5. Perempuan Itu Adalah Dita

965 104 5
                                    


Dita mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke toko kue yang baru dibuka satu bulan terakhir. Dia telah mengatakan kalau ingin fokus pada hobinya yang satu itu. Orangtuanya mendukung penuh, meskipun dia tidak bekerja di kantor orangtuanya. Tapi dukungan itu diberikan oleh mama dan papanya, juga modal yang diberikan sudah sesuai dengan apa yang diharapkan olehnya.

Sembari memasukkan barang ke dalam mobil. Mamanya membantu. "Hendra nggak pernah ke sini lagi, dia sibuk?"

Hubungannya sudah kandas waktu Bian yang menghampiri ketika keduanya bertengkar. Dita hanya tersenyum dan merapikan barang yang akan dibawanya ke toko. "Udah nggak sama dia, Ma."

"Lho, kok gitu? Waktu itu Mama jodohin sama Bian juga kamu nggak mau."

Dita memilih untuk tidak menikah dibandingkan harus dijodohkan dengan Bian. Suatu hal yang tidak akan bisa dia jalani adalah ikatan dengan pria itu. "Ma, kalau boleh. Aku nggak mau menikah dengan siapa pun."

Usai dia memasukkan barangnya. dia hanya tersenyum. "Aku mau fokus sama masa depan aku dulu, Ma."

Wanita setengah baya itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Mereka pasti terluka dengan keputusan Dita untuk tidak menikah. Dia hanya merasa sebagai wanita yang gagal dalam menjaga diri sejak kejadian itu. Menikah dengan Bian sama saja membunuh Dita secara perlahan karena orang yang paling menyakitinya adalah pria itu juga. Dita pamit dan bersalaman pada mamanya. "Aku berangkat, Ma."

Dita membawa barang-barangnya ke dalam toko bersama dengan beberapa karyawannya yang membantu. Dita langsung memasukkannya ke dalam lemari penyimpanan. "Bu, dapat ini dari Pak Bian."

Dita bangun dari tempat dia menyusun plastik dan saus tadi. Dia menerima bunga dari Bian. Sudah kesekian kalinya pria itu berusaha meminta maaf. "Buang saja seperti biasa."

Dia mengabaikan itu dan melanjutkan aktivitasnya. Sudah terlambat kalau Bian ingin perbaiki semuanya. Perasaan Dita sudah tidak seperti dulu. Ada kesempatan di mana dia berikan untuk memperbaiki. Akan tetapi tidak digubris oleh Bian dan justru mereka berpisah begitu saja. Bukannya dia tidak mau memberikan maaf. Akan tetapi dia sudah lelah dengan semua ini.

Akan lebih baik fokus pada kegiatan yang sekarang.

Bian mengirimkan kado, tapi tidak pernah diambil oleh Dita. Kadang diberikan kepada karyawannya, atau dibuang begitu saja. Hatinya terlalu sakit, tiga kali pria itu sudah menghancurkan perasaannya. Tapi apa boleh buat kalau sekarang dia tidak bisa memaafkan?

Dita tidak mau lagi berhubungan dengan Bian setelah kejadian waktu itu yang cukup membuatnya sakit hati. Tidak mau juga membuat Bian menunggu dan berharap sementara hatinya Dita sudah mati sejak lama karena kejadian malam itu.

Mengingat erangan malam itu, tekanan pada kepalanya Bian oleh tangan kanannya Dita masih diingat dengan lekat. Memang dia mabuk, tapi bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi.

Tubuhnya pagi itu tiba-tiba saja terasa sakit. Bangun dengan keadaan telanjang. Matanya terbuka dan seketika terkejut ketika pria itu ada di sebelahnya. Bahkan yang membuat dia sakit hati, adalah cara Bian yang mengatakan itu dengan sangat mudah kalau dia tidak akan hamil. Sakit hatinya masih saja menganga hingga saat ini. Sang pria yang dulu pernah dicintainya, menghancurkan perasaan dengan sangat mudah.

Kaki jenjangnya melangkah menuju ruangan yang ada di lantai atas juga termasuk kamar tersebut. Dita merebahkan tubuhnya karena lelah usai dari rumah, memindahkan beberapa barang yang ada di bawah. Lalu membuka ponselnya.

"Sudah jam dua ternyata."

Lalu dia memejamkan matanya sesaat. Ketika dia sedang terlelap. Dita dibandingkan oleh suara nada dering teleponnya.

Night With You (21+)Where stories live. Discover now