37. Bukan Reina

5 1 0
                                    

Jangan lupa tekan bintang ⭐
Sebelum membaca

                   Happy Reading ❣️

"Hai, Rea" sapa Reina dengan senyum manisnya.

Rea berusaha bergerak, namun dirinya akhirnya sadar kalau dia sekarang diikat.

"Lepasin gue Na!" Ucap Rea.

"Kita belum bersenang-senang Re" jawab Reina.

"Mau Lo apa sih?" Rea menatap Reina.

"Pertanyaan bagus, sebenarnya simpel sih Lo cuma harus putusin Garen supaya selamat". Reina menyilangkam tangan di dada.

"Jangan harap gue akan ngelakuin itu!" Kata Rea.

"Berarti Lo mau bersenang-senang?" Tanya Reina sambil memainkan cutter yang ada ditangannya.

"Gila Lo! Gue gak akan pernah mutusin Aska buat cewek gila kayak Lo!" Seru Rea.

PLAK...

Wajah Rea tertoleh ke samping dengan kencang, hingga sudut bibirnya berdarah.

"Bangsat" umpat Rea.

"Gue udah muak sama Lo! Udah berapa kali gue suruh Lo buat jauhin Garen. Tapi apa? Lo malah jadian sama dia". Seru Reina.

Rea terkekeh." Harusnya Lo sadar Lo udah kalah Na, gue yang menang.".

Karena kesal, Reina menancapkan cutter itu di lengan Rea.

"Arghhh...".

                          🍁🍁🍁

Vika saat ini sedang rebahan cantik dikasurnya sambil memainkan ponselnya.

"Mereka udah jalanin rencana mereka gak sih?" Tanya Vika pada dirinya sendiri.

Dirinya melirik jam di ponselnya." Kayaknya udah deh".

Tiba-tiba dirinya teringat pada percakapan Syera dengan seseorang di telpon waktu itu.

"Yang satu itu Rea, terus yang satu lagi siapa?" Vika berusaha berpikir keras.

Bayangan foto yang kemarin dia lihat di meja Syera tiba-tiba muncul di pikirannya.

"Apa hubungannya Syera sama foto itu?". Vika berpikir keras.

"Sial, mereka berdua dalam bahaya!" Seru Vika saat menyadari sesuatu.

Dia dengan cepat menghubungi kontak Garen, berharap semoga ini belum terlambat.

Saat ini Garen dan yang lain masih berada di tempat motor Rea berada. Mereka mencoba mencari disekitarnya, namun tetap tidak bisa menemukan Rea.

"Kita harus gimana nih?" Tanya Nadya.

Dering ponsel Garen berbunyi dan ternyata itu panggilan dari Vika.

"Siapa Ren?" Tanya Nathan.

"Vika" jawabnya, lalu menjawab telepon itu.

"Halo Ren, Lo dimana?" Tanya Vika.

"Kenapa?" Bukannya menjawab, Garen malah bertanya balik pada Syera.

"Gue tahu Rea dimana" ucapnya.

Muka Garen jadi lebih datar mendengar hal itu.

"Lo dimana sekarang?" Tanya Vika lagi.

"Di jalan ****". Jawab Garen

"Okey, gue kesana". 

Panggilan telepon terputus, Garen mengepalkan tangannya kuat.

"Kenapa Ren?" Tanya Vano.

"Vika tahu Lisya dimana" jawab Garen.

"Apa ada hubungannya dengan Reina?" Tebak Nadya.

"Kita tunggu Vika datang" ucap Garen.

Tidak lama kemudian, Vika benar-benar datang di tempat itu. Dia turun dari mobilnya dan segera menghampiri Garen dan yang lain.

"Rea dimana?" Tanya Rey pada Vika yang baru datang.

"Gue minta maaf sebelumnya, gue sebenarnya tahu tentang rencana ini"kata Vika.

"Rencana apa?" Tanya Vano.

"Reina dan Syera nyuruh orang buat nyulik Rea". Jawab Vika.

"Kalau memang benar, kenapa Lo ngasih tahu kita? Lo kan teman mereka" Tanya Shaka.

"Karena gue rasa bukan cuma Rea yang dalam bahaya tapi Reina juga". Kata Vika membuat semua orang menatapnya bingung.

Rea menceritakan tentang foto yang dia lihat di meja Syera kemarin. Dirinya juga menceritakan tentang percakapan Syera dan orang suruhannya itu.

"Foto Garen?" Tanya Nadya tak percaya.

Vika mengangguk membenarkan perkataan Nadya.

Ternyata foto yang dia lihat di meja Syera kemarin adalah foto Garen. Awalnya dia tidak menyangka kalau Syera menyimpan foto Garen, tapi setelah dia menghubungkan dengan percakapan Syera dengan orang itu dia langsung paham maksud dari perkataan Syera.

"Kenapa bisa ada foto Garen di kamar Syera?" Tanya Melda.

"Gue juga gak tahu alasannya" jawab Vika.

"Tapi setelah gue hubungkan dengan percakapan Syera lewat telepon itu, gue berpikir Syera juga suka sama Garen" kata Vika menyuarakan pendapatnya.

"Dan satu orang lagi itu Reina" kata Maudy dan mendapatkan anggukan setuju dari Vika.

"Gue memang udah kenal lama sama Syera dan dia udah gue anggap sahabat gue. Mungkin gue akan di cap penghianat oleh Syera, tapi gue juga khawatir tentang keselamatan Reina" kata Vika.

"Ren, Syera pernah bilang suka sama Lo?" Tanya Nathan.

"Gak".

"Syera diam-diam suka sama Garen dong" kata Vano.

"Lo tahu tempatnya kan?" Tanya Rey.

"Iya tahu" Vika mengangguk.

"Kita ke sana sekarang!" Kata Garen.

                            🍁🍁🍁

Rea meringis saat Reina mencabut cutter itu dari lengannya. Darah segar mulai mengalir dari lukanya itu.

"Gue belum kalah, gue akan rebut Garen dari Lo" Reina menatap tajam ke arah Rea.

"Dia gak akan pernah mau sama Lo!" Seru Rea.

PLAK...

Tamparan Reina kali ini lebih kencang, "bangsat Lo!".

Rea terkekeh, "Lo kan yang selama ini ngirimin gue pesan, neror gue, itu Lo kan?".

Reina terdiam karena bingung mendengar perkataan yang berupa tuduhan itu.

"Gue gak pernah ngirim pesan apapun, gue gak neror Lo. Lo harusnya tahu kalau gue gak butuh cara kayak gitu, gue bisa langsung nyelakain Lo kayak sekarang" kata Reina.

"Gak usah bohong! Gue tahu itu Lo" kata Rea.

"Bukan gue, mungkin ada orang yang gak suka sama Lo selain gue secara Lo itu memang pantas untuk di benci" Reina terkekeh sinis diakhir kalimatnya.

Rea terdiam, dirinya berpikir kalau bukan Reina terus siapa yang berani menerornya?.

Sedangkan Syera hanya menatap  Reina dan Syera. Rea yang saat itu sedang berpikir keras, tiba-tiba berteriak karena melihat Syera memegang pisau dan ingin di arahkan ke arah Reina.

"REINA, AWAS!" Reina berbalik kebelakang.

"Arghhh" Reina meringis karena tusukan yang dia rasakan di bagian perutnya.

"Sudah cukup dramanya, giliran gue sekarang" Syera tersenyum.

TBC...


ASSYA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang