17. Pernikahan Yang Diharapkan

810 62 2
                                    

Raycel sedang bermain skuter di dalam rumah. Dari tadi sang anak hanya mondar-mandir di depannya dan mengelilingi tempat lain. Sementara itu, Dita ada di dapur sedang membuatkan kue pesanan sang anak.

Hanya dengan Dita, ia sudah merasa cukup. Wanita ini adalah cinta yang paling kuat bagi Bian. Dulu, ketika mereka pacaran. Dita orang pertama yang mampu membuat Bian begitu bekerja keras karena ingin menikah. Sekarang ada Raycel dan juga Dita yang membuat Bian merasa kuat dan pernikahan seperti ini yang dari dulu Bian inginkan.

"Mas, Ay di sana nggak?"

Raycel langsung melirik ke arah Bian. Anak itu turun dari skuternya, mengarahkan telunjuk ke bibirnya. Memberikan isyarat agar Bian tidak mengatakan jujur pada Dita. "Nggak ada sayang."

Anaknya tertawa cekikikan dan berlari ke belakang sofa. Bian sendiri sampai menggeleng melihat anaknya. Dita kemudian datang menghampirinya. "Tadi dia kan sama kamu, Mas."

"Tuh skuternya di sana!" tunjuk Bian.

Dita duduk di sofa dan menghela napasnya. Bian melihat istrinya sambil tersenyum. Karena di rumah ini hanya ada mereka bertiga. Bian menarik istrinya. "Apa sayang?"

Bian mendekatkan wajahnya. Lalu dia mencium istrinya, perlahan menjadi lumatan. Ciuman istrinya selalu memabukkan, Bian melepas ciuman itu. Lalu istrinya menatap dengan lekat. "Ay ada di belakang sofa."

Dita langsung menatapnya dan menarik hidungnya. "Modus banget."

Bian tersenyum. Andai cinta satu malam itu tidak terjadi. Bian tidak akan segila ini terhadap istrinya. Ia memang mabuk, namun ada kesadaran tersendiri ketika menyentuh Dita. Lalu dia menatap istrinya semakin dalam. Dita memang sangat cantik, dari dulu istrinya memang menggemaskan.

Dita bangun dari sofa lalu mencari Raycel di belakang sofa seperti yang dikatakan Bian tadi. "Ayo sayang! Kuenya udah jadi."

Raycel bersorak hore ketika Dita memberitahukan kue pesanannya sudah selesai dibuatkan oleh Dita. Keduanya pergi menuju dapur. Saat Bian menoleh. Dita mengisyaratkan menunggu Raycel tidur dulu.

Sementara itu anaknya dibawa ke dapur untuk diberikan kue yang dimintanya tadi. Ia mematikan televisi dan ke dapur. Melihat anaknya sangat senang sekali kue permintaannya dibuatkan oleh Dita langsung. "Mama, kenapa lama kita nggak ke toko?"

Bian tidak memperbolehkan. Karena dia ingin istrinya tetap ada di rumah. Bian hanya senang melihat istrinya ketika dia pulang bekerja. Melihat dua perempuan ini ada di sisinya.

Raycel menyodorkan kuenya untuk Bian. Pria itu mengangguk dan berterima kasih. "Abis makan, sikat gigi. Terus nanti bobok siang, ya!"

Anaknya mengangguk. "Nggak boleh main lagi, Pa?"

"Bukan nggak boleh sayang. Nanti malam biar nggak ngantuk. Papa mau ajak Ay sama Mama jalan-jalan. Kita makan di luar."

Anaknya langsung tersenyum. Bian paling mengerti apa yang disukai oleh Dita. Yaitu waktu bersama dengan keluarganya.

Setelah menghabiskan kue itu. Dita yang mengajak anaknya ke kamar. Lalu Bian menyusul. Kamar ini adalah milik pribadi anaknya. Raycel sudah tidak tidur dengan mereka lagi.

Begitu Raycel kembali ke tempat tidur. Pakaiannya sudah diganti. Bian melihat anaknya tersenyum saat keluar dari kamar mandi. "Papa nggak boleh bobok di sini."

"Ya sayang. Papa boboknya sama Mama nanti."

Anaknya naik ke tempat tidur dengan hati-hati. Dita mengambilkan selimut dari lemarinya si kecil.

Anaknya tertidur, Bian meninggalkan kamarnya Raycel. Sementara Dita masih menemani di sana. menunggu anaknya benar-benar sudah terlelap. Bagi Bian, ini adalah masa di mana ia melihat Dita begitu tulus untuk menyayangi anak mereka. Toh juga anak itu sama-sama diinginkan mereka berdua untuk hadir waktu itu. Raycel anak yang pintar, dia juga begitu baik dan pengertian. Tidak pernah membuat Dita kembali lagi merasakan kesedihan lagi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 10, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Night With You (21+)Where stories live. Discover now