9

26 6 0
                                    

Kanda terbangun dari tidurnya karena keusilan Uca. Gadis kecil itu membunyikan jam beker berkali-kali di dekat telinga Kanda sambil tertawa cekikikan. Ketika Kanda terbangun, Uca mengingatkan saat itu sudah pukul sepuluh lebih.

"Oom Kanda nggak pergi ke kantor? Kalau nggak pergi ke kantor, ajak Uca mainan ke Time Zone dong, Oom."

Akhirnya untuk menyenangkan hati anak itu, sekaligus untuk memuaskan kelegaan hatinya bahwa Uca tak jadi hilang, Kanda pun membawa anak itu bermain di pusat permainan di sebuah Mall yang bernama Time Zone. Di sana Uca dimanjakan hingga bermain sepuas-puasnya. Saat diajak makan siang, Kanda sempat memancing pengakuan dari anak itu dengan berlagak mengajaknya ngobrol.

"Uca semalam tidur dari jam berapa?"

"Nggak tahu. Pokoknya habis nonton film Mickey Mouse, langsung aja Uca tidur. Nggak dikelonin Rusmi, nggak ditungguin Маk Sanah, Uca berani tidur sendiri."

"Bagus, bagus. Itu baru anak yang cantik bak bidadari."

Uca tersenyum-senyum bangga.

"Terus, waktu tidur Uca bangun nggak?"

"Bangun? Tidur kok bangun? Tidur ya tidur, bangun ya bangun."

Kanda tertawa sendiri. Merasa jadi bodoh dengan pertanyaan yang dijawab polos oleh gadis kecil itu.

"Maksud, Oom... sewaktu Uca tidur, sempat bangun nggak? Misalnya pergi ke kamar mandi atau ke dapur cari makanan, gitu?"

"Hmmm... nggak tuh. Eeh... nggak tahu deh. Pokoknya waktu Uca bangun, Oom Kanda udah ada di samping Uca. Uca senang sekali. Tapi Uca nggak tahu kapan Oom Kanda pulangnya. Pasti lewat dari jam dua belas malam, ya?"

"Ah, nggak. Oom sampai rumah pukul sepuluh malam kok. Kata Маk Sanah, Uca baru aja tidur."

"Terus, kok nggak bawa oleh-oleh buat Uca?"

"O, iya. Oom Kanda lupa. Habis buru-buru mau sampai rumah sih. Jadi lupa beli martabak manis deh."

"Awas, ya. Besok lagi kalau Oom lupa, Uca suruh balik lagi!" ancam anak itu dengan lugu.

Kanda menertawakan lagak sok tuanya. Percakapan itu pun dituturkan kembali di depan Dewi Ular. Kanda mendesak agar Dewi Ular dapat memberikan analisa yang positif tentang misteri hilangnya Uca itu.

"Pertama-tama aku ingin tahu, apakah Uca benar-benar hilang dari ranjang pada malam sebelum aku tidur di rumah?"

Kumala diam sebentar. Tidak memejamkan mata, namun pandangannya lurus ke permukaan meja. Kekuatan supranaturalnya digunakan untuk melongok masa yang telah berlalu, yaitu masa ketika Маk Sanah dgn Rusmi kebingungan
mencari Uca. Beberapa saat kemudian Kumala menganggukkan kepala.

"Ya. Ара yang dikatakan pelayanmu itu memang benar. Uca hilang dari penglihatannya. Dia muncul lagi saat kau tiba di depan pintu gerbang, lalu gadis muda berusia 18 tahun membukakan pintu itu."

"Rusmi," gumam Kanda, lalu benaknya disibukkan oleh kebingungan yang tidak ada hentinya. Detak-detak jantung menjadi cepat, timbul rasa cemas dan sedih membayangkan keadaan Uca sebenarnya.

Pernyataan Kumala menurutnya merupakan suatu kenyataan yang harus dipercayai kebenarannya, karena ia tahu. Kumala tak mungkin menipunya.

"Jika benar begitu, lalu ke mana perginya Uca pada malam itu? Ара yang membuatnya menghilang secara gaib begitu?"

"Ke mana perginya, aku nggak tahu. Saat ini aku belum melacaknya. Karena melacak persoalan begitu butuh waktu tersendiri bagiku. Tapi ара yang membuatnya bisa lenyap dari pandangan mata kedua pelayanmu, mungkin bisa kujelaskan bahwa hal itu dikarenakan adanya kekuatan gaib hitam pada diri anak itu."

"Gaib hitam?!" Kanda makin tegang, makin membelalakkan mata.

Kumala buru-buru menetralisir agar tak terlalu menyinggung perasaan Kanda. "Sebaiknya bawalah anak itu kemari. Temukan dia padaku, supaya aku bisa lebih mudah menelusuri siapa dirinya sebenarnya."

"Bagaimana kalau nanti sore kubawa padamu?"

"Aku ada di rumah setelah pukul enam petang. Pintuku terbuka untukmu di atas pukul enam."

Rasa penasaran Kanda membuatnya tak ingin menunda kesempatan membawa Uca kepada Dewi Ular. Маkа sejak sebelum magrib tiba, ia sudah mempersiapkan diri dengan mengikut sertakan Rusmi. Ia akan membawa Uca yang didampingi Rusmi menjadi pelayan khusus keperluan gadis kecilnya itu.

"Kita mau pergi ke mana, Oom?" tanya Uca dengan polos.

"Kita akan bermain di rumah Tante Kumala. Uca masih ingat dengan Tante Kumala yang ketemu, kita di Mc Donalds dulu?"

Wajah mungil manis itu mulai tampak murung. "Yaah, kirain Uca mau di bawa jalan-jalan ke Sogo. Katanya Oom Kanda mau belikan sepatu Uca yang Uca lihat dulu, waktu kita jalan-jalan di Sogo?"

"Pulang dari rumah Tante Kumala, kita bisa langsung ke Sogo."

"Kenapa mesti ke sana segala sih. Oom."

"Memangnya Uca nggak suka ketemu tante cantik itu?"

"Uca kan malu!" gerutu anak itu sambil bersungut-sungut.

"Kenapa mesti malu?"

"Habis, tante cantik itu suka pandangi Uca nggak kedip kedip sih. Uca kan jadi malu, Oom. Memangnya Uca boneka dari kayu, kok dipandangi terus nggak kedip-kedip."

Kanda tertawa sambil mengusap-usap kepala gadis kecil itu dengan penuh kasih sayang. Salah pengertian bocah itu bukan penghalang yang patut dipertimbangkan. Kanda tetap menyuruh Rusmi bersiap-siap ikut mendampingi Uca. Tapi di luar dugaan, Feroza Hijau itu ternyata mogok. Mesinnya ngadat. Entah bagian yang mana yang rusak. Jelasnya, mobil itu tak bisa hidup waktu distarter berkali-kali.

"Sialan! Tumben banget mobil ini mogok? Biasanya nggak pernah begini kok!" gerutu Kanda sambil memeriksa accu mobil. Ternyata semua bagian yang rawan kemogokan dalam kondisi baik. Tapi toh mesin mobil masih tetap tidak bisa dihidupkan.

Waktu itu, petang sudah menunjukkan hampir pukul tujuh. Kanda terpaksa kutak-katik lagi mesin mobilnya dengan rasa penasaran. Tiba-tiba HP-nya berdering. Bobby meneleponnya.

"Ada ара, Bob?"

"Elu datang ke cafe agak sorean dikit deh. Tenda sebelah jadi kita pakai, Da. Gue butuh bantuanmu."

"Yaah... gue lagi mau ada urusan penting nih."

"Soalnya kalau tenda sebelah nggak buru-buru kita tempati, katanya sih mau dipakai oleh cafenya Zus Merry malam ini juga."

"Ya, udah kalau gitu langsung saja kita tempati, Bob."

"lya, tapi hitung-hitungannya aku nggak tahu nih. Elu dong yang susun perhitungan sama pihak pengelola. Makanya elu mesti buru-buru kemari, Da."

"Mobil gue lagi mogok nih, Bob. Coba ntar kalau mobil ini bisa gue akalin jadi hidup, gue ke sana deh."

"Ya, udah. Gue taruh barang kita dulu aja, ya? Ntar hitung-hitungannya biar elu yang beresin!"

****

46. Misteri Bocah Jelmaan✓Where stories live. Discover now