapa kau yang mengaturku hah...".

"Ayah, bunda tolong berhenti bertengkar aku sangat takut" karna merasa takut menyaksikan sendiri perdebatan orang tuanya Devan anak lelaki itu menangis.

"Devan masuklah ke kamarmu...".

"Tidak perlu basa-basi aku kesini hanya untuk meminta kau menandatangani surat cerai ini" meletakkan surat itu di depan meja dekat ayah Devan.

"Apa kau tidak lihat anakmu sedang menangis hah, seharusnya kau bisa mengerti itu Vina".

"Aku tidak peduli, aku hanya menyuruhmu untuk menandatangani surat ini bukan, lagi pula aku tidak menyuruhmu untuk mengurus anak itu".

"DIAM..., Dia anakku kau tidak pantas mengatakan itu" ayah Devan mengambil surat itu, tanpa pikir panjang pria itu menandatangani surat tersebut lalu melemparnya pada wanita yang masih berstatus istrinya.

"Sekarang pergilah aku tidak ingin melihat wajah penghianat sepertimu...".

"Kau tenang saja aku akan pergi dari sini, lagi pula aku tidak betah terus berada di rumah ini" ucap Vina lalu pergi dengan pria yang ia genggam sejak tadi.

Give up or hold onWhere stories live. Discover now