14. Di Sisimu

516 77 1
                                    

Dita menghirup udara segar di rumah yang pertama kali ditempatinya ketika sudah sah menjadi istrinya Bian. Menempati rumah ini tentu saja banyak pertimbangan yang dilaluinya. Memang dari awal, orangtuanya sering menyarankan agar Dita pulang. Meskipun bukan demi Bian, akan tetapi demi Raycel yang dibiarkan tumbuh tanpa dampingan dari Dita. 

Sementara itu, rasa bersalah yang memukulnya bertubi-tubi. Banyak hal yang dilewatkan dari pertumbuhan si kecil. Dibawa pulang kembali oleh Bian, penjemputan yang melibatkan semua anggota keluarga dan meminta izin pada orangtuanya Dita. Lagipula, kalau nanti terjadi apa-apa. Ada Agam yang ada di depan rumahnya menjadi tempat larinya Dita kalau ada yang terjadi. 

Hari pertama di sini, rasanya seperti mimpi untuk kembali lagi. Perasaan takut itu berusaha dibunuh oleh Dita. Anaknya butuh kasih sayang, butuh pendampingan khusus pada orangtua. Dita yang baru saja selesai memandikan Raycel setelah ditemani oleh Bian. Ini pertama kalinya menyentuh tubuh sang anak untuk dimandikan. Lebih lucunya lagi, Raycel tidak rewel seperti yang dia bayangkan. 

Anaknya justru senang ketika diajak mandi. Ada pengasuh Raycel yang juga selalu ada di sisinya untuk menemaninya nanti ketika kesulitan. Bian yang terlihat santai ketika di kamar mandi menemaninya tadi. 

Selesai memandikan anaknya, Raycel bangun dan merangkak ke sekitar ranjang. “Sayang, sini dulu! Nanti jatuh.” 

Anaknya kembali dengan ekspresi yang begitu bahagia. “Mama.” 

Bian rebahan di samping anaknya. “Pakai baju dulu gih sama Mama.” 

Anaknya kembali merangkak mendekati Dita. Sementara pengasuhnya diperbolehkan keluar oleh Bian ketika pakaian dan peralatan sang anak sudah disiapkan tadi. 

Kalau bukan permintaan Bian, mungkin Dita merasa butuh waktu yang lama untuk menyembuhkan diri. Tapi Bian mengatakan bahwa Dita sudah sembuh. Hanya tinggal diberikan kasih sayang dan penyemangat selama menjadi seorang ibu. 

Tatapan Bian juga begitu teduh. Sabar mengajari Dita banyak hal tentang mengasuh anak. Dia bersyukur juga selama meninggalkan rumah. Bian dengan hebat mengurus anak di malam hari ketika asistennya diminta istirahat. Kedekatan keduanya sangat luar biasa. 

Menganggap diri sebagai ibu yang punya penyakit mental. Tapi reaksi Bian yang membuatnya merasa lebih kuat. Pelukan pria itu yang membawanya kembali lagi ke rumah ini dan keluarga kecilnya. Bian ingin keluarga anaknya utuh, meskipun Dita pernah berharap bahwa dia bercerai dengan Bian. Namun saat hamil, Bian mengungkapkan perasaannya. 

Banyak hal yang dianggapnya lewat begitu saja, tidak menyaksikan anaknya bisa tengkurap, duduk atau bahkan belajar merangkak. 

Impiannya menjadi seorang istri untuk pria yang menjadikannya kekasih selama masih sekolah sampai akhirnya hubungan berakhir waktu itu. Pria yang dianggap Dita bisa menemani masa tuanya dulu, namun sekarang pernikahan itu sungguh terjadi. 

Dibalik dia merasa menderita oleh Bian. Ada Agam yang menceritakan bagaimana proses Bian sampai bisa sejauh ini mendapatkan apa yang diinginkan, cita-cita yang tercapai, rumah yang dibeli dengan hasil sendiri. Istana yang disediakan oleh Bian hanya untuk Dita. Tapi hubungannya kandas karena cinta Dita terlalu menggebu. Mengekang Bian yang dulu sampai tidak bisa mengejar apa yang diinginkan. 

Namun sekarang, ucapan Bian di masa lalu perlahan terwujud. Dita yang bercita-cita ingin memiliki toko kue yang akhirnya bisa tercapai. Impian memiliki anak perempuan juga terwujud. Banyak hal yang terjadi untuk proses ini. 

Gelak tawa anaknya ketika mencium Bian yang bahkan menggigit hidung pria itu. Menurut Bian, pulang adalah obat terbaik. Dibandingkan pergi semakin jauh untuk berobat, tapi semakin sakit. Keputusan untuk pulang juga disambut baik oleh kedua orangtuanya, dukungan dari mereka semua membuatnya yakin bahwa ini akan dilewati berdua. Tinggal di rumah Bian untuk bisa menjalani kehidupan rumah tangga. 

Night With You (21+)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt