4

29 12 0
                                    

"Uca sama siapa kalau sedang lihat Oom Kanda menjamu tamu-tamu di tenda?"

"Sendirian."

"Sendirian? Ah, mana mungkin Uca sendirian datang ke sana?"

"Mungkin saja. Uca kan pemberani. Oom belum tahu sih siapa Uca sebenarnya," gadis itu berbalik, kini berhadapan dengan Kanda. Matanya yang jernih dan indah bagaikan menyimpan genangan air surgawi yang begitu dalam maknanya. Kanda sempat berdebar-debar lembut menerima tatapan mata jernih itu.

"Nanti kalau Oom Kanda sudah tahu siapa Uca, Oom pasti percaya dengan omongan Uca tadi."

"Oom sudah tahu siapa sebenarnya Uca."

"Belum," gadis itu menggeleng. "Oom belum tahu siapa Uca sebenarnya. Buktinya,Oom masih tanya-tanya sama Uca."

Kanda tertawa geli penuh rasa bangga. Uca dicium keningnya. "Udah, sekarang udah malam. Uca harus bobo, ya?"

"Tapi Oom harus temani Uca sampai bobo, ya?"

"lya. Oom akan temani di sini. Oom nggak pergi ke mana-mana kok. Kan hari ini Oom Nggak jualan di warung tenda itu. Libur."

"Kasihan pembelinya, ya? Pada kecele. Aturan nggak usah libur, Oom. Biar pembelinya nggak kecele. Apalagi nanti kalau sudah 40 hari, pembelinya akan makin banyak, Oom harus buka tenda lagi, dan... pokoknya warung Oom akan berubah. Semuanya akan berubah. Uca juga berubah."

"Berubah bagaimana?" Kanda mulai was- was.

"Berubah lebih nakal lagi, hii, hii, hii..."

Kanda tak jadi was-was. Tapi di balik kata-kata dan tawa kecil itu, hati nurani Kanda seperti menangkap adanya arti yang lebih dalam dari sekedar canda seperti biasanya. Hanya saja, hati Kanda tak bisa menerjemahkan maksud tawa Uca itu secara jelas. Kanda hanya menangkap adanya keanehan yang malam itu juga segera dilupakan. Таk perlu dibahas dalam hati.

Kini ketika bertemu dengan gadis paranormal, Kanda menangkap ada sisi keanehan yang hampir sama dengan keanehan dari Uca pada beberapa malam yang lalu. Namun sekali lagi, Kanda tak dapat memahami ара arti keanehan tersebut. Yang jelas, Kumala juga mempunyai prediksi tentang sesuatu pada diri Uca yang akan tampak jelas dalam waktu sepuluh hari lagi. Padahal waktu sepuluh hari lagi adalah waktu 40 hari lamanya Uca menjadi anak asuh Kanda.

Apakah benar pada masa 10 hari lagi itu segalanya akan berubah, seperti kata Uca sendiri? Kini hati Kanda justru penasaran, karena ingin segera mengetahui ара yang terjadi setelah ia merawat Uca selama 40 hari nanti.

****

HARI itu Kanda harus mengerjakan title animasi sampai selesai, sebab esok harinya akan diambil oleh pemesannya. Sampai pukul tujuh petang Kanda masih sibuk di depan layar komputernya. Pukul delapan lewat baru selesai. Bobby meneleponnya, mengharapkan ia datang ke cafe untuk menggantikan tugas Bobby menyambut para tamu yang semakin memadati tenda mereka.

Sebelum berangkat ke cafenya, Kanda menyempatkan diri menelepon ke rumah. Rusmi yang menerima telepon saat itu.

"Rus, mana Uca?"

"Sedang nonton VCD film kartun, Tuan."

"Rewel nggak?"

"Nggak kok. Tuh, dipangku Emak."

"Coba suruh sini sebentar."

"Neng Uca, ada telepon dari Tuan nih!" terdengar Rusmi berseru dari tempatnya. Sebentar kemudian suara Uca pun terdengar jelas, menyiratkan kebahagiaan tersendiri di hati Kanda.

"Uca, oom mau langsung ke warung, ya? Kali ini Uca di rumah aja sama Mak Sanah dan Rusmi."

"Pulangnya malam nggak, Oom?"

"Oom usahakan nggak malam-malam deh. Memangnya kenapa? Apakah Uca mau ikut ke warung tenda? Oom mesti jemput dong."

"Nggak deh. Uca di rumah aja sama Mak Sanah. Uca lagi nonton Mickey Mouse nih, Oom. Seru! Lucu lagi, Oom."

Terdengar suara tawa Uca yang menggelikan di hati Kanda. "Tapi ingat, ya Ca... jangan tidur malam-malam lho. Jam sembilan Uca harus udah tidur. Ya, Sayang?"

"lya deh. Pokoknya habis film ini Uca tidur deh."

"Suruh Mak Sanah nemenin Uca tidur, ya?"

"Nggak mau. Uca nggak mau tidur ditemenin Mak Sanah. Kalau Oom nggak ada, Uca tidur sendirian aja deh."

"Memangnya berani tidur sendiri?"

"Berani dong!"

"Pintar! Anak manis harus berani tidur sendiri, ya nggak?"

"Hii, hii, hii...!" Uca tertawa girang mendapat sanjungan.

Telepon itu adalah telepon yang ke sekian kalihya. Hari itu Kanda menelepon Uca dari kantor lebih dari 10 kali. Walau hanya sebentar, tapi hati Kanda merasa lega kalau sudah tahu keadaan Uca di rumah. Di cafenya, Kanda juga sempat menelepon ke rumah melalui HP, Mak Sanah yang menerima dan mengatakan bahwa Uca sudah masuk ke kamar. Gadis kecil itu menolak
ditemani Mak Sanah maupun Rusmi.

"Non Uca ingin tidur sendiri, Tuan."

"Baguslah kalau begitu. Tapi pintu kamar jangan kau tutup rapat-rapat, ya Mak. Jagain aja dari depan pintu. Kan bisa sambil nonton teve."

"Iya, Tuan. Saya sama Rusmi juga sebentar-sebentar menengoknya dari depan teve kok."

Semakin lega hati Kanda, semakin tenang pikirannya. Таk heran jika Kanda dapat meng-konsentrasikan diri kepada tamu-tamu cafe yang boleh dikatakan membludak itu.

Bobby sempat menyewa kursi buat tambahan tempat duduk dari tempat persewaan meja-kursi pesta. Sebelum ia pergi, ia juga sempat berkata kepada Kanda tentang rasa heran dan bangganya melihat cafe mereka dibanjiri pengunjung.

"Padahal kita nggak menawarkan menu istimewa, tapi kok pengunjung justru membanjir kemari, ya?"

"Aku juga heran, Bob. Empat orang yang ada di meja tambahan itu kan tamu langganan cafenya Jeffry, tapi kok malam ini mereka malah kemari, ya Bob?"

"Mungkin malam ini memang malam kemujuran kita. Mudah-mudahan aja seramai ini seterusnya."

"Dengar-dengar tenda sebelah kita ini mau dijual, ya?"

"O, iya. Benar. Aku tadi juga sudah bicara dengan pengelola lahan, Раk Obbi. Katanya, kalau kita berminat, bisa saja lahan sebelah itu kita ambil juga mulai besok. Soalnya, mulai besok cafe sebelah udah nggak buka lagi. Habis, sepi pengunjung. Kudengar sih mau buka di Ambasador sana."

"Ambil saja deh. Siapa tahu besok malam pengunjung kita semakin bertambah."

Bobby sangat setuju. Tapi sayang ia harus pergi, membawakan acara sebagai MC di sebuah night club besar. Kanda sibuk melayani para tamunya dengan keramahan yang menyenangkan. Pada umumnya mereka yang hadir di cafe tersebut kenal Bobby atau Kanda, sehingga Kanda terpaksa lari sana-sini menjamu mereka, mengikat kesan indah agar mereka betah makan di tempat tersebut. Tiga orang tamu datang, bingung mencari tempat. Kanda buru-buru menyambutnya dengan tawa ceria.

"Heii!! Kumala Dewi nan cantik jelita, hallo!! Ha, ha, ha..."

****

46. Misteri Bocah Jelmaan✓On viuen les histories. Descobreix ara