Recovery

773 125 6
                                    

CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, JIKA TERDAPAT KESAMAAN NAMA, TEMPAT, DAN KEJADIAN HANYA KEBETULAN SEMATA, DAN MURNI DARI IMAJINASI PENULIS.

MENGANDUNG BAHASA YANG KASAR DAN VULGAR DIMOHON PARA PEMBACA UNTUK LEBIH BIJAK DALAM MEMILIH BAHAN BACAAN.

Arash sedang mandi sore itu, dan Lara segera masuk ke dalam kamar untuk menyiapkan pakaian yang akan Arash gunakan. Meski hanya mengenakan kaos dan celana pendek saja, tapi Lara tidak mau membuang kesempatan untuk bersama suaminya beberapa waktu saja.

Lagipula ada yang ingin ia bicarakan dengan pria itu. Tentu saja mengenai rencana mereka untuk pindah ke Amerika.

Ares telah mengatakannya pada Angela, dan Angela mengatakannya pada Lara dan Arson. Namun tidak ada satupun dari mereka yang berani mengatakan hal ini pada Fallon. Karena Arash sendiri belum bicara apa-apa.

Dan sore ini dengan keberanian yang sudah ia persiapkan sebelumnya, Lara mulai mendekati Arash.

"Apa benar kita akan pindah ke Amerika?"

Arash yang sedang mengenakan kaos mulai menjawab, "Kau pasti sudah mendengarnya langsung dari Ares."

"Iya. Tapi bagaimana dengan mu?"

"Aku yang seharusnya bertanya seperti itu padamu. Bolehkah aku pergi kesana?"

Lara langsung mematung seketika mendengar balasan itu, "Maksud mu kau ingin pergi sendiri?"

"Tentu saja dengan Ares."

"Hanya kau dan Ares?" Lara terus saja bertanya, tak menyangka jawaban inilah yang akan keluar dari bibir suaminya.

"Arson jelas tidak mungkin ikut. Pertama dia punya pekerjaan disini, dan kedua dia juga sudah dewasa dan mandiri, aku yakin dia bisa tinggal sendiri. Untuk Ares, dia pasti akan pergi bersama Angela. Dan Angela tidak mungkin tidak ikut. Sekarang hanya tinggal kau saja, kau mau ikut bersamaku kesana atau tetap disini? Toh ini kota kelahiranmu?"

Lara terlihat terluka mendengar pernyataan Arash, "Kau tidak mau mengajakku?"

"Aku mengajakmu. Tapi kalau kau mau tinggal disini, aku bisa apa Lara."

"Bagaimana dengan Fallon? Apa dia akan ikut dengan kalian?" Ujar Lara tanpa berpikir dua kali. Ia harus segera mengatakan hal ini sebelum keberanian hilang darinya. Dan kebetulan ia sedang marah, mengingat Arash bahkan tidak mengajaknya ikut serta, seolah keberadaannya sama sekali tidak berarti bagi Arash.

"Aku tidak tahu." Jawab Arash melengos. "Dia pasti tidak mau ikut."

"Itu karena kau tidak mengajaknya." Sanggah Lara dengan berapi-api. "Sampai kapan kau akan menghindarinya seolah Fallon adalah suatu penyakit yang menular Arash. Fallon adikmu."

Arash diam saja dan berkutat dengan berbagai hal agar tidak terpancing emosi hingga bertengkar dengan istrinya.

"Dia sedang hamil." Tambah Lara.

"Aku tahu Lara." Seru Arash hilang kesabaran. "Aku tahu dia sedang hamil."

"Kalau kau tahu kenapa kau diam saja?"

"Kau tahu apa yang ingin ku lakukan sejak awal? Mencekiknya." Jawab Arash. "Aku menjaganya mati-matian dari dia kecil hingga dewasa, memastikan dia tetap senang dan bahagia, membebaskan apa yang dia mau, tapi apa yang dia lakukan? Hamil dengan orang yang tidak dikenal. Dia bahkan melindungi pria itu dan hanya diam saja. Kau tahu betapa aku ingin sekali memukulnya, membuat ia sadar bahwa ia salah. Bahwa ia telah membuat aib dalam keluarga ini. Bahwa ia sudah mengecewakan aku. Kau tahu tidak?"

Mata Lara mulai berkaca-kaca mendengar Arash meluapkan emosinya.

"Aku menetap di sini untuknya. Tetap tinggal dirumah dan bekerja apa adanya hanya untuk memastikan bahwa adikku Fallon tetap baik-baik saja. Sudah seketat itu aku menjaganya, tapi aku tetap bisa kecolongan juga. Fallon yang terlalu pintar atau aku yang terlalu bodoh, Lara. Hingga Fallon bisa memanipulasi ku."

DIVERGENTUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum