8

25 4 0
                                    

SETELAH jam makan siang, Kanda meluncur ke kantornya Dewi Ular. Gadis cantik anak bidadari asli itu sejak ditemukan Pramuda di jalan tol, ia bukan saja dijadikan saudara angkat Pramuda, tapi juga dipercaya untuk duduk sebagai konsultan di perusahaan tersebut. Sama halnya dengan Kanda, perusahaan Pramuda menjadi berkembang pesat dan kini sedang di atas angin sejak Pramuda menjadikan Kumala Dewi sebagai saudara angkatnya.

Kedatangan Kanda di siang itu ke kantornya Kumala bukan untuk membicarakan tentang sejarah turunya Kumala ke bumi yang pertama kali, juga bukan untuk membicarakan keuntungan gaib seseorang yang telah menjadikan orang lain sebagai saudara angkat, melainkan untuk membicarakan misteri hilangnya Uca. Ada peristiwa ganjil yang perlu ditanyakan Kanda kepada Kumala, dan ia sangat mengharapkan jawaban yang pasti dari si paranormal cantik itu.

"Bukankah sudah kubilang padamu bahwa bocah itu sepertinya bukan bocah sembarangan. Kau perlu hati-hati dan waspada sekali terhadap kemungilannya yang terus terang bikin hatiku sendiri gemas-gemas suka padanya."

"Ya, aku ingat. Beberapa waktu yang lalu kau bilang, gadis itu akan mempunyai perkembangan aneh setelah 40 hari ikut bersamaku. Apakah hilangnya Uca adalah perkembangan aneh yang kau maksud tempo hari itu, Kumala?"

"Mungkin bukan hanya itu saja. Mungkin masih ada perkembangan aneh lainnya yang akan kau jumpai. Barangkali juga termasuk membanjirnya tamu di cafe tendamu itu adalah perkembangan aneh yang kumaksud kala itu, Kanda."

Pemuda berambut panjang ke belakang dan bergelombang itu manggut-manggut. Wajahnya penuh keseriusan. Agaknya misteri hilangnya Uca merupakan kasus yang harus ditanggapi secara serius, dan ia tak pernah punya selera bercanda dalam menanganinya.

"Sekarang anak itu ada di mana?" tanya Kumala.

"Di rumah. Kusuruh Маk Sanah dan Rusmi menjaganya baik-baik. Tidur pun harus dijaga, tak kuizinkan mereka meninggalkannya walau sejenak. Aku takut peristiwa semalam terulang kembali."

"Jadi, semalam saat kau datang, Uca masih hilang?"

"Nggak. Dia sudah ada di kamar. Dalam posisi tidur nyenyak. Pakaian dan kakinya nggak kotor sedikit pun."

"Kau menjaganya sampai pagi?"

"Benar. Aku menjaganya sampai pukul lima pagi. Dan dia nggak pernah hilang seperti yang dikatakan Mak Sanah dan Rusmi. Makanya aku jadi sangsi pada pengakuan mereka. Jangan-jangan Маk Sanah dan Rusmi sepakat bikin cerita bohong-bohongan tentang hilangnya Uca dari tempat tidur."

Kanda mengisahkan peristiwa semalam. Ketika ia tiba di rumah, ia disambut ketegangan wajah Маk Sanah. Wajah perempuan itu pucat pasi. Bahkan Rusmi sempat menangis karena ketakutan. Takut kena marah besar dari tuannya, sebab Uca hilang dari kamar. Маk Sanah sendiri tampak sudah pasrah atas hukuman yang akan ditimpakan padanya akibat hilangnya Uca.

"Kenapa sampai terjadi peristiwa seburuk ini sih, Маk?!" sambil Kanda bergegas memeriksa kamarnya. "Pasti kamu dan Rusmi ketiduran dan..."

Kata-kata itu terhenti seketika bersama berhentinya langkah kaki Kanda di pintu kamar tidurnya. Matanya melebar tak berkedip, karena ia melihat jelas-jelas Uca tertidur nyenyak di ranjang sambil memeluk boneka Panda. Hati Kanda menggeram jengkel sekali. Ia merasa dikerjain oleh kedua pelayannya.

"Маk Sanah!" ia sedikit menyentak, tak berani keras karena takut membangunkan Uca. Dia pun menghampiri Маk Sanah yang berdiri di depan teve dengan kepala tertunduk, sementara Rusmi di belakangnya menahan tangis ketakutan.

"Sebenarnya ара maksudmu ngerjain aku sih, Маk?" Kanda bertolak pinggang, menahan dongkol dan kelegaan hati.

"Sa... saya... saya tidak ngerjain Tuan. Saya mengatakan yang sebenarnya, bahwa... bahwa saya dan Rusmi nggak tahu ke mana perginya Non Uca, Tuan. Sumpah. Kami..."

"Yang bilang Uca pergi itu siapa?!" hardik Kanda. "Lihat tuh, siapa yang tidur di ranjangku itu!"

Маk Sanah sempat berkerut dahi mendengar kata-kata Kanda. Ia pun segera maju beberapa langkah dan memandang ke dalam kamar.

"Astaga?!!" ia nyaris tepekik dengan bulu kuduk meremang merinding. "Lho, it... itu... itu Non Uca Tuan?!"

"Memang dia Uca!"

Rusmi ikut memandang kaget dengan bibir gemetar. "Lho, itu... itu dia Non Uca, Маk...?! It... itu dia anaknya!"

Tertegun bengong Маk Sanah bagaikan patung tak bisa bergerak untuk beberapa detik. Akhirnya ia dekati anak itu bersama Rusmi. Ia perhatikan baik-baik keadaan pakaian Uca dan posisi tidurnya. Semakin melongo Mak Sanah setelah ia memegang kaki Uca tetap hangat, pertanda tidak pernah dipakai keluar rumah sejak tadi.

"Benar. Ini benar-benar Non Uca, Rus."

"Ooh, Tuhan... syukurlah kalau Non Uca ternyata masih ada di sini. Tap... tapi kenapa kita tadi tidak melihatnya, ya Маk?"

Kanda menyahut, "Tidak melihat bagai mana?! Masa anak sebesar ini nggak bisa dilihat kalian sih?"

"Sungguh, Tuan. Tadi kami menemukan tempat tidur ini kosong. Saya meraba seprainya, tidak sedikit pun menyentuh tubuh Non Uca. Rusmi juga tidak melihatnya, Tuan. Bahkan di mana-mana kami memeriksanya, tapi tidak ada Non Uca. Lalu... lalu tiba-tiba sekarang gadis ini sudah ada di sini, kami juga nggak tahu, Tuan."

"Waktu mobil Tuan membunyikan klakson tadi," kata Rusmi. "Saya masih menangis di dalam kamar ini mencari Non Uca, Tuan. Lalu, saya disuruh Emak membukakan pintu pagar, saya pun berlari keluar. Membukakan pintu pagar untuk mobil Tuan. Saat itu saya masih belum melihat Non Uca, Tuan. Sumpah. Di ranjang ini masih kosong. Yang ada cuma selimutnya Non Uca. Bonekanya juga nggak ada, Tuan!"

Saat itu Kanda langsung tertegun, terheran-heran dan kebingungan. Ia yakin, kedua pelayannya menuturkan pengakuan yang sungguh-sungguh. Bukan sekedar bermain sandiwara. Bahkan kedua pelayannya tadi benar-benar melihat ranjang dalam keadaan kosong, sehingga merasa kehilangan Uca. Tapi sekarang, begitu Kanda tiba di rumah, mereka melihat jelas posisi Uca tidur miring memeluk bonekanya.

"Berarti telah terjadi suatu keajaiban terhadap anak ini," pikir Kanda waktu itu. "Dia menghilang pada saat aku tidak ada di rumah, dan muncul lagi pada saat aku tiba di rumah. Hmm... apakah benar begitu kesimpulannya? Jangan-jangan aku terpedaya oleh permainan Маk Sanah dengah Rusmi itu?!"

Sampai pukul lima pagi Kanda menunggui tidurnya Uca. Таk terjadi kemisteriusan apa- apa. Sampai akhirnya Маk Sanah menggantikan posisinya, sementara ia ganti tidur dengan nyenyak karena sudah tak kuat lagi menahan kantuk terlalu lama.

****

46. Misteri Bocah Jelmaan✓Where stories live. Discover now