Lantunan Ayat Suci Al Qur'an

4.4K 1K 77
                                    

Aku terbangun dari tidurku saat sayup-sayup kudengar lantunan ayat suci Al Qur'an dibaca  oleh Kak Arkhan. Rutinitas yang akan selalu menyapaku di waktu baru bangun tidur. Dan waktu inilah yang paling kusukai, mendengarkan bacaan Al Qur'annya secara diam-diam.

Kenapa aku melakukannya secara diam-diam? Itu karena kalau aku tidak melakukannya secara diam-diam pastinya kak Arkhan akan segera menghentikan bacaan Al Qur'annya dan segera pergi menuju masjid. Hal itulah yang selalu ia lakukan dikala ia menyadari kalau aku telah bangun.

Sepuluh menit lagi menjelang subuh kak Arkhan beranjak dari atas sajadahnya dan bergegas menuju masjid, akupun bangun dari atas tempat tidur dan langsung membersihkan diri untuk melaksanakan salat malam yang tentunya waktunya hanya tinggal beberapa menit lagi.

Sebisa mungkin aku berusaha untuk dapat salat dengan khusyuk. Membuang segala pemikiran yang senantiasa bergelayut di otakku. Hanya dua rakaat salat malam yang mampu kulaksanakan. Suara adzan subuh mulai terdengar dan Kak Arkhanlah yang tengah mengumandangkan adzan itu.

"Ya Allah aku ridho atas dirinya. Maka senantiasalah berikan dia kesehatan dan keselamatan dunia dan akhirat." Sebaris doa itu kupanjatkan saat doa setelah adzan telah kubaca.

Salat sunah sebelum subuh pun kudirikan, setelah itu berlanjut ke salat subuh. Setelah salat subuh aku pergi ke dapur. Di dapur sudah ada Bunda Aliandra.

"Pagi ini mau buat sarapan apa, Bun?" Tanyaku pada Bunda.

"Kamu maunya makan apa?" Bunda membelai pucuk kepalaku dengan lembut. "Maafkan sikap Arkhan yah."

Aku menatap Bunda bingung. "Kenapa Bunda minta maaf?"

"Karena Bunda telah gagal mendidik Arkhan," ucap Bunda Aliandra dengan sorot mata yang terlihat sedih.

"Bunda jangan ngomong gitu. Bunda telah mendidik Kak Arkhan dengan sangat baik," ucapku cepat sambil menggenggam tangan Bunda. "Kak Arkhan telah tumbuh menjadi laki-laki shaleh. Bacaan Al Qur'annya bagus, nggak pernah ninggalin salat, salatnya juga selalu di mesjid."

"Tapi ia tidak dapat memperlakukanmu dengan baik." Perkataan Bunda seketika membuatku diam membisu. "Maafkan Arkhan, Jasmine."

Aku mengangguk. "Tanpa Bunda pintapun aku akan selalu memaafkannya dan tentunya mencintainya."

Bunda Aliandra langsung memelukku. Dan setetes air mata jatuh dari pelupuk mataku tapi cepat-cepat aku menghapusnya.

"Kalau ada apa-apa jangan sungkan cerita pada Bunda. Jangan memendamnya sendiri."

Aku mengangguk patuh. "Makasih Bunda. Jasmine sangat sayang Bunda."

"Aku juga sayang Kak Jasmine dan Bunda." Seru Arsy yang baru datang ke dapur, ia pun langsung memelukku dan Bunda yang masih saling berpelukan. "Bunda sama Kak Jasmine so sweet banget sih bikin aku cemburu aja."

Aku dan Bunda tertawa mendengar ucapan Arsy.

"Masa cemburu sama kakak ipar sendiri. Nggak baik itu," ucap Bunda sambil mencubit  gemas pipi Arsy.

"Cemburu tanda cinta Bunda. Aku cemburu karena aku cinta banget sama Bunda." Jawab Arsy sambil tertawa. "Betulkan Kak Jasmine."

Aku mengangguk.

"Yang penting cemburunya bukan cemburu buta. Betulkan Kak Jasmine?"

"Betul betul betul." Jawabku meniru suara upin ipin kartun favorite Arsy dan semenjak aku tinggal disini akupun jadi sering menontonnya bersama Arsy.

Arsy dan Bundapun tertawa.

"Kak Jasmine dah cocok jadi Kak Rose. Benarkan, Yah?" Tanya Arsy kepada ayah Alka yang baru pulang dari masjid.

Ayah Alka mengangguk sambil tersenyum. Bunda Aliandra mencium punggung tangan Ayah Alka dan Ayah Alka pun mencium kening Bunda Aliandra. Benar-benar pemandangan yang indah. Aku dan Arsy pun mencium punggung tangan Ayah Alka dan tentunya Ayah Alka pun mencium kening kami.

Tak lama Kak Arkhanpun pulang, aku hendak mencium punggung tangannya, berniat meniru kebiasaan yang selalu Bunda Aliandra lakukan kepada Ayah Alka yang baru pulang dari masjid namun Kak Arkhan tidak menghendakinya, ia malah memasukkan tangannya ke dalam saku baju kokonya dengan dalih ingin mengambil sesuatu. Aku menunggu, namun ia tidak kunjung menyodorkan tangannya padaku.

"Arkhan itu Jasmine mau cium tangan kamu," ucap Bunda mengingatkan Kak Arkhan.

"Nggak apa-apa Bunda. Kak Arkhan cari apa?" Tanyaku.

Kak Arkhan mengabaikan pertanyaanku. Dan aku tahu kalau pada kenyataannya tak ada yang ia cari. Sebisa mungkin aku segera mengalihkan perhatian semuanya.

"Nyari kunci laci meja karja yah. Kakak bawa ke masjid? Oh atau jatuh di kamar. Coba aku cari di kamar yah." Akupun segera masuk kamar. Dari balik pintu kamar aku mendengar suara Bunda dan Ayah yang tengah memarahi Kak Arkhan, dan Arsypun ikut menumpahkan kemarahannya pada Kak Arkhan yang sikapnya begitu dingin padaku.

"Atas permintaan kalian aku menikahinya jadi jangan salahkan aku kalau aku bersikap seperti ini padanya." Dan kalimat itulah yang kak Arkhan ucapkan.

***

"Jadi besok kalian pindah ke rumah baru?" Pertanyaan itu diajukan oleh Ayah Alka pada aku dan Kak Arkhan saat kami tengah berkumpul di ruang keluarga.

"Insya Allah jadi, Yah." Dan kak Arkhanlah yang menjawab.

"Tinggallah disini beberapa hari lagi." Pinta Bunda.

"Iya, janngan dulu pindah." Arsy menimpali.

Aku hanya dapat memberikan senyuman. Segala keputusan ada di tangan Kak Arkhan.

"Udah nggak sabar yah pengen berduaan terus." Goda Arsy yang berhasil membuatku malu. "Cepat-cepat kasih aku keponakan yang lucu-lucu yah."

"Arsy nggak lucu." Bentak Kak Arkhan. Ia sepertinya sangat tidak suka dengan apa yang baru saja Arsy katakan.

"Ih sekarang Kak Arkhan nggak seru. Dikit-dikit marah." Arsy langsung beranjak dari duduknya. "Kak Jasmine yang sabar yah punya suami yang hobi marah kaya Kak Arkhan." Ucap Arsy sebelum berlalu dari ruang keluarga.

Ayah Alka dan Bunda Aliandra menghela napas panjang.

"Sudah sama-sama besar masih juga sering bertengkar," ucap Ayah Alka, "Jangan begitu Arkhan. Mulailah belajar bersikap dewasa. Tadikan adikmu hanya bercanda kenapa kamu menanggapinya dengan kemarahan."

"Maaf Ayah."

"Jangan diulangi lagi."

Kak Arkhan mengangguk.

"Ayah mengijinkan kalian untuk pindah besok, namun ayah minta kepada kalian khususnya pada Arkhan, kamu harus memperlakukan Jasmine dengan baik. Sekarang Jasmine sudah menjadi istri kamu jadi sudah menjadi kewajiban bagimu untuk memperlakukan Jasmine dengan baik.

"Iya Ayah."

"Bukan cuma iya di bibir saja, tapi kamu harus benar-benar memperlakukan Jasmine dengan baik," kini Bundalah yang berucap. "Kamu sayang Bundakan?"

Kak Arkhan mengangguk.

"Maka sayangi juga Jasmine seperti kamu menyayangi Bunda."

Dan Kak Arkhan pun kembali mengangguk.

Benarkah Kak Arkhan dapat memperlakukan aku dengan baik dan apa benar dia mampu menyayangiku sebagaimana ia menyayangi Bunda Aliandra?

***

28 Rajab 1443H

Selamat membaca. Maaf yah aku membawa lanjutannya sangat lama.







Senja Bersama Arkhana | ENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora