#19 Cerita malam

82 18 13
                                    

"Kubilang lepaskan!"

"Milikku..."

"Makanan lezat.."

Alceena terus memberontak hebat ditengah gempuran serangan dari gerombolan makhluk kurus dan bertanduk yang terus saja berusaha menangkapnya. Para iblis itu terus melontarkan cicitan kelaparan dan berniat akan memakannya.

Gadis itu menendang perut milik salah satu iblis penuh tenaga hingga menyebabkan si iblis terpelanting.

Saat ini, ditengah jalanan panjang gadis itu diharuskan melawan para iblis yang jumlahnya lebih banyak dari dirinya sendiri. Hari telah begitu larut. Kuda yang sempat dibelinya terus meringkik ketika kakinya tertindih oleh batu besar yang sempat dilemparkan oleh salah satu iblis ketika akan menangkapnya.

Padahal jarak antara dirinya dengan Azzellatton hanya beberapa kilometer lagi, namun kesialan rupanya telah menimpa gadis itu. Kini tubuhnya dikerubungi oleh banyaknya gerombolan iblis bertanduk yang mengilingi. Meskipun energi mereka masih jauh lebih lemah, namun dengan jumlah yang sebanyak ini.. sungguh, Alceena menjadi kewalahan.

Mata merah menyala mereka menggantikan cahaya redup sinar rembulan di atas sana. Melihat banyaknya gemerlap cahaya merah yang begitu menusuk di kelopak matanya membuat gadis itu sedikit bergidik ngeri.

"Ugh, seharusnya para Orlo tidak membiarkan putra emasnya berkeliaran dengan manusia." Alceena bermonolog seraya memegang gagang pedang yang masih setia berada di sakunya. Kilatan warna perak di netranya mengedar ke setiap sisi, dengan penuh perasaan waspada dan takut melingkupi inti jantungnya.

Orlo sendiri adalah sebuah nama kelompok dari suku naga di wilayah sekitaran Kerajaan Aspen. Para naga hidup secara berkelompok, dan ada banyak kelompok naga di wilayah Aspen. Rata-rata mereka dipimpin oleh naga yang dianggap paling kuat di kelompoknya. Di dalam kelompoknya terdapat berbagai jenis naga dari segala ras, entah itu hydra, basilisk, naga laut, maupun jenis lain.

Geraman-geraman yang datang dari mulut mereka membuyarkan lamunan sesaatnya. Para iblis masih memandangnya lapar sembari mengacungkan senjata-senjata tajam yang ada pada genggaman mereka.

Alceen menarik gagang pedang. Para iblis itu langsung menyerbu si gadis seraya mengangkat tinggi-tinggi senjata yang dibawanya. Geraman-geraman mengerikan tak luput dari aksinya.

Melawan banyaknya kerumunan iblis rasanya mustahil, apalagi dia harus melawannya seorang diri.

"Ayah.." Alceena merintih kecil melihat kejadian ini, sesaat rasanya dia menjadi menyesali perbuatan yang telah ia lakukan.

Tapi dengan cepat, tubuhnya menunduk, berakhir merangkak di bawah sela-sela kaki kurus kering mereka. Melewati kerumunan itu tepat di bawah tubuh-tubuh para iblis, karena dirasanya tidak mampu melawan seluruhnya sendirian.

"Makanan? Maaf, itu hanya akan membuat kalian menjadi lebih kuat." Gumamnya lirih pada diri sendiri.

Para iblis di sana tampaknya masih belum menyadari ketiadaan Alceena di tengah kerumunan, pada akhirnya mereka saling melukai satu sama lain tepat di tengah lingkaran.

Melihat si kuda terkulai di sisi jalan membuatnya tidak ingin berlama-lama lagi di tempat ini. Tangannya segera mengangkat batu yang menindih kaki si kuda dengan sekuat tenaga. Kuda itu meringkik ketika batu mulai terangkat. Namun beratnya batu membuat Alceena kembali melepaskan pegangan tangannya.

THE LEXINE : Forbidden Love [REVISI]Where stories live. Discover now