#4 Prasangka

198 68 22
                                    

~~~•~~~

"Baik, saya rasa sekarang adalah awal dari bencana.." Gumam Bhadrika tampak lesu. Ia memegang kepalanya sembari bertumpu pada meja tempat dirinya melaksanakan rapat besar.

Rapat besar yang diadakan secara mendadak oleh para pemimpin negeri dilaksanakan di Eunoia, mereka sepakat membahas tentang bagaimana cara melumpuhkan naga yang sudah mulai kembali meresahkan rakyat maupun negeri. Tak terkecuali Aspen, Raja negeri ini pun ikut andil dalam perundingan kali ini. Meskipun rasanya berat jika dirinya juga ikut merencanakan pemusnahan untuk rakyatnya, suku naga terpilih yang diutus dewa untuk menjaga permata naga.

Di dalam ruangan itu terdapat meja berbentuk 'O' yang lebarnya mencapai sepuluh meter. Puluhan kursi mengelilinginya, sebagian besar sudah diduduki oleh para pejabat Eunoia termasuk para penguasa negeri di Dandelion Ville. Di tengah meja bundar berbentuk 'O' itu dibiarkan kosong tanpa diletakkan properti apapun. Ada satu celah terbuka yang terlihat seperti pintu masuk ke tengah-tengah meja 'O' di sisi paling kiri.

"Bagaimana menurut Anda, Yang Mulia Raja Erwin? Saya rasa anda yang lebih tahu bagaimana harus menyikapi ini." Celetuk Argos, raja Hexxerr yang duduk di hadapan pria bertelinga panjang itu, seraya menempatkan senyum miring.

Erwin membalasnya dengan senyum ramah, tentu saja ia mengerti maksud pertanyaan itu. Pria itu lantas menghela nafas panjang, "naga yang datang tidak selalu datang menyerang."

"Secara tak langsung Anda telah menolak sistem pemerintahan Raja Agung Mega. Beliau akan sangat marah jika tahu naga itu dilindungi oleh seorang penguasa." Tegas Raja Carlos penguasa Aesand yang duduk di sisi kanan bersebelahan dengan seorang pria berambut hitam legam dengan setelan jas berwarna hitam.

"Saya hanya menegaskan, bukan menolak. Dan, Apakah dia telah membuat kekacauan besar?" Tangkis Erwin dengan begitu santai, merasa memang gargantuan yang datang tidak membuat kekacauan di manapun bagian negeri ini.

Semua orang diam, senyap kembali melingkupi ruangan luas dengan dinding putih yang menjulang tinggi. Mereka tidak bisa menemukan jawaban yang tepat untuk pernyataan itu. Karena sejatinya, memang naga itu tidak menyerang, belum. Dan yang menyerang duluan adalah para manusia yang rata-rata mengincar permata dan darah sang gargantuan.

Mereka mengincarnya hanya karena percaya pada mitos bahwa siapa saja yang meminum darah naga yang memiliki permata di dadanya, mereka akan dapat hidup abadi, tidak dapat dimatikan.

Dan barangsiapa yang memiliki permata itu, maka orang tersebut akan memiliki kemampuan yang luar biasa tiada tara. Mereka yang memilikinya diramalkan akan selalu bernasib baik, keberuntungan, ketenaran dan kehormatan akan selalu mengikuti langkah kakinya kemanapun, ke benua manapun di dunia ini. Mendengarnya pastilah membuat siapapun menginginkannya.

"Tapi dia telah membunuh para *Sena Eunoia, dan membakar sebagian Hutan Grivil dengan nafas apinya!" Ujar Peter, jenderal tertinggi Pasukan Keamanan Eunoia. Mulut pria itu memang selalu dibiarkan berceletuk seenaknya.

*Sena : sebutan yang digunakan untuk para prajurit tangguh dan terbaik.

"Dia memiliki alasan untuk itu." Tangkis Erwin, lagi membuat semuanya kembali diam. Erwin hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat semua manusia yang berada di sini. Mereka begitu bekerja keras untuk membuatnya menjadi terdengar seperti monster di telinga para manusia lain di Dandelion Ville. Membuatnya jatuh.

THE LEXINE : Forbidden Love [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang