16 (END)

36 7 1
                                    

Tika bersikap tidak keberatan. Ia biarkan Kanda menengok Uca di kamar sebelah. Kamarnya Erwan. Di sana Kanda melihat Uca tertidur dengan nyenyak sekali. Terselimuti rapat dengan boneka Panda ada di sampingnya. Kanda merasa lega dan bahkan sempat bangga, karena Tika telah memperlakukan Uca dengan baik.

Kanda sempat merasa terperanjat dalam hati melihat ada boneka baru di samping boneka Panda. Boneka itu lebih kecil dan warnanya ungu. Bagus sekali. Terbuat dari bulu sintetis yang lembut dan berwajah lucu. Kanda yakin, Uca pasti akan menyukainya. Lalu, siapa yang membelikan boneka baru itu?

"Siapa lagi kalau bukan Tika!" jawab hati Kanda sendiri.

Kembali ke kamarnya, Kanda melihat wanita itu telah mengenakan gaun yang terbuat dari bahan tipis warna ungu transparan. Kanda berdebar-debar melihat tubuh molek itu tergeletak di ranjang menunggu jamahan. Senyum Kanda pun
membias lebar sambil naik ke ranjang. Ia mengusap dada Tika dengan lembut.

"Kau yang membelikan boneka ungu itu bukan?"

"Biar anak itu semakin senang hidupnya."

"Terima kasih. Kau telah ikut menyenangkan anak itu. Aku
semakin terkesan pada pribadimu, Tika."

"Upahnya mana dong?"

Tika menyodorkan bibirnya. Kanda mulai mendekat dan mengecup lembut bibir itu. Tapi Tika membalas dengan melumat bibir Kanda lebih hangat lagi. Semakin lama semakin liar lumatan bibir itu, sehingga Kanda tak bisa menghindari tantangan untuk bercumbu. Maka ia biarkan seluruh pakaiannya dilepasi oleh tangan nakal Tika. Sebentuk kehangatan dan kenikmatan diberikan untuk Tika dengan penuh semangat dan berapi-api sekali.

Dering HP terdengar. Waktu itu jarum jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Mereka baru saja selesai menikmati kehangatan cinta. Tika belum sempat mengenakan pakaiannya, demikian juga halnya dengan Kanda. Namun agaknya Kanda harus menerima telepon itu, karena di layar display tertera nomor telepon nimahnya Kumala Dewi.

"Ada ара dengan Kumala?" pikir Kanda. Ia pun segera menyapa dengan suara pelan, agak parau.

"Hallo..."

"Kanda, bagaimana keadaan anak itu malam ini?"

"Tidur nyenyak."

"Nggak hilang lagi?"

"Nggak. Baru saja tadi kutengok. Dia ada di kamar sebelah."

"Di kamar sebelah? Kenapa kau taruh di sana?"

"Hmm, eeh... anu..." Kanda agak bingung menjawabnya. Sebelum pertanyaan itu terjawab, suara Kumala sudah terdengar lebih dulu.

"Kanda, kau tahu mataku sekarang ini masih buta. Nggak ada yang bisa menyembuhkan mataku kecuali anak itu."

"Uca...?! Ah, masa dia bisa sembuhkan kebutaanmu sih?"

"Dengar, Kanda... ternyata aku salah duga. Pantas saja Uca mempunyai kekuatan besar dan mampu menerobos pagar gaibku, ternyata dia bukan titisan Raja Iblis."

"Lalu..."

"Aku telah berkonsultasi dengan ayahku, beberapa jam yang lalu."

"Jadi ара kesimpulannya?" desak Kanda tak sabar.

"Uca adalah dewa perempuan. Dia adalah Dewi Cantika, yaitu Dewi penguasa kecantikan."

"Oh, ya...?!"

"Dalam silsilahnya, dia termasuk kakak sepupuku. Маkа ilmuku kalah tinggi dengannya. Jadi kumohon padamu, bawalah anak itu kemari agar dia bisa sembuhkan kebutaanku."

"Malam ini?! Sekarang juga?!"

"Ya. Karena kesempatan sembuhku hanya tiga hari. Jika dalam tiga hari aku belum bisa sembuh, maka aku akan buta selamanya."

"Oh, kalau begitu... kalau begitu aku akan ke sana sekarang juga. Aku akan membawanya demi kesembuhanmu, Kumala."

"Sorry, aku nggak bisa datang sendiri ke rumahmu, karena malam ini adalah malam purnama, aku tak boleh ke mana-mana."

Kanda tidak tahu bahwa pada malam purnama, Kumala berubah menjadi seekor ular bersisik emas tapi berkepala manusia. Karenanya, setiap malam bulan purnama, Kumala selalu mengurung diri dalam kamarnya, sampai esok lusa baru keluar. Karena esok paginya, ia telah berubah menjadi gadis cantik lagi.

"Aku harus membawa Uca kepada Kumala malam ini juga, Tika."

"Gila kamu, ya?! Malam-malam begini mau bawa dia pergi?!"

"Kumala butuh bantuannya. Dia harus disembuhkan dari kebutaannya malam ini juga, Tika!"

"Tidak. Aku tidak izinkan kau membawa anak itu."

Kanda berkerut dahi. "Kenapa kau melarangku?!"

"Karena Kumala pantas menerima hukuman atas kelancangannya! Biar saja dia buta, supaya dia tahu bahwa bukan hanya dia yang mempunyai kesaktian kedewaan. Apakah mentang-mentang dia anak Dewa Permana dan Dewi Nagadini, lantas dia boleh berbuat sesukanya begitu?"

Kanda semakin terheran-heran mendengar ucapan Tika. "Dari mana kau tahu kalau dia anak dewa?! Apakah kau kenal dia?!"

Tika turun dari ranjang, mengenakan pakaiannya, mini set. Ia memandang Kanda dengan senyum tipis. "Aku kenal betul siapa dia. Kalau aku mau, aku bisa menghancurkannya!"

"Si... siapa kau sebenarnya, Tika?" sambil Kanda merinding.

"Aku... adalah Uca-mu," Tika mendekat dengan wajah lembut. Ia mengusap pipi Kanda dengan kedua tangan. "Aku adalah Dewi Cantika Puri, kakak sepupu Dewi Ular!"

Kanda semakin tegang, tak bisa bicara. Tiba tiba sosok cantik Tika lenyap.

Sluuub...!

Ia berubah menjadi Uca yang manja dan mungil. Gadis itu tersenyum memandangi Kanda yang terperangah tegang sekali.

Sluuub...!

Uca berubah lagi menjadi Tika yang sexy dan mengairahkan.

"Puas kau sekarang, Kanda?"

Pemuda itu masih tak bisa bicara. Tika melanjutkan ucapannya. "Aku diizinkan oleh Sang Hyang Maha Dewa untuk turun ke bumi, mencari obat luka hati karena dikhianati oleh suamiku, Dewa Garda. Dalam pengelanaanku, akhirnya kutemukan dirimu. Kucoba kasih sayangmu kepada seorang anak, dan kurasakan betapa sayangmu kepada bocah sekecil Uca. Tanpa kau sadari kau telah mencurahkan kasih sayangmu padaku. Karena itu aku memilih dirimu untuk menjadi suamiku, Kanda. Tapi aku punya resiko sendiri untuk itu, yakni tidak bisa kembali ke Kahyangan dan tetap menjadi manusia yang mempunyai hak kesaktian dewi separuh bagian. Kusanggupi resiko itu demi mendapatkan kebahagiaan cinta yang sejati darimu, Kanda..."

Setelah bungkam sekian lama, akhirnya Kanda berkata, "Aku bersedia menjadi suamimu, tapi ada satu syarat yang harus kau penuhi. Sembuhkan kebutaan Dewi Ular, sebab dia tidak tahu siapa Uca yang sebenarnya."

Tika menghembuskan napas. "Kau mendesakku melakukan hal yang tak ingin kulakukan. Tapi demi kasih sayangku padamu, tak ada masalah untuk memenuhi keinginanmu itu, Kanda..."

Dalam sekejap mata, Tika mampu membawa Kanda berada di rumah Kumala Dewi. Dengan wibawa yang ada, Tika berseru memanggil adik sepupunya itu.

"Kumala Dewi, keluarlah sekarang juga! Matamu akan kusembuhkan demi cintaku pada Kanda!"

Terdengar suara Kumala berseru dari dalam kamar. "Kakak sepupu, maafkan aku yang telah lancang ini. Tapi semestinya kau tahu, malam ini adalah malam purnama. Aku tak ingin keluar kamar. Kumohon masuklah kemari, Kakak Dewi Cantika!"

"Rese juga luh!" geramnya, tapi Tika segera menerobos masuk ke kamar Dewi Ular dengan cara menembus pintu.

Bleeesss...!

Akhirnya keduanya menjadi rukun dan damai. Dewi Ular dan Dewi Cantika Puri saling berhubungan akrab. Kumala benar-benar telah disembuhkan dari kebutaannya. Wajahnya menjadi cantik kembali. Sementara itu, sebagai imbalannya, Kumala bersedia merayakan pesta perkawinan Kanda dengan Dewi Cantika Puri.

Sejak perkawinan itu, Dewi Cantika kehilangan separuh kesaktiannya dan menjadi manusia biasa. Tapi ia sangat bahagia karena mendapatkan seorang suami yang sangat setia padanya, penuh kasih sayang dan selalu memanjakan dirinya.



SELESAI

46. Misteri Bocah Jelmaan✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang