Prolog

202 35 17
                                    

Rintihan seorang malaikat yang sedang hamil besar terdengar samar-samar. Sayap putih bersihnya yang mengepak lembut tertiup angin musim semi dan kakinya perlahan mendarat di sebuah padang rumput penuh pepohonan rindang. Tempat yang cocok untuk melahirkan seorang calon malaikat lucu dan pastinya seringkih sebuah vas keramik tua. Malaikat itu pun duduk di sebuah pohon apel liar dan mengatur napasnya, berusaha melahirkan bayinya.

Dia berteriak kesakitan kala kepala bayinya menampakan diri dari lubang rahimnya. Darah mulai membanjiri gaun putih semata kaki terbaik yang dia miliki. Dia memekik kencang, berupaya untuk menahan rasa sakitnya.

"Akh! Ya Tuhan, tolong hilangkan rasa sakit ini." Bagai keajaiban, sang malaikat seakan mati rasa dan dengan mudah melahirkan seorang bayi malaikat yang normal, tanpa cacat sedikit pun. Hanya dia tidak memiliki sayap dan lingkaran halo emas di atas kepala. Bayi itu akan mendapatkannya saat berumur 18 tahun; saat itulah sayapnya akan tumbuh di punggungnya dan akan diadakan perayaan atas lahirnya malaikat baru yang telah sempurna.

"Maafkan Mama, tetapi aku harus meninggalkanmu di sini untuk sementara waktu," ucap malaikat itu seraya mengecup dahi bayi itu sekilas. Dengan mata yang berlinang, dia melebarkan sayap besarnya dan kembali ke surga, meninggalkan bayinya tertidur nyenyak di bawah pohon rindang yang tertiup angin sepoi-sepoi.

*****


"Cepat bawa aku ke tempat makhluk penuh dosa itu!" Pekikan seorang iblis yang tengah hamil menggema di seluruh penjuru istana. Beberapa Jin penjaga langsung menggendongnya dan membawanya ke dunia manusia untuk melahirkan anaknya yang sudah berusia 9 bulan lebih 10 hari di kandungan. Iblis itu terus melayangkan sumpah serapah ke bayi di perutnya karena rasa sakit yang diberikan. Jin penjaga itu pun menurunkan sang iblis di sebuah pohon rindang sebelum akhirnya kembali ke istana, membiarkan sang iblis melahirkan dengan tenang.

"Sialan! Bayi sialan! Kenapa kau memberiku rasa sakit seperti ini, dasar bayi tak tahu diuntung!"

Ralat, dengan sumpah serapah melayang keluar mulutnya.

Dengan kasar, dia menarik kepala bayi yang sudah keluar dari rahimnya, membuat bayi itu keluar seutuhnya. Iblis itu menatap sang bayi dengan penuh senyuman licik.

"Bayiku yang lucu. Kau akan menjadi pemimpin iblis nantinya. Dan akan kupastikan semua manusia akan terjerumus ke dalam dosa berkatmu!" Desis sang iblis ambisius.

Dengan langkah gontai, dia meletakkan bayinya di bawah pohon rindang dan mengepakkan sayap kelelawarnya, mencari gerbang ke neraka yang tadi dia lalui.

"Sayang! Anak kita sudah lahir!" Sahutan manja sang iblis menggema di seluruh koridor. Suami tercintanya pun keluar dari ruangannya dengan sesosok gadis iblis lain. Iblis yang baru saja melahirkan itu menyatukan alisnya tidak suka. "Siapa iblis tak tahu diuntung ini?! Beraninya kau menyentuh suamiku!"

Dan saat itu, darah kehijauan terciprat kemana-mana. Sang suami tersenyum saat melihat istrinya membunuh iblis yang hendak menjadi selirnya.

"Masih sekuat yang dulu, hm? Sekarang kau bisa mengambil bayimu kembali."

Sang iblis tersenyum dan mengecup suaminya singkat sebelum menjemput bayinya.

*****


"Hei, lihat! Ada bayi di sana!" Seru seorang gadis. Dia dan kakaknya berlari ke arah yang dimaksud. Di sana ada dua orang bayi tertidur di masing-masing sisi pohon.

"Wah, kau benar! Mereka lucu sekali! Ayo main dengan mereka sebentar!" Ajak kakaknya. Sang gadis mengangguk dan mereka menggendong bayi yang mereka temukan.

Sang gadis mengecup kedua pipi bayi itu dengan gemas, sedangkan sang kakak menatap seksama wajah bayi itu.

"Mereka terlihat mungil dan menggemaskan."ucap sang kakak yang diangguki antusias oleh sang gadis.

"Ah, sepertinya kita harus meminta bayi pada ayah dan ibu..."

"Ashley! Carmen! Cepat pulang! Ini sudah malam! Kalian tidak mau diculik para iblis untuk dijadikan cemilan malam mereka, bukan?" Panggil sang Ibu. Mereka hendak menaruh bayi tersebut.

"Di mana tadi kita mengambilnya?" Tanya Ashleyㅡsang adikㅡbingung. Carmen menggidikkan bahunya.

"Aku tidak tahu. Kita asal taruh saja."

"Bagaimana jika bayi ini tertukar?"

"Aku tidak perduli."

"Dan di mana orang tua mereka?"

"Berhentilah bertanya dan cepat pulang!" Carmen pun menarik tangan Ashley dengan kesal dan mereka berlari kecil menghampiri ibu mereka.

Tak lama kemudian, sesosok malaikat turun bersamaan dengan munculnya sesosok iblis.

"Kau! Kenapa kau di sini?!" Pekik sang malaikat. Dia mengambil bayi di bawah pohon dan memeluknya erat.

"Tentu saja mengambil bayiku, bodoh!" Sang iblis pun mengambil seorang bayi yang tertidur pulas di bawah pohon.

"Baiklah, kita anggap kita tidak pernah bertemu dan kita kembali dengan damai. Bagaimana? Kau setuju, Urisha?" Usul sang malaikat. Urisha menyeringai sampai taringnya terlihat.

"Dan mengabaikan kesempatanku untuk membunuh keturunan malaikat baru? Tidak akan pernah terjadi, Arella!"

Dengan cepat, Arella menghindar serangan Urisha yang memegang sebilah pedang panjang penuh aura semerah darah kental. Arella pun mengeluarkan busur emas dengan ukiran cantiknya, berusaha membidik Urisha.

Sebuah panah dilepaskan. Urisha dengan mudah menghindarinya tanpa cacat sedikit pun. Panah berbahaya ciptaan Arella, sekalinya seorang iblis terkena maka membutuhkan waktu 2 bulan untuk sembuh. Pertarungan mereka sebenarnya agak terganggu akibat rasa sakit yang tersisa setelah melahirkan. Arella melebarkan sayapnya dan mengambang tinggi di udara, kembali membidik Urisha.

Sebuah panah menerobos sayap kelelawar hitam Urisha; merobeknya sampai menembus kulit tipis sayapnya. Urisha menjerit. Jeritan memilukan yang seketika memenuhi padang rumput tersebut.

Tanpa membuang waktu, Arella mengepakkan sayapnya dan kembali ke Surga, sementara Urisha dengan langkah tertatih kembali ke neraka.

*****













-Al

SWITCHED Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum