11

25 7 0
                                    

TANPA sepengetahuan Kanda, Dewi Ular malam itu datang ke rumahnya. Ia hanya berdua bersama Sandhi, yang Kadang-kadang berfungsi sebagai asisten untuk urusan riel. Sedangkan asisten Kumala untuk urusan gaib adalah Buron, yaitu seorang pemuda berambut kucai jelmaan dari Jin Layon.

Tapi malam itu Buron tidak ikut. Ia ditugaskan jaga rumah, sambil menemani Маk Bariah, pelayan setia Kumala untuk urusan dapur. Hanya saja, sewaktu-waktu Kumala membutuhkan dari tempat jauh, Buron dapat dipanggilnya secara gaib. Ia akan muncul dari lapisan udara, tepat di mana Kumala berada.

"Kalau memang tadi Kanda meneleponmu dan memberi tahu bahwa dia nggak ada di rumah, kenapa kamu justru datang ke rumahnya?" tanya Sandhi dalam perjalanan itu.

"Justru aku ingin tahu ара yang dilakukan gadis kecilnya apabila Kanda tidak ada di rumah."

"Menurutmu apakah gadis kecil itu memang berbahaya?"

"Yang jelas aku merasakan dia mempunyai getaran gelombang gaib cukup besar. Aku penasaran sekali ingin tahu, siapa sih dia itu sebenarnya? Anak siapa dan mengapa bisa mempunyai getaran gaib sebesar itu?"

"Ара nggak bisa kamu kontrol dari rumah saja "

"Itulah kehebatan anak itu. Nggak bisa ditembus dari jauh. Gelombang energi gaibnya agak lain dari yang lain. Hanya bisa terdeteksi jika kita berada dalam jarak dekat dengannya. Itulah sebabnya kemarin kukatakan pada Kanda bahwa gadis kecil itu punya energi gaib hitam. Artinya, gaib yang sukar diteropong dari jarak jauh."

Таk berapa lama BMW kuning metalik itu sampai di rumah Kanda. Kumala Dewi langsung berkerut dahi melihat pintu gerbang dan pintu ruang tamu terbuka, sementara suasana di rumah itu tampak sepi.

"Ada yang nggak beres nih, San!"

"Ada apaan?!"

"Aku ke dalam dulu deh!" sambil Kumala bergegas turun dan melangkah lebih dulu, sementara Sandhi membetulkan posisi parkir mobilnya.

Setelah itu Sandhi pun berlari kecil menyusul Kumala yang sudah sampai teras rumah dan disambut oleh Маk Sanah. Wajah Маk Sanah tampak tegang. Pasti ada sesuatu yang terjadi dan membuatnya ketakutan. Kumala pun mendesak Маk Sanah, sehingga perempuan setengah baya itu akhirnya mengungkapkan ketegangannya dengan suara bergetar dan bibir gemetar.

"Non Uca hilang lagi, Nona. Hmmm... Non Uca adalah..."

"Ya, aku tahu," sahut Kumala. "Di mana tempatnya menghilang?"

"Tadi.. tadi dia tidur di ranjang, tapi... tapi tahu-tahu lenyap begitu saja saat saya dan anak saya nonton teve, Nona. Saya... oooh, saya pasti akan kena marah oleh Tuan Kanda. Mungkin juga saya akan diusirnya..."

Kumala tidak mendengarkan lagi keluhan Маk Sanah yang dituturkan dengan sedih, melainkan langsung memeriksa kamar tempat tidurnya Uca. Sandhi pun ikut menerobos masuk dan berdiri sampai di pintu kamar tersebut. Kumala berani sampai ke tepian ranjang, memandangi selimut yang
seolah-olah tetinggal, lalu meraba kasur ranjang itu. Matanya terpejam, merasakan getaran gaib yang dapat terpantau oleh kepekaan supranaturalnya.

"Saya sudah mencarinya ke mana-mana," kata Маk Sanah kepada Sandhi. "Tapi dia tidak kami temukan. Bahkan anak saya sekarang sedang mencari sampai ke tepi jalan raya sana. Entah bagaimana hasilnya."

"Tenang, Маk. Tenang..." kata Sandhi dengan ada ikut prihatin atas ketakutan Маk Sanah.

"Majikanku ini orang pintar. Mungkin Маk masih ingat kami berdua, aku Sandhi, dan majikanku itu bernama Kumala Dewi. Kami teman baik Kanda. Dulu pernah kemari kan?"

Маk Sanah hanya manggut-manggut. Entah ingat betul atau tidak, yang jelas ia tampak bersikap pasrah dan mengharap bantuan siapa saja untuk menemukan kembali si kecil Uca.

46. Misteri Bocah Jelmaan✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang