25. Getaran Yang Semakin Menguat

Mulai dari awal
                                    

Getaran di antara mereka semakin menguat, membuat Jesse berada di antara dua pilihan. Mencium Adinda, atau mengembalikan akal sehatnya dan memacu Honey dengan lebih cepat.

Ternyata, akal sehatnyalah yang menang. Jesse mundur dan menghela tali kekang Honey hingga membuat kuda itu berlari lebih cepat melintasi padang rumput. Ia bisa mendengar Adinda terkesiap dengan kecewa, tetapi itu jauh lebih baik.

Jesse tidak bisa mencium Adinda sekarang. Tidak setelah ia melihat gadis itu menggenggam tangan anaknya. Sial! Kemarin dan semalam, Jesse masih sangat marah tentang itu. Namun, saat melihat Adinda pagi ini dengan pakaian berkudanya yang seksi, kemarahan itu sirna dan menguap begitu saja.

Ia masih harus bertanya apa yang Adinda lakukan dengan anaknya kemarin sore, sebelum Jesse melakukan hal-hal konyol seperti mencium gadis itu. Ia tidak ingin Adinda mempermainkannya maupun Chase. Adinda harus memilih. Jika memang gadis itu lebih memilih Chase, ia akan menjauh dan kembali menjalani hidupnya yang sepi dan menyedihkan.

Tidak apa-apa baginya ia hidup sendirian asalkan anak dan gadis yang sangat ia sukai ini hidup bahagia. Mungkin, ia akan membuat pondok di tengah hutan agar kedua orang itu tidak perlu bertemu dengannya lagi.

Jesse menghentikan langkah Honey saat mereka tiba di padang rumput luas yang sering menjadi tempat kuda-kuda merumput dan berlarian. Ia turun lebih dulu, merasa kehilangan saat tubuhnya tidak lagi menempel pada Adinda, kemudian mengulurkan tangan dan membantu gadis itu untuk turun.

"Kupikir aku akan belajar naik gunung atau sejenisnya."

Jesse tersenyum dan menggeleng sebelum tangannya bergerak dalam bahasa isyarat. 'Ini adalah tempat yang sempurna untuk belajar. Jika kau sampai jatuh, tubuhmu akan terpental di atas rumput, bukan di bebatuan.'

Adinda mengangguk paham. "Jadi, kau akan mengijinkanku menaiki Honey sendirian sekarang?"

Suara gadis itu terdengar bersemangat sekaligus takut dalam waktu yang bersamaan. Jesse mendekat dan meletakkan kedua tangannya di atas bahu Adinda. Kehangatan tubuh itu menyerangnya melalui balik lapisan kain yang menutupi bahu mulus Adinda. Lagi, keinginan untuk merobek pakaian Adinda dan menciumi kulit telanjang gadis itu, bergolak kuat di dalam dirinya.

Kendalikan dirimu, Jesse! Pakaianku tidak akan menolong jika kau bergairah karenanya! Tegur akal sehatnya dengan keras. Benar. Gairahnya akan terlihat dengan sangat jelas di balik pakaian ini, dan Adinda pasti akan menganggapnya mesum.

Untung saja, dengan komunikasi mereka yang hanya bisa dilakukan sambil saling menatap mata, Adinda tidak mengalihkan pandangannya ke bagian lain tubuh Jesse yang sedang memberontak itu.

'Kau pasti bisa melakukannya. Aku ada di sini, dan kau akan baik-baik saja. Percaya pada Honey, oke?'

Gadis itu mengangguk dan menatapnya dengan keyakinan baru. Jesse tersenyum, dan ia tidak tahan untuk mendekat dan memeluk Adinda. Ia ingin mencium kening gadis itu, tetapi topi menutup keningnya sehingga Jesse hanya memeluknya sekilas lalu melepaskannya.

Jesse menjelaskan teknik-teknik dasar yang harus Adinda ketahui, bagaimana membuat dirinya dan Honey nyaman dan saling percaya, sebelum membantu gadis itu menaiki punggung Honey. Adinda menarik napas lewat hidung, mengembuskannya lewat mulut, dan melakukan itu berkali-kali hingga merasa dirinya tenang.

'Kau sudah siap?'

Adinda menarik napas dalam-dalam sekali lagi sebelum akhirnya ia menatap Jesse dan mengangguk. Gadis itu menunduk, entah mencium Honey, atau membisikkan sesuatu pada kuda itu, karena Adinda melakukannya di sisi lain dari tempat Jesse berdiri, sebelum menghela kuda itu untuk berjalan.

Jesse mengamati dari tempatnya berdiri. Adinda tampak begitu alami meskipun gadis itu berkata ini adalah pertama kalinya ia naik kuda. Tidak cukup hanya berjalan pela, ia menepuk badan Honey dengan pahanya, hingga kuda itu berlari kecil mengitari padang rumput.

Adinda menoleh padanya dan tersenyum sambil melambaikan tangan. Jesse ikut tersenyum dan balas melambai. Hatinya, entah bagaimana kembali menghangat melihat Adinda berada di padang rumputnya, di atas kudanya, seakan gadis itu telah menyatu dengan tempat ini meskipun kenyataannya baru satu minggu Adinda berada di sini.

Selain itu, Jesse merasakan keinginan kuat lain dalam dirinya. Keinginan yang begitu besar untuk memiliki Adinda. Ia tidak pernah seperti ini sebelum dirinya jatuh cinta kepada Chassidy. Namun, bahkan saat itupun rasanya begitu berbeda.

Dulu, Chassidy jatuh cinta lebih dulu kepadanya, dan butuh waktu lama bagi Jesse untuk membalas cinta gadis itu. Kali ini, meskipun Adinda juga jatuh cinta lebih dulu, tidak butuh waktu lama bagi Jesse untuk menyadari perasaannya pada Adinda. Bahkan, mungkin sesungguhnya, dirinyalah yang jatuh cinta lebih dulu kepada gadis itu saat pertama kali mereka bertemu.

Namun, satu yang menjadi pertanyaannya adalah, sanggupkah ia bersaing dengan putranya sendiri demi wanita menawan itu? Mampukah ia menghancurkan lagi hubungan rapuhnya dengan Chase demi Adinda? Dan yang paling penting adalah, bisakah ia membiarkan dirinya dibenci lagi oleh satu-satunya putra yang tidak pernah menganggapnya ayah?  

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang