25

13 1 0
                                    

Kenapa?

Rasanya ada berpasang-pasang mata yang terus ngeliatin gue. Ada yang salah?

Hari ini kebetulan guru kimia hanya menitipkan tugas ke kelas. Dijam-jam senggang itu, Haruna memanfaatkan waktu bosannya dengan menata rambut teman sebangku nya.

Apa karena kepangan rambut itu terlihat aneh sampai-sampai dia yang sedang berjalan sendirian ditengah kantin mendadak jadi pusat perhatian?

Tapi kalaupun iya, tidak mungkin juga ia kembalikan bentuk rambutnya ke posisi semula seperti biasa saat ini juga, ditempat itu.

"Putri!"

Itu Tasya, teman ekskul nya. Sambil menenteng cup berisi seblak yang cukup panas, perempuan itu datang mendekat bersama satu orang teman lainnya dengan wajah yang cukup sumringah.

"Hai," sapa Putri kembali.

Tanpa basa-basi, Tasya langsung menautkan kedua alisnya. "Kok lo gak pernah cerita sih??"

"Cerita? Cerita apa?"

"Ituu, gausah pura-pura gatau deh~ betewe PJ nya dong~"

Putri tentu kebingungan. Dia tidak mengerti maksud Tasya. "Hah? Apa? PJ apa?"

"Ish, udah gausa di hide-hide deh! Semuanya udah pada tau kok. Tapi sebenernya kita agak kecewa sih, iya gak Nay?"

Dari sebelah Tasya, Nayla yang notabene nya masih teman satu eskul Putri ikut mengangguk juga. "Iya. Padahal lo sama Theo udah klop banget."

"Iya yak? Tau gitu si Theo udah lo gebet dari lama gak si-/"

"Gak gitu anjai! Gausah hoax!"

"Eh stop! Stop! Tunggu, gue gak paham dari tadi kalian ngomongin apaan, " Putri menyela.

"Bo'ong banget, Put. Itu snapgram maksudnya apa??" Tasya berkacak pinggang.

Namun sebelum ia melanjutkan sesi ceramah, netranya sudah menangkap sosok yang lain yang datang menghampiri mereka.

"Assalamu'alaikum Theo, " sapa Tasya lebih dulu, disusul Nayla yang ikut-ikutan menyatukan kedua telapak tangan didada.

Theo yang sudah kenal tingkah kedua manusia itu lantas memberi senyuman setengah hati seraya menjawab salam.

"Udah belum beli kertas warna nya? Ditungguin sama yang lain."

Putri menggeleng. Alasannya sudah jelas, langkahnya terhenti karena ulah manusia manusia itu. Ia hampir lupa tugasnya pergi ke kantin adalah untuk membeli kertas warna yang akan digunakan untuk mengerjakan tugas kelompok.

"Yaudah. Ku aku weh, kamu kalau mau jajan, sok aja. Jangan lama-lama, keburu bel masuk." Theo benar-benar meninggalkan ketiganya yang masih berdiri di tengah kantin.

Masalah tadi belum selesai. Tasya malah menghela napas. "Bisa gitu ya? Keren sih kata gue mah."

"Apasiih, gue gak pahaam!"

📖

Theo jahat. Bisa-bisa nya laki-laki itu pergi ke kelas duluan. Apa tidak bisa tunggu beberapa saat lagi? Toh minuman bubble nya juga sebentar lagi selesai dibuat. Pasalnya, Orang-orang masih terus memperhatikannya.

Soal obrolan tidak jelas tadi, baik Tasya maupun Nayla sama sama tidak membeberkan maksudnya. Mereka bilang, Putri sengaja pura-pura tidak tahu. Padahal memang ia tidak tahu apa-apa.

Gadis itu jadi tidak berani mendongkak. Sepanjang perjalanan ke kelas, kepalanya menunduk.

Hanya sampai depan pintu kelas kok. Soalnya begitu membuka pintu, wajahnya harus terangkat menatap wajah lainnya yang berperawakan tinggi, tepat di balik pintu.

Dear You [TXT fanfict]Where stories live. Discover now