21

11 1 0
                                    

Ketua klub bahasa Inggris itu berpikir sejenak. "Hah?! Seriusan lo, Sat? Apanih, gue ketinggalan berita apa?!"

"A-apasih, nyebar gosip lo Rin."

Karina tertawa pelan. "Eum~ gaada apa-apa sih... Ya~ sebagai kakak kelas yang baik, dia-/"

"Ke parkiran bareng aja... "  Satria menyela, berusaha mengakhiri topik guna menjauhkan adanya opini-opini tidak benar.

"Awas aja lo Sat, macem-macem sama ade kelas gue, " kecam Sella.

"Suudzon lagi... Dikata gue orangnya membahayakan gitu??"

"Sttt, udah udah, " lerai Karina. "Mau doi baru lo atau belom pun pokoknya lo ajak  dia juga biar rame."

Satria menghela napas. "Ya~ tau kali, Putri itu sepaket sama Theo."

"So what? Ajak aja Theo sekalian"

"Tapi Rin," sela Sella. "Setau gue Theo agak susah-- susah banget malah! buat diajak keluar. Kayaknya gue gak pernah denger dia main kemana gitu selama ini. Keliatannya anak rumahan banget. Emang dia mau? "

Karina berpikir sejenak. "Yah, kalo kata gue mah sih... Disaat saat gini tuh emang lo yang kudu jago-jago puter otak, Sat, " Ujar Karina, memandangi ketua kelas mereka. "enak! Kalau Putri ikut... "

"... Theo juga harusnya ikut, " tutur Satria pelan.

"Nah!! Kan pinter! Makin rame juga kita, " bangga Karina.

"Jadi... "

Sella yang cukup diam akhirnya bersuara juga. "Lo beneran... beneran Putri, Sat? Demi ap-/"

"G-gue gak ada bilang gitu ya perasaan. Udah ah, gue mau ke kantin. Kalian urus aja jadwalnya kalo bener, urusan... N-ngajak yang lain biar rame tar gue bantu tapi ga janji ya! Gue ngikut rame nya aja."

"Iyadeh... Kalem aja kali Sat, gausah sambil salting gitu dong, ya gak Sel?"

"He'em. By the way, PJ buat gue sama Karina kudu eksklusif ya."

"Udah, jangan ngomongin yang aneh-aneh."

"Sat! Awas ya, lo tetep gaboleh macem-macem sama Putri."

📖

"Teh, aku ijin pulang duluan ya? Bunda udah nunggu di luar tuh."

"Udah ijin wali kelas sama petugas piket?"

Perempuan itu berpikir sejenak. "Ke wali kelas udah diizinin sih, tinggal ke piket." "Jadinya boleh gak nih? Kok kayak setengah-setengah gitu ekspresi nya."

Theo sebetulnya sadar, tentu. Ia hanya sedikit memikirkan sesuatu. "Boleh lah. Ngomong-ngomong pergi berdua aja nih? Siapa tau butuh bantuan nanti."

"...O-oh kamu mau ikut? Boleh aja...sih? Mungkin. "

"Serius banget. Bercanda kok. Lagipula takutnya malah ngerepotin nanti."

"Hahaha, mana mungkin lah Theo bikin repot. Tapi insyaallah aku sama bunda gaakan kesusahan kok, kan cuma jemput ayah aja."

Theo mengangguk. Ia kemudian mengantar Putri ke luar kelas.

"Ayo- eh Theo, umi nya kemana? Perasaan gak ketemu tadi, " ujar seorang wanita.

Setelah memberi salam, Theo bilang bahwa umi nya tadi datang juga ke sekolah. Mungkin sudah pulang lebih dulu. Ia juga tidak tahu karena tidak bertemu.

"Yaudah, tante sama Putri pamit berangkat dulu ya."

"Iya tante, hati-hati di jalan."

Gadis itu berada beberapa langkah di depan ibunya. Tujuan selanjutnya adalah ke petugas piket. Ia harus dapat surat izin supaya bisa keluar dari gerbang sekolah disaat bel pulang belum berbunyi.

Dear You [TXT fanfict]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt