24

10 1 0
                                    

Perlahan-lahan cahaya lampu di ruangan itu semakin minim, sebelum akhirnya menjadi benar-benar gelap.

Meskipun sedikit malu, tapi Satria berani mengakui. Coba saja tanya Arjuna atau Kai. Kebiasaannya bila mereka tengah menonton film horor bersama adalah...

Setidaknya harus ada satu bantal di genggaman Satria untuk menjadi penghalang. Selain itu, tangan kanannya akan digunakan pula sebagai penghalang pandangan. Nuansa horor Film yang ia tonton lewat sela antara jari telunjuk dan jari tengahnya akan menjadi lebih berkurang.

Sekarang, Satria siap.

Siap untuk menutup mata dan telinganya rapat-rapat bilamana muncul adegan seram nantinya.

30 menit berlalu, scene berdarah-darah nya mulai muncul. Samar-samar ia melirik, Karina dan Jean memang tidak ada takutnya. Kesannya, mereka berdua malah senang melihat scene menyeramkan itu. Mereka bukan psikopat kan?

Coba lihat ke samping kirinya. Gadis berponi tipis pelan-pelan menutupi matanya dengan telapak tangan. Percis yang Satria biasa lakukan. Satria tersimpul. Lucu sekali, batinnya.

"K-kak," ucapnya pelan.

"Hm?" balas Satria yang juga pelan, tidak merubah posisi sama sekali. Tubuhnya memang menghadap ke depan, tapi...

"Liatnya ke filmnya, kak. Bukan kesini."

Benar, layar lebarnya ada didepan sana. Tapi Satria, ia tidak memalingkan wajahnya lagi sejak tadi.

"Liat kesana serem, Put." Dia justru lebih mendekatkan wajahnya lagi. "Kalo liat kamu aja, boleh gak?"

Deg! Deg! Deg!

"WAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

keduanya dikejutkan oleh teriakan satu studio. Ternyata barusan hantunya muncul tiba-tiba. Syukurlah mereka berdua melewatkan itu.

Namun ketika semua senyap kembali, gadis itu tidak bisa membiarkan Satria terus begitu. Itu sangat tidak baik bagi kesehatan jiwanya.

"Biar gak terlalu serem," katanya sambil memberikan sebelah earphonenya. "Tapi aku cuma punya lagu-lagunya TXT."

Sekali lagi, gadis itu membuatnya merasa lebih nyaman.

📖

"Gimana? Nonton film horor itu seru kan?"

Selesai mengenakan sepatu lagi setelah keluar dari mushala mall, Putri tertawa ragu. "Yah... Cukup sekali lah kak."

Untuk Putri sendiri, selagi masih ada film animasi, kenapa harus horor?

"Udah selesai?"

Satria juga Jean ternyata sudah lebih dulu berada di luar.

"Udah, kak."

"Sebelum pulang, kita mampir ke Timezone dulu yuk!" ajak Karina.

Lagi lagi, Satria dan Putri hanya bisa mengangguk mengikuti mereka berdua yang lebih dulu memimpin jalan sambil bergandengan tangan. Manis sekali.

Apakah rasanya punya pacar memang semenyenangkan itu?

Ngomong-ngomong, Satria terlihat jauh lebih baik sekarang. Ia tidak lagi murung. Syukurlah.

"Kenapa, Mput?"

"E-enggak."

Adik kelasnya itu kedapatan melirik nya sekali dua kali. Rasanya malu. Tapi jujur saja, Satria sudah kembali menjadi sosok yang dikenal. Padahal hanya ditambah rambut bagian depannya yang masih setengah basah. Kenapa anak itu malah semakin...terlihat tampan?

Dear You [TXT fanfict]Where stories live. Discover now