14

18 2 0
                                    

Hari telah berganti, namun sepertinya matahari masih enggan menampakkan diri dari balik awan mendung. Entah karena masih terlalu pagi, atau memang cuaca yang sedikit berbeda dari biasanya.

Sudah sekitar 15 menit gadis itu menunggu hujan reda dari balik jendela kamarnya. Rambutnya yang tergerai tanpa kunciran itu dibiarkan diterpa angin.

Sampai kapan hujan ini akan terus berlangsung? Sejujurnya, Putri malas pergi ke sekolah jika harus hujan hujanan begitu.

"Theo, hujan!" seru gadis itu dari kamarnya.

Remaja yang sudah siap menenteng ranselnya itu seketika mendongkak dari halaman rumahnya yang bernuansa coklat di seberang sana. "Tau," balasnya dengan suara yang tidak kalah kencang.

Memang tidak salah sih, tapi nyatanya itu mengundang rasa sebal. Padahal kan niat gadis itu hanya ingin basa basi.

THEO
Mau ngomong apa?

Dih, mni elit kudu make chat segala
Jarak gak lebih dari 5 langkah juga

Masih pagi.
Nomor 1, Dilarang membisingi tetangga
Nomor 2, Dilarang protes

Y

Geura berangkat

Masih hujan, tunggu reda

Sampe kapan?

Kapan-kapan
:))

Yeu
Turun sini
Ngangkot bareng gue, mumpung masi pagi

Belum lima detik setelah bubble chat selesai dibaca, akhirnya siswa berkacamata itu bersuara juga. Katanya mau atau tidak? Kalau tidak dirinya akan berangkat sendiri, meninggalkan temannya yang masih galau mengenai kapan waktu yang tepat untuk berangkat sekolah.

Sebelum tetangganya itu berubah menjadi galak, maka Putri dengan cepat mempersiapkan semuanya. Tak butuh waktu lama, ia sudah siap dengan payung bercorak cartoon kucing miliknya.

"Bun, aku berangkat ya! Jadinya bareng Theo, gak pake motor, assamalualaikum."

Selepas bundanya menjawab salam, perempuan ber-cardigan coklat itu segera membuka pagar, keluar dari halaman rumahnya sambil agak celingukan- tidak mendapati Theo masih ada di sebrang rumahnya.

Hampir suudzon, tahunya Theo tengah hinggap di halaman rumah kosong bersama kucing-kucing tanpa pemilik. Ditangannya tampak sebotol kecil berisi dryfood yang memang biasa ia bagikan untuk kucing-kucing terlantar di dekat rumah. Sungguh mulia sekali kan tetangga satu ini?

"Udah siap?" tanyanya sambil memasukkan sisa dryfood kedalam ransel.

"Gak akan nyimpen itu dulu ke rumah?"

Laki-laki itu menggeleng. "Kemarin nemu kucing kecil deket perpus. Kayaknya dia laper, gak ada yang ngasih makan. Tar mau ikutan nyari dia?"

Gadis itu mengangguk. Dalam hal seperti ini, anak itu selalu bisa membuatnya kagum. Theo seolah-olah adalah sosok paling baik yang pernah datang dihidupnya.

"Jalannya ngikut gue dari belakang, ya? Hati-hati, jangan sampai basah sepatunya."

📖

"Ren, rajin banget jam segini udah dateng,"

Alpharen menoleh sebelum tali sepatunya selesai dibenarkan. "Lah? Kalian berdua kali yang kepagian. Gue yang telat karena kecolongan jaga gerbang."

Dari mulai kaos kaki dan beberapa atribut sekolah lainnya ia sebut, disusul respon Theo dan Putri yang memperlihatkan kelengkapan atribut mereka.

"Nice, lengkap. Kalo gitu gue ke gerbang dulu ya?" ucap siswa yang kerap disapa Aren itu.

Dear You [TXT fanfict]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ