Setelah sampai pada undukan tangga terkhir dirinya berhenti, menatap lurus ke arah satu mahluk hidup maksudnya manusia, yang memakai pakaian ala pelayan dengan warna dominan hitam seperti setelah jas tapi ini agak berbeda kalau dari umurnya bisa Rubby tebak ia adalah pelayan yang pangkatnya lebih diatas.

Setelah kakinya menginjak lantai marmer yang warnanya juga hitam, dengan cepat pria berumur itu berjalan ke arah dirinya dan berhenti dengan jarang dua meter di hadapannya, melihatnya yang membungkuk dalam Rubby tambah di buat berfikir.

"Nona, izinkan saya untuk menunjukan seisi kediaman ini"

"Bila anda berkenan tentunya" lanjutnya kembali menunduk.

"Tunggu dulu, kau ini siapa?" Bertanya dengan raut bingung

"Dan juga berhentilah menunduk, aku tak sepenting itu untuk kau hormati" berkata dengan sarkas, toh benar dirinya bukan siapa-siapa disini ia hanya jiwa asing yang menempati tubuh dari istri Arthur yang mempunyai takdir mati mengenaskan ditangan manusia setengah iblis itu.

"Maaf nona, tapi ini adalah kewajiban saya sebagai kepala pelayan di sini, kedepannya bila nona membutuhkan sesuatu atau dalam kesulitan selama di kediaman ini, nona bisa langsung memanggil saya" jelasnya kembali menunduk dalam, setelah Arthur sang tuan muda wanita di depannya ini lah yang harus ia hormati dengan sangat, ia tak bodoh sebagai pengamat dalam kurung waktu yang tak bisa dikatakan singkat.

Yang ia dengar tentang hubungan suami istri ini setahun belakang sangat berbeda dengan yang ia lihat tadi malam, tuan mudanya itu sampai menyingkirkan puluhan pelayan kembali ke tempatnya yaitu paviliun yng terletak di belakang bangunan mansion ini, memang sudah didesain supaya tempat antara pelayan dan juga pemilik agar terpisah, dan hanya Karna tuannya itu tak ingin ada yang memandang dirinya terutama sang istri yang sedang dalam keadaan tertidur pulas dalam gendongannya, dan hanya Karna itu. pak Han melihatnya langsung tadi malam walaupun dalam jarak yang cukup jauh, tapi ia bisa melihat bagaimana cara ia memandang sang istri, ia dapat melihat arti matanya, bukan cinta, ini berbeda.

Melihat nonanya itu tak merespon ia kembali berucap dengan pelan "nona bisa memanggil saya pelayan Han" jelasnya

"Baiklah, pak-- Han."

"Aku Bahkan tak tau sekarang sudah pukul berapa, aku juga sudah sangat lapar dan juga, berhentilah berbicara formal seperti itu," lanjutnya ia Bahkan masih menggunakan pakaian tadi malam jangankan baju, ponselnya saja ia tak tau dimana letak suami setengah iblis ya itu meletakkannya di mana.

"Maafkan saya nona, mari saya akan menunjukan dimana letak ruang makan berada" tangannya mengarah ke depan dan kembali berucap "saya izin berjalan terlebih dahulu"

Mendengar itu Rubby tambah di buat bingung mengacak rambutnya sebelum ikut melangkah
Bukan kah pria berumur ini terlalu berlebihan? Padahal ia sudah mengatakannya tadi untuk jangan se formal itu tapi lihatlah.

"Sekarang sudah pukul berapa?" Tanya Rubby tepat setelah ia menjatuhkan dirinya di kursi dengan desain yang menurutnya terlalu berlebihan untuk ukuran kursi makan mending uangnya untuk dirinya saja.

"Sekarang sudah pukul 09.25, nona" jawabnya.

"Ya ampun, benarkah?"

Cape yaa bangsad pke kata baku Mulu, bibir gw cape cuy, lama-lama gw stuck juga nih pake kata kaku

"Bolehkah aku meminjam ponsel milikmu?sebentar saja, ini mendesak" pintanya.

Rubby trasmigrazioneWhere stories live. Discover now