15. Ulang Tahun Raycel

528 66 0
                                    


Acara ulang tahun yang pertama untuk Raycel berjalan dengan lancar. Bian yang sedang membereskan semua mainan dan juga hadiah untuk anaknya yang berasal dari sepupunya Bian dan keponakan yang lain. Sementara itu, sang anak sedang tertidur karena mungkin kelelahan. Ditemani oleh Dita yang sekarang mulai dekat lagi dengan anaknya.

Sebagai seorang ibu, sudah pasti ada jiwa yang ingin mendekat kepada sang anak meskipun keadaan sangat tidak baik.

Selesai memindahkan hadiah untuk anaknya. Bian mendengar isakan ketika dia masuk kamar. Dilihatnya sang istri duduk di sofa sambil menatap ke arah anaknya yang tertidur. Meskipun kamar tidak begitu terang. Tapi Bian mampu melihat kesedihan istrinya.

Dia menghampiri Dita setelah selesai mencuci wajahnya dan bersiap untuk tidur.

Dia berjalan mendekati Dita yang ada di sofa untuk bergabung dengan istrinya. Kesedihan yang dirasakan oleh istrinya barangkali bersumber ketika Dita menjauhi anaknya dulu. Dengan perasaan yang begitu hangat, Bian menghampiri dan duduk di sebelah istrinya. "Kenapa menangis?"

Dita menoleh dan tersenyum ke arahnya. Tapi air matanya belum selesai juga untuk jatuh. "Rasanya sangat lega setelah menangis."

"Apa karena Raycel?"

"Ya, aku merasa sedih ketika dia pernah aku jauhi. Dia membutuhkanku. Selama aku kembali, dia begitu senang memanggilku. Walaupun kadang dia tidak membutuhkan sesuatu, tapi panggilannya membuatku merasa kuat. Ditambah lagi kamu yang selalu ada di sisiku, aku bisa menangis kapan pun air mataku jatuh karena dia. Kamu nggak pernah protes alasan aku menangis."

Dita hanyalah wanita yang butuh perhatian penuh. Walaupun terkadang dia merasa sedih karena banyak masalah yang harus dihadapi. Akan tetapi ini adalah tentang mentalnya yang pernah jatuh oleh Bian di masa lalu. Keinginan untuk sembuh begitu besar. Bian menatap istrinya yang bersedih itu penuh dengan rasa iba. Kemudian Bian menyentuh kepala istrinya. Tangisnya Dita pecah dan memeluknya begitu erat.

Dita butuh dukungan atas segala yang dia hadapi. Tidak ada yang mudah baginya. Bian tidak pernah menyalahkan Dita atas keputusan dulu meninggalkan anaknya dan juga membiarkan Bian berjuang di rumah untuk mengurus sang anak dan juga sibuk di kantor. Itu adalah tentang masa lalu mereka yang usai tiba-tiba tanpa Dita inginkan. Kalau bisa diulang kembali, Bian hanya ingin mengulang kisah mereka yang dulu. Menyelesaikan baik-baik apa yang sudah hancur.

Lalu sekarang tangis itu perlahan mereda. Anaknya juga sudah terlelap. Banyak yang ikut campur sepupunya Bian atas apa yang dilakukan oleh Dita yang memilih pergi. Tapi orangtuanya Bian begitu adil. Menjelaskan tentang kondisi Dita yang tidak memungkinkan untuk pulang. Sampai wanita yang di pelukannya ini kembali lagi ke rumah mereka. Pernah dia merasakan ketakutan kalau orangtuanya kena hasutan, namun itu semua ternyata tidak mempan bagi orangtuanya. Mereka tetap memilih untuk menunggu Dita.

Dita melepaskan pelukannya, lalu wanita itu berkata. "Aku puas menangis malam ini."

"Sudah lega?"

"Aku lega setiap kali kamu memelukku."

"Kalau begitu, jangan menangis kalau aku tidak ada. Kamu hanya boleh menangis ketika aku peluk."

Dita menatapnya. Berumah tangga dengan wanita yang dari dulu sudah diinginkan oleh Bian. Anggukan dari sang istri membuat Bian sandar bahwa pernikahan ini memang layak untuk dia perjuangkan. Segala kesalahan di masa lalu ingin diperbaiki. Bian tidak pernah mencari wanita lain, semua itu juga untuk membuktikan perasaan terhadap Dita.

Kalau dia diminta mencari yang lain. Bian akan tetap bertahan untuk Dita. "Kamu cuci wajah sana! Kita tidur sekarang. Sudah waktunya untuk tidur, besok temani Ay buka kadonya."

Night With You (21+)Where stories live. Discover now