Switched 🍁 2

71 19 9
                                    

"ARRGHH!"

Teriakan memilukan terdengar. Jin itu--- terjatuh diatas tanah dengan tangan yang memegang sebuah kayu runcing yang menancap didadanya---tepatnya dijantungnya. Tak sampai semenit, Jin itu tak sadarkan diri. Hal serupa terjadi juga pada Jin-jin yang lainnya.

"Mama! Jin yang ini terlalu lemah! Masa aku baru meninju perutnya dan dia sudah tumbang?!" Pekikan sumbang khas gadis kecil berumur 5 tahun menggema. Urisha keluar dari kamarnya dan melihat Aletta berdiri di antara jin-jin yang tergeletak mengenaskan.

"Ini sudah jin penjaga ke-10 yang kau kalahkan, Aletta. Sekarang ayo, makan dulu," ucap Urisha. Dia menggandeng tangan Aletta ke ruang makan. Willox tengah duduk manis ditemani seorang gadis iblis lain--yang berada dipangkuannya. Urisha menatap tajam gadis itu.
Melihat aura kebencian di mata Urisha, Aletta langsung mencakar wajah iblis tersebut dan memotong perutnya, membuat tubuhnya terbelah dua. Darah dan usus penuh kotorannya bertebaran di mana-mana.

Urisha mengelus kepala Aletta. "Bagus. Itu baru Ratu Iblis yang baru," sanjungnya yang membuat Aletta tersenyum licik.

"Baiklah. Lagipula hari ini menu kita kambing bakar saus darah manusia, bukan? Mama selalu tahu apa yang menjadi favoritku," kata Aletta dan melompat ke kursinya, memakan makan siangnya dengan rakus.

"Jadi bagaimana harimu, Aletta?" Tanya Willox. Aletta mengangkat kepalanya dan memasukkan iga kambing ke mulutnya.

"Hari ini terlalu membosankan! Masa jin penjaga itu langsung pingsan? Padahal aku hanya menyerangnya dengan sendok kayuku," gerutu Aletta khas anak kecil.

"Tentu saja mereka kalah. Kau menyerang mereka di saraf mereka, sayang." Urisha mengelus kepala Aletta lembut sembari memberikan segelas vodka ke tangan Willox.

"Mama, aku mau tanya. Kenapa rambutku berwarna putih?" Celetuk Aletta tiba-tiba.

"Karena tidak semua iblis berambut hitam, sayang. Di luar sana pasti ada yang rambutnya sewarna denganmu," balas Urisha.

Aletta mengerutkan keningnya."Tapi selama ini aku belum pernah melihatnya, Ma."

"Tentu saja kau tidak pernah melihatnya. Tempat bermainmu 'kan selalu tidak jauh dari istana."

Aletta mengerucutkan bibirnya, dan bertanya. "Bagaimana jika tidak ada?"

Urisha tampak berpikir, dan menjentikkan jarinya. "Itu artinya kau langka."

"Memangnya aku barang kuno sehingga dikatakan langka." ucap Aletta dengan kesal sembari mematahkan tulang rusuk kambing makanannya; menimbulkan bunyi krak yang memilukan.

Willox tersenyum kecil--- memperhatikan interaksi antara Istri dan anaknya.

"Ah, maksudku, kau istimewa."

"Itu terdengar lebih baik. Baiklah." Aletta pun menggidikkan bahunya dan memakan daging kambing di hadapannya yang sebenarnya bisa dimakan oleh 5 iblis dewasa.

"Aku harap aku segera mendapatkan sayapku!" gumam Aletta.

"Hanya 13 tahun lagi dan kau akan mendapatkan tahtamu. Bersabarlah sedikit," ucap Urisha.

Aletta mengerlingkan matanya kesal. "Ma, tidak ada kata sabar di kamus para iblis! Dan tidak akan ada seorang pun yang bisa menambahkannya!"

Urisha terkekeh kecil. Anaknya sangat mudah marah--- sama seperti dirinya.

Kemudian keluarga iblis tersebut kembali memakan makan siang mereka dengan tenang ditemani oleh teriakan histeris para pendosa yang tengah disiksa oleh seekor Cerberus peliharaan Aletta.

*****






-Al

SWITCHED Where stories live. Discover now