43. Kasat Mata Namun Terasa

38 21 10
                                    

Elf itu terbang kesuatu tempat yang begitu sunyi dan gelap, banyak sekali pepohonan besar hingga cahaya bulan sulit menerobos masuk melalui celah celah daun. Dia sengaja memilih tempat itu agar tak ada yang mengetahui dirinya bertemu siapa juga tidak akan ada yang tau dimana dirinya berada saat ini.

Kakinya menepak pada tanah, perlahan lahan sayap nya menghilang namun netranya tetap berwarna hijau zambrud. Dia hanya bisa mengandalkan itu sekarang agar pengelihatannya tetap tajam karena tidak ada pencahayaan disana.

Matanya menelusuri sekeliling, memastikan keadaan. Setelah itu dia mengeluarkan batu ruby dari sakunya. Bibir elf itu nampak merapalkan mantra, dan saat itulah batu ruby itu bersinar cerah.

Batu ruby melayang menjauh perlahan menuju ke suatu arah dan Aning pun mengikuti nya.

Beberapa menit dihabiskan untuk mengikuti batu Ruby itu, akhirnya dia tak mengeluarkan cahaya lagi dan kembali pada telapak tangan Aning. Batu itu membawanya ke antah berantah, awalnya ia memang merasa takut. Tapi setelah mencium aroma parfum yang sangat ia kenali, rasa takutnya itu berubah menjadi rasa senang, begitu senangnya hingga setiap ia berkedip selalu terbayang sesosok wajah yang katanya tidak ia cintai.

"Sayang.." Panggil sosok itu dari belakang Aning.

Aning berusaha tersenyum, tapi dia tak langsung berbalik. Dia ingin tau apa yang akan Marsel lalukan setelahnya.

Kedua tangan dingin itu menutup mata Aning. Menyuruh nya untuk berputar ke arahnya.

"Apa yang kamu lakukan, Marsel?" Tanya Aning sembari menyentuh tangan yang menutupi matanya itu.

"Kau akan segera mengetahuinya.."

"Oh, apakah ini kejutan?"

"Ya..apakah kau siap untuk kejutanmu??"

"Iya, aku tak sabar." Ujarnya. Marsel menarik tangan yang menutupi mata Aning, dan dia membuka matanya. Bukannya takjub dia malah cemberut, bagaimana tidak. Dihadapannya kosong dan hanya ada hutan lebat saja.

"Kejutan apa yang kau maksud? Mana?!" Tanya nya mulai kesal.

Marsel terkekeh dan bertepuk tangan sebanyak dua kali. Alangkah terkejutnya melihat kunang kunang yang tiba tiba saja muncul dengan cahaya yang begitu terang. Bunga anggrek disana pun bermekaran.

Diatas pohon, kunang kunang berurutan rapih membentuk kelap kelip. Ada satu meja bundar dengan alas kain berwarna putih, lengkap dengan lilin dan serangkaian bunga mawar merah pada vas yang sangat kontras dengan warna putih. Dua kursi kecil itu pun warnanya sama, yaitu putih.

Senyuman Aning merekah seketika, dia membalik badan dan mengecup singkat bibir Marsel dan menutup mata namun lagi lagi dia merasa aneh, tapi itu membuat Marsel sedikit syok.

Marsel mengerjap "Wow! Apakah tadi hanya halusinasiku? Rasanya detak jantungku berhenti saat itu juga!"

"Jika detak jantungmu berhenti, maka aku akan marah padamu!" Ujarnya dibuat se imut mungkin.

"Oke,oke aku hanya bercanda. Jadi, Nona Wallcot apakah kamu mau makan malam bersamaku??" Tanya Marsel dengan posisi membungkuk dan memegang tangan Aning.

"Aku menerimanya, Tuan Mar-euh Wallcot." Sumpah. Aning merasa dirinya hampir gila, ada yang sangat mengganjal di hati dan pikirannya sampai sampai ia akan mengatakan 'Marverick' bukannya 'Wallcot'.

Marsel berdiri dan merengkuh pinggang Aning possesif dan ia merasa sedikit tak nyaman, mereka berjalan dengan mesra. Suasana malam yang sunyi dan langit bertabur bintang membuat acara makan malam itu terlihat begitu sempurna.

Mereka menghentikan langkah nya didepan meja, dengan pengertian Marsel menarik kursi untuk mempersilakan gadisnya duduk terlebih dahulu.

"Silakan." Ujarnya pada Aning yang hanya dibalas oleh senyuman, Marsel pun ikut duduk pada sisi lain meja.

Legend Of Blue Eyes 'Shewolf Of Choice'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang