Jatuh Cinta

4K 754 104
                                    

Aku terbangun saat suara adzan subuh berkumandang. Cepat-cepat aku beranjak dari atas tempat tidur untuk mencari keberadaan Maryam.

Kemana Kak Arkhan membawa Maryam? Aku tak menemukan mereka di ruang keluarga, di ruang tamupun tidak ada.

"Jasmine." Bunda menghampiriku yang tengah kebingungan.

"Maryam ada dimana Bunda?" Tanyaku cepat.

"Ada di kamar Arkhan."

"Di kamar Kak Arkhan?"

"Iya, baru setengah jam yang lalu dia baru mau ditidurkan di atas tempat tidur."

"Apakah Kak Arkhan yang menggendongnya sepanjang malam?"

Bunda mengangguk.

Mataku membulat sempurna. "Kenapa Kak Arkhan tidak membangunkanku?"

Bunda membelai pundakku lembut. "Ia ingin menunaikan kewajibannya sebagai seorang ayah."

Aku terdiam. Ternyata ia mampu berperan menjadi ayah yang baik.

***

Pagi ini mentari bersinar dengan begitu cerah, beda dengan hari-hari sebelumnya yang selalu diliputi oleh awan mendung.

Setelah memandikan Maryam aku langsung membawanya ke taman belakang, di taman belakang ada ayunan kayu. Aku duduk disana sambil memangku Maryam.

"Kita berjemur yah sayang."

Maryam mengerjapkan matanya berulang kali tanda kalau retina matanya tak merasa nyaman dengan sinar matahari. Aku pun bergegas merubah posisinya, agar ia merasa lebih nyaman.

"Jasmine."

Aku menolehkan kepalaku, menatap ke arah Kak Arkhan yang baru saja memanggilku.

"Ada apa Kak?"

"Apa ada sesuatu hal yang kamu perlukan?"

Aku mengerutkan keningku. "Keperluan apa?"

"Apa saja." Kak Arkhan menjawab singkat.

"Tidak ada Kak." Jawabku akhirnya, semua keperluanku sudah dibelikan oleh Kak Oriana.

"Apa Maryam memerlukan sesuatu?" Kak Arkhan menatap lekat Maryam yang kini telah tertidur di atas pangkuanku.

"Tidak ada Kak."

Tak ada lagi kalimat yang diucapkan oleh Kak Arkhan, namun ia masih tetap berdiri di belakang ayunan yang kini tengah aku duduki.

"Kakak nggak ke rumah sakit?" Tanyaku memecah keheningan yang membuat suasana menjadi tak menyenangkan.

"Hari ini aku off."

"Oh.." hanya gumamman itu yang mampu keluar dari mulutku.

"Bolehkah aku menggendongnnya?"

Aku kembali menoleh ke arah Kak Arkhan. Hampir setiap malam bila ia sedang tidak tugas malam ialah yah akan menggendong Maryam sepanjang malam, dan tadi malam pun ia yang menggendong Maryam hingga subuh dan sekarang ia ingin kembali menggendong Maryam. Apa ia tidak merasa pegal?

Aku beranjak dari posisi dudukku. "Boleh Kak." Ucapku pada akhirnya.

"Terimakasih."

"Sama-sama." Aku kembali mendudukkan tubuhku di atas ayunan, sedangkan Kak Arkhan membawa Maryam ke dekat kolam ikan.

Aku memperperhatikan keduanya. Sebuah pemandangan yang awalnya kupikir tak akan pernah dapat kulihat.

Kak Arkhan menyayanginya, bahkan mungkin telah mencintainya, semuanya terlihat jelas dari caranya memandang Maryam. Cinta seorang ayah kepada putrinya.

Senja Bersama Arkhana | ENDWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu