Switched 🍁 15

172 19 8
                                    

Arella terbaring lemah di atas kasur Dhemiel. Air matanya terus berjatuhan meski skleranya sudah bengkak dan merah. Digenggamnya selimut Dhemiel erat. Dihirupnya aroma tubuh Dhemiel yang tersisa, membuat air matanya kembali menetes.

Hari demi hari berlalu dan kondisi Arella semakin memburuk. Daquan yang prihatin berusaha membuat Arella makan dengan cara memasak makanan favorit Dhemiel untuk istrinya. Meski tidak banyak, Arella tetap memakan potongan-potongan wortel manis di sup itu.

"Arella, makanlah dulu. Tidak baik begini terus," panggil Daquan. Arella tak bergeming dan terus menangis dalam diam. Sudah beberapa hari ini mereka pisah ranjang karena Arella merindukan Dhemiel. Baginya, bertemu Dhemiel pada malam itu saja tidaklah cukup.

Sebut saja dia egois karena tak bisa merelakan Dhemiel yang jelas-jelas bulan anaknya. Coba bayangkan, kalian menemukan seekor kucing kecil dan setelah 2 bulan dipelihara, pemiliknya yang asli datang untuk mengambilnya. Jangankan pemilik aslinya mengambilnya saat kucing itu hilang pasti kalian akan merasa sangat sedih. Itulah perasaan yang Arella rasakan saat ini. Kosong. Tak punya semangat hidup. Hampa.

Daquan menghela napas melihat raga tanpa jiwa istrinya. Dituntunnya wanita itu ke meja makan. Daquan lagi-lagi menyiapkan sup wortel favorit Dhemiel. Arella tak bisa menolaknya. Arella memakan sup itu sambil sesekali meneteskan air mata saat mengingat Dhemiel kecil yang memakan makanannya dengan senyuman lebar.

Daquan menutup matanya dan tersenyum. "Arella, menurutku Dhemiel akan datang beberapa hari lagi. Jadi berhentilah menangis. Aku yakin Dhemiel tidak suka melihatmu menangis," ucap Daquan. Jiwa Arella seakan tersedot kembali ke raganya saat mendengar penuturan Daquan. Wanita itu pun menghabiskan makanan yang ada di mangkuk dan sesekali menambah nasi serta lauk. Daquan kembali tersenyum saat melihat Arella menghabiskan makanannya.

*****

"Hei, gadis-gadis! Sampai kapan kalian mau berenang? Makanannya sudah siap kalau kalian lapar!" Panggil Dhemiel. Tangannya masih setia membolak-balikan daging kelinci dan rusa di atas api. Aletta yang mendengarnya tanpa basa-basi melebarkan sayapnya dan melesat ke arah Dhemiel hanya untuk mengambil daging rusa. Syrennia sendiri berenang sambil melompat-lompat yang sekilas terlihat seperti lumba-lumba. Identitas Syrennia sepertinya mulai menimbulkan krisis.

Saat Syrennia nyaris sampai di tepi danau, dia melompat begitu tinggi. Dan tanpa menyadari ada Flarage di dekat tempatnya akan mendarat.

"Flarage, awas!" Pekik Syrennia panik saat melihat ada Flarage yang sedang melamun. Kendali terhadap tubuhnya seketika hilang. Mata Flarage membesar saat melihat Syrennia. Alhasil, Flarage menangkap Syrennia yang nyaris menimpanya. Syrennia membuka matanya, mendapati Flarage menggendong tubuhnya bridal style. Tangan Syrennia dikalungkan ke leher Flarage dan dengan wujud separuh Ikannya. Wajah mereka berdua memerah.

Suara sorakan mulai terdengar dari belakang mereka. "Ooh~ sepertinya mereka saling menyukai~" canda Dhemiel. Aletta mengiyakan.

"Lanjutkan, Flarage!"

Dan dengan itu, Flarage melempar Syrennia kembali ke danau tanpa peduli pekikan melengking ikan koi itu. Sebagai balasan karena sudah melemparnya ke danau tiba-tiba, Syrennia mencipratkan sihir airnya ke wajah Flarage. Flarage hanya terdiam saat air itu mengenai wajahnya seakan tidak terjadi apa-apa.

Akhirnya Syrennia duduk di tepian dan mengubah ekornya menjadi kaki sebelum berlari ke arah perapian. Flarage masih saja membeku sampai Dhemiel memanggilnya.

Flarage pun duduk di sebelah Dhemiel dan mengambil paha rusa bakar itu. Dikunyahnya daging rusa yang liat itu dengan perlahan karena melamun. Pikirannya melayang ke mana-mana.

Bạn đã đọc hết các phần đã được đăng tải.

⏰ Cập nhật Lần cuối: Oct 01, 2023 ⏰

Thêm truyện này vào Thư viện của bạn để nhận thông báo chương mới!

SWITCHED Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ