#20 Niat terselubung

78 15 8
                                    

Sangkar besi berukuran pendek tidakpula tinggi ditempatkan di sisi pintu disertai geraman sang petragrin.

Aktivitas manusia yang berbolak-balik berjalan keluar-masuk pintu membuat makhluk yang satu ini tampak semakin tertarik untuk barangkali menjadikannya makanan.

Masih berada di kediaman Daisy, keduanya saling membantu wanita tua itu dalam berkemas. Keinginan kuat si wanita tua yang memaksa mereka melakukan demikian.

"Dimana toiletnya?"

"Ada di dekat dapur." Seraya meletakkan sebuah buku, Daisy menjawab pertanyaan Valerie tanpa mengalihkan pandangannya.

"Mau kutemani?"

"Apa?"

"Tidak. Ayo kau bantu aku, anak muda." Daisy menyela, sembari mendekat pada Zephyr dan lantas mendorong punggungnya. "Nora, kau bisa memanggilku jika memerlukan sesuatu."

Gadis yang terpanggil, Nora ataulah yang sebenarnya Valerie mengangguk. Kakinya terayun melangkah keluar dari ruangan laboratorium Daisy, kiranyalah mencari-cari letak ruangan dapur yang ia sendiri tidak tahu berada dimana.

Bukan di kediamannya, melainkan orang lain, yang pula lantaslah membuatnya tidak bisa keluar-masuk ruangan manapun di rumah ini meski berkemungkinan pemiliknya mengizinkan.

Valerie terus berjalan semakin ke dalam lorong, meski tidaklah tahu arah tepatnya ruangan dapur, hanya berbekal andalan instingnya berkata saja.

Sebuah ruangan dengan pintu yang telah terbuka tertangkap di permukaan lensa matanya. Karena benaknya telah dibumbui oleh rasa penasaran, kakinya melangkah mendekat guna menghapus segala rasa penasaran itu.

Tangannya semakin melebarkan lempeng kayu. Didapatinya sebuah kamar, ranjang dengan lemari pakaian juga meja dan kursi yang dipenuhi oleh tumpukan buku usang, juga sebuah jendela besar yang letaknya tepat berada di samping ranjang. Jendela yang mengarah langsung pada lebatnya pepohonan membuat gadis itu yakin bahwa pemuda yang saat ini masuk melalui jendela telah melarikan diri atau barangkali bermain-main dengan sebayanya tanpa izin Daisy.

Valerie tercenung, tidak menyangka atau mana tidak tahu jikalau ruangan ini adalah kamar Damian.

Pemuda itu melompat dari jendela dengan mengusap celananya yang kotor. Dengan kebingungan kesadarannya telah teralih pada seorang gadis yang tanpa permisi telah berada di ambang pintu kamarnya.

"Nora, sedang apa kau disini?"

~•~

Tas ransel berukuran lumayan besar menjadi atensinya. Dengan meletakkan beberapa buku dan kain-kain tebal ke dalam ransel. Banyaknya jumlah benda di dalam tas membuat ransel itu tampak penuh dan berat.

Menengok ke belakang di mana keberadaan seorang wanita tua yang tengah sibuk bermain dengan pena di atas kertas kuning besar.

"Apa kau memang harus melakukan ini untukku, untuk semuanya?" Tanya si pemuda sembari bersedekap dada.

"Apa maksudmu?"

"Kau tidak harus mengorbankan nyawamu sendiri untuk suatu hal yang... tidak berguna seperti ini."

Perkataan itu sontak menghentikan aktivitas Daisy dari kegiatannya. Kerutan dan tautan alis di dahinya membuat pemuda itu melanjutkan kalimatnya.

THE LEXINE : Forbidden Love [REVISI]Where stories live. Discover now