Pernikahan

4.8K 1K 106
                                    

Apa yang dikatankan Tante Ayu benar adanya. Kak Arkhan benar-benar datang melamarku dan kini Bunda Aliandra tengah menjelaskan padaku tentang nasib Namira, bukankah Kak Arkhan telah resmi melamar Namira, lantas kenapa kini Kak Arkhan malah melamarku? Tidak mungkinkan kalau Kak Arkhan berniat menjadikan aku istri keduanya?

"Lamaran Arkhan dan Namira telah dibatalkan, banyak ketidak cocokan yang perlahan muncul setelah lamaran berlangsung." Ucap Bunda Aliandra.

Dahiku berkerut. "Tidak cocok?"

"Setelah menikah Arkhan ingin Namira langsung ikut tinggal bersamanya. Di rumah yang telah ia bangun dari hasil jeripayahnya selama ini, namun Namira menolak. Namira ingin tetap tinggal bersama orangtuanya dengan alasan ia ingin terus mengurus orangtuanya."

Benar-benar anak yang berbakti. Andai Mama dan Papa pun masih ada aku pun ingin dapat seperti Namira. Terus menemani keduanya hingga maut menjemput keduanya. Sungguh aku ingin melakukannya. Tapi hal itu tak akan dapat kulakukan karena keduanya telah tiada.

"Apa hanya karena itu Kak Arkhan membatalkan lamarannya?"

"Masih ada. Namun kami tidak bisa memberitahukan hal itu padamu." Tangan Bunda Aliandra meraih tanganku, "Keputusan kami kembalikan padamu, bila memang kamu tidak bisa menerima lamaran Arkhan Bunda tidak akan marah. Kamu tetap akan menjadi bagian dari keluarga Bunda. Kamu tetap akan selalu menjadi putri kebanggaan Bunda."

Entah kenapa seketika dadaku terasa sesak.

Kenapa aku tidak merasa bahagia? Bukankah moment inilah yang kunantikan sejak dulu?

Perlahan aku menoleh ke arah Kak Arkhan yang sedari tadi hanya diam. Tak ada raut kebahagian yang terpancar dari wajahnya. Ia tidak mencintaiku dan aku yakin lamaran ini terjadi bukan karena kehendaknya.

Sekarang apa yang harus kulakukan?

Haruskah aku menolak lamaran ini? Tapi aku sangat mencintainya dan mungkin ini kesempatan pertama sekaligus terakhir bagiku untuk dapat terus bersama dengan Kak Arkhan.

"Bagaimana Jasmine, apa kamu menerima lamaran Arkhan?" Tante Ayu membangunkanku dari lamunanku.

Perlahan aku mengangguk kepalaku dan kata Alhamdulillah pun terucap dari semua orang yang menghadiri acara lamaran ini.

"Bagaimana kalau akad nikah kita langsungkan satu bulan lagi, kalau untuk resepsi mungkin tiga bulan lagi?" Ayah Alka bertanya kepada Om Hadi, suaminya Tante Ayu.

"Bagaimana Jasmine?" Dan Om Hadi menyerahkan semua keputusan itu kepadaku.

"Terserah Kak Arkhan. Aku mengikuti semua keputusan Kak Arkhan," ucapku sambil menatap Kak Arkhan yang masih saja tetap diam.

Ayah Alka tersenyum padaku dan setelahnya langsung menepuk pundak Kak Arkhan.

"Ada apa, Yah?" Tanya Kak Arkhan terlihat kebingungan.

Ternyata sedari tadi hanya raganyalah yang ada disini, namun jiwanya melayang entah kemana.

"Menurutmu lebih baik akad dulu apa akad dilakukan bersamaan dengan resepsi?" Ayah Alka bertanya dengan penuh kesabaran.

"Menurutku lebih baik akad dilakukan bersamaan dengan resepsi." Jawab Kak Arkhan.

"Bagaimana Jasmine? Apa kamu setuju?" Tanya Ayah Alka padaku.

Aku mengangguk. Menerima keputusan yang telah Kak Arkhan ambil.

Sebelum pulang meninggalkan rumahku Kak Arkhan datang menghampiriku yang tengah berada di dapur.

"Kenapa kamu menerima lamaranku?" Tanya Kak Arkhan, ia berdiri tepat di belakangku yang tengah berdiri di depan wastafel. Aku hendak mencuci gelas dan piring yang kotor. Namun, tentu kegiatan itu urung kulakukan.

"Karena Kakak melamarku," jawabku sambil menoleh sekilas ke arahnya.

"Aku tidak mencintaimu Jasmine."

Seketika hatiku terasa sakit, namun aku berusaha untuk tidak menunjukkan rasa sakitku padanya. "Tidak apa-apa. Tidak wajibkan hukumnya cinta ada dalam sebuah pernikahan." Tanganku mulai berkutat dengan gelas dan piring kotor yang ada di wastafel. "Banyak contoh diluar sana. Mereka menikah dengan cinta namun pada akhirnya rumah tangga mereka berantakan. Bukan begitu, Kak?"

Kak Arkhan memilih diam. Namun ia masih bertahan di tempatnya berada.

"Dan tidak sedikit pula rumah tangga yang berjalan penuh kebahagia meskipun pada awalnya pernikahan itu dibangun tanpa adanya cinta," lanjutku setelah mencuci gelas terakhir yang kotor. Aku membalikan badanku dan menatap langsung ke kedua mata Kak Arkhan yang menatapku dengan tatapan yang tak dapat kuselami. "Pernikahan adalah ladang pahala. Dan pahala tentu harus diperjuangkan untuk dapat dinikmati kelak di akhirat jadi aku meminta pada Kakak untuk berjuang bersamaku untuk meraih pahala tersebut. Kakak tentunya sangat tahu bagaimana perasaanku pada Kakak dan aku pun tahu bagaimana perasaan Kakak padaku. Mungkin ini sangat tidak adil bagi Kakak dan sangat menguntungkan untukku. Sampai kapanpun aku tidak akan membatalkan rencana pernikahan ini karena aku mencintaimu. Dan tentunya Kakakpun memiliki kendali sendiri, Kakak memiliki hak untuk terus berjalan menujuku atau memilih berhenti di titik ini."

"Aku rasa bukan cinta yang kamu rasakan untukku."

Aku yang hendak beranjak dari dapur mengurungkan niatku. "Maksud Kakak?"

"Kamu hanya terobsesi padaku. Setelah kamu mendapatkanku aku yakin rasa yang selama ini kamu anggap cinta akan sirna."

Kedua tanganku seketika terkepal. Mataku terasa panas, perasaan marah menyelimuti hatiku.

Sebodoh itukah aku, hingga tidak dapat membedakan cinta dan obsesi?

"Bila memang kamu mencintaiku seharusnya kamu akan  berjuang untuk membuat orang yang kamu cintai bahagia. Hal itulah yang akan kulakukan untuk orang yang kucintai bukan sebaliknya. Aku membatalkan lamaranku pada Namira karena aku tidak mau membuatnya tidak bahagia hidup denganku. Aku...."

Aku tidak lagi mau mendengar perkataan Kak Arkhan. Dengan langkah lebar aku meninggalkannya. Kuabaikan panggilan Tante Ayu yang menyuruhku merapikan beberapa toples kue yang masih berada di meja ruang tamu.

Hatiku benar-benar terasa sakit. Sangat sakit.

TBC

07 Rajab 1443H

Jangan lupa tinggalkan jejak yah. Insya Allah kalau votenya nyampe 1k akan langsung aku lanjut 🙂

Senja Bersama Arkhana | ENDWhere stories live. Discover now