Switched 🍁 1

117 24 5
                                    

"Arella! Kau tak apa?" Suara pria dewasa yang kental menyapa Arella penuh kekhawatiran. Arella tersenyum kecil dan menyerahkan bayi ditangannya ke suaminya.

"Dia tampan, kan? Daquan?" Tanya Arella lemah. Daquanㅡsuami Arellaㅡtersenyum dan mengangguk. Dibawanya sang istri ke kasur dan merebahkan bayinya di sebelah malaikat tersebut.

"Kau berhak menamainya. Dia laki-laki," ucap Arella lemah.

Daquan menggeleng pelan kemudian ia mengelus lembut surai sang istri."Tidak, kau yang lebih berhak. Karena kau yang telah melahirkannya."

Arella tersenyum kecil. "Aku ingin kau yang memberi nama pada putra pertama kita."

Daquan terlihat berpikir dan menjentikan jarinya.

"Dhemiel. Dhemiel Arfhandy Wintorn."

Arella tersenyum dan mengelus kepala bayi di sebelahnya. Arella berbisik lembut, "Selamat datang ke dunia, Dhemiel. Tidurlah yang nyenyak sayang."

*****


"Willox! Panah Arella kembali mengenai sayapku!" Pekikkan Urisha kembali menggema untuk yang ketiga kalinya. Willox pun menghampiri istrinya yang terluka dengan segelas wine merah di tangannya.

Jujur, dia sendiri kesal dengan pekikan Urisha dan berusaha mencari istri baru. Sayang, calon-calonnya mati mengenaskan dibunuh Urisha entah tubuh mereka terbelah, tercabik, tertusuk, terbakar, tergilas, tercincang, atau pun termutilasi semuanya berkat Urisha. Willox pun memanggil seluruh tabib istana untuk mengobati Urisha sementara dia sendiri menggendong bayinya sambil sesekali menyesap wine.

"Dia perempuan. Jadi kau yang menamainya," celetuk Urisha tanpa memedulikan rasa sakit di sayap dan selangkangannya.

Willox menatap bayinya sambil berpikir. Setelah beberapa saat, sebuah nama terlintas di kepalanya.

"Aletta. Aletta Akriella Raffael."

Dan dengan kalimat terakhir Willox, Urisha menyematkan sebuah tiara bertabur berlian hitam di kepala Aletta.

"Jadilah Ratu Iblis yang jauh lebih hebat dan kuasai seluruh umat manusia, Aletta Akriella Raffael."

Dan tawa khas maniak kedua pasangan iblis tersebut menghiasi koridor utama istana.

"Pesta selama seminggu untuk lahirnya Ratu Iblis yang baru!"

*****

5

tahun kemudian..

"Dhemiel, ayo turun sebentar! Makan dulu baru kau bisa membaca buku lagi," panggil Arella lembut. Dhemiel pun menutup buku jurnalnya dan pergi ke ruang makan. Ayah dan ibunya sudah duduk dengan manis di meja makan. Dengan sedikit usaha, Dhemiel berhasil duduk di bangku yang lumayan tinggi untuknya. Dia juga termasuk anak laki-laki berumur 5 tahun yang pintarnya melebihi anak kelas 6 berkat hobinya membaca buku.

"Woah, sup wortel? Ini favoritku! Terima kasih, Ma!" Dhemiel pun menyuap supnya dengan lahap. Senyuman kecil terukir dengan jelas di wajah imut Dhemiel yang mau tidak mau, membuat kedua orangtuanya tersenyum.

"Oh, iya. Aku mau bertanya sesuatu pada kalian," celetuk Dhemiel saat menyuap potongan wortel terakhirnya ke mulut. Arella dan Daquan menoleh dan mengiyakan. Paling Dhemiel akan bertanya hal yang baru dia temui.

"Kenapa rambutku hitam?"

Hening.

Pertanyaan Dhemiel membuat kedua malaikat senior di hadapannya bungkam seribu bahasa. Arella pun tersenyum kecil.

"Begini Dhemiel, meski semua malaikat berambut putih bukan berarti kau bukan malaikat. Mama yakin, sayapmu akan berwarna putih dan dengan lingkaran halo emas di kepalamu," hibur Arella. Dia merapikan peralatan makan dan menghidangkan secangkir madu untuk suaminya. Dengan lembut, Arella membantu Dhemiel turun dari kursi dan membawanya ke perpustakaan rumahnya.

"Sekarang kau boleh membaca buku lagi. Dan jangan lupa, kau tidak boleh pelit ilmu," ucap Arella dan membiarkan Dhemiel membaca banyak buku di perpustakaan mereka.

Dhemiel kembali hanyut dalam dunianya sendiri sebelum sebuah buku tebal menimpa kepalanya.

"Aduh! Beruntung yang jatuh bukan pisau," rintih Dhemiel. Penasaran, dia membuka buku berjudul Angels and Devils tersebut dan tersenyum kecil.

Dhemiel mulai bergumam saat membaca judul buku tersebut, "Kupikir malaikat dan iblis berteman baik, ternyata mereka tidak ditakdirkan bersama." Dhemiel pun menutup buku temuannya itu dan membawanya ke kamarnya.

Tepat saat Dhemiel sampai di kamar dan hendak membaca bukunya, ibunya memanggil dengan suara bagai musik terindah di Surga.

"Dhemiel, Carlos dan Alexander memanggilmu untuk bermain."

Dhemiel pun menutup bukunyaㅡlagiㅡdan menghampiri kedua sahabat baiknya itu.

"Alex! Carlos!" Panggilnya. Yang dipanggil menoleh. Carlos memegang sebuah panah di tangannya, begitu pula dengan Alex.

Mata Dhemiel berbinar saat melihat panah kedua sahabatnya. "Panah yang keren! Dari mana kau mendapatkannya?"

"Kami baru saja memunculkannya. Apa kau sudah bisa?"

"Belum. Tetapi, aku yakin aku bisa menyusul kalian! Ayo main tangkap awan!" Ajak Dhemiel. Mereka pun mencari awan yang terjatuh dan menggumpalkannya menjadi sebuah bola untuk dilempar tangkap.

Sementara Dhemiel bermain dengan temannya, Arella berniat merapikan kamar Dhemiel yang sebenarnya tidak pernah berantakan. Dia pun menemukan sebuah buku di atas kasur putih Dhemiel. Matanya membesar saat melihat judul buku itu. Angels and Devils. Secepat kilat, Arella mengambil buku itu dan menyembunyikannya di gudang, jauh dari jangkauan Dhemiel.

*****









-Al

SWITCHED Où les histoires vivent. Découvrez maintenant